Air terjun Jurang Pulosari kala pagi |
Rencana untuk kembali menyambangi Pajangan dan berkunjung ke curug-curug musiman tiap awal bulan di tahun 2018 terpenuhi. Awal bulan Februari, aku kembali disenggol Mas Fitra. Beliau mengajak bersepeda mengunjungi curug, kali ini curug yang rencana dikunjungi adalah Jurang Pulosari.
Beberapa kali aku melintasi rute yang sama menuju Kasongan. Namun, tatkala dari Kasongan menuju Warung Bu Yati, aku selalu mengandalkan GPS. Pun dengan hari ini, aku menyusuri jalanan berbeda. Entah, mengikuti rute GPS tapi jalannya malah kecil, dan berakhir tepat di pertigaan sebelum tanjakan tajam.
Mulailah kaki ini mengayuh pedal sepeda pelan. Tanjakan Bu Yati cukup curam walau tidak panjang. Beberapa pesepeda pun kadang harus menuntun di sini. Dua pesepeda kusalip sembari menyapa. Satu orang lagi di depan sengaja kuikuti di belakang. Beliau adalah Om Gandhi. Orang yang sering bersepeda denganku, dan ikut rombongan hari ini.
“Tinggal dikit lagi, om,”Celetukku menyapa.
Beliau tersenyum, sedikit kaget kalau aku di belakangnya. Kami berjejeran mengayuh pedal sampai jalan landai. Tepat di warung Bu Yati sudah ada Pak Arif yang menunggu. Beliau bersama rombongan lain menanti kami.
Biarpun aku sering datang ke Pajangan, sejujurnya aku paling sudah menghapal jalan. Ketika pulang pun aku asal mengikuti pesepeda di depan agar sampai di Ring road. Jelajah rute pagi ini menjadi tugas Mas Fitra. Rombongan lain hanya mengikuti saja dari belakang.
Rombongan pesepeda menyusuri jalan cor |
Sepanjang jalan suasana teduh. Pajangan mempunyai kontur jalan bervariasi. Terkadang ada tanjakan kecil, turunan, jalan berlubang, macadam, jalan cor dua tapak, dan lainnya. Bagi pesepeda, jalur seperti ini adalah menyenangkan. Jika tidak kuat mengayuh, kita cukup turun dan menuntun.
“Rombongan lain sudah menunggu di patung Semar. Tadi salah ambil rute,” Terang Mas Fitra.
Bergegas rombongan kami menuju patung Semar. Di sana sudah ada lima orang menantikan kedatangan kami. Usai berjabat tangan, perjalanan dilanjutkan. Aku mengambil urutan paling belakang. Tujuannya agar bisa merekam sedikit perjalanan pagi ini.
Air terjun Jurang Pulosari sebenarnya sudah sangat dikenal para pecinta curug maupun pesepeda. Hanya saja ini menjadi kali pertama aku menginjakkan kaki di sini. Dulu pernah ada keinginan main, namun kutangguhkan. Menunggu musim hujan, dan tentunya teman yang sudah hafal jalur.
Tepat di depan rumah orang, kami berhenti. Di sisi kanan jalan plang bertuliskan “Jurang Pulosari”. Sepeda agak riskan kalau dinaiki, berjejer rombongan menuntun sepeda sampai ke jalan rata. Tepatnya jalan ini setapak, melintasi sisi teras rumah warga. Menyapa warga yang sudah beraktivitas.
Ada dua jalur untuk sampai di curug Jurang Pulosari. Kami memarkirkan sepeda di bagian atas, lalu menyeberangi aliran sungai. Suara air terjun terdengar jelas, sesekali teriakan pengunjung. Air terjun itu ada di bawah aliran sungai yang kami seberangi. Kulihat dari atas, sudah cukup ramai muda-mudi bermain air.
“Jalannya agak licin. Sepatunya dilepas saja,” Ujar Om Gandhi.
Dari atas, ada jalan kecil yang sudah dibuat warga untuk dilewati. Berhubung masih musim hujan, jalanan agak terkena tanah basah dan licin. Sampai di bawah, tebing sisi kananku bekas longsor. Satu pohon tumbang, terbengkalai. Dahan-dahannya sudah dipotong warga setempat. Aku membidik air terjun mumpung tidak ada yang bermain tepat di bawah airnya.
Mengabadikan curug kala sepi |
Sekumpulan muda-mudi asyik bermain air. Dua lelaki tanggung sudah berenang ke tengah menuju tebing tepat air mengguyur. Teman lainnya duduk di pembatas batu yang dipasang berjejer, menjadikan area tersebut semacam kolam dengan kedalaman beragam. Teriakan yang terdengar dari atas nyatanya dari mereka.
Jika dari logatnya, suara mereka seperti dari Sumatera. Aku tidak asing dengan logat mereka, tiap hari hidup bareng teman-teman sumatera dalam satu kos. Sembari menunggu teman-teman yang masih asyik berfoto di atas, aku berbincang dengan Om Gahdhi & Om Arif. Tentu obrolan seputaran wacana ke depan; ingin gowes ke mana.
Kusapukan pandangan ke sekeliling curug. Pohon rindang menjadi tempat berteduh para pengunjung saat siang. Ada tempat duduk terbuat dari kayu yang disediakan. Terdapat pula warung warga, hanya saja belum buka. Pemiliknya masih bersiap-siap membuka warung.
Air terjun Jurang Pulosari menurutku jauh lebih nyaman digunakan berenang dibanding air terjun Kedung Pengilon. Sempat salah satu teman menjajal kedalaman air ini sedalam leher orang dewasa. Artinya tidak sampai dua meter; dan nyaman untuk berenang. Di tenagh terdapat dua batu besar, tentunya walau kedalaman segitu; kita harus tetap waspada.
Bermain air dulu |
Keriuhan pengunjung lain bermain air membuatku gatal mengabadikan. Dari jarak lumayan jauh, aku membidik pengunjung lain yang asyik berenang, bermain air, atau menikmati curahan air dari air terjun musiman setinggi 8 meteran. Gegap gempita suara para pengunjung. Ada yang berteriak karena lompat dari ujung tebing ke dalam air, ataupun mereka yang usil menyiram temannya dengan air.
Sepuluh orang rombonganku sudah lengkap. Ini waktunya aku bekerja lagi, memotret mereka dengan latar belakang curug. Mereka berjejer di bebatuan, dan secepatnya kuabadikan. Selepas itu, satu persatu mereka berpose. Lagi-lagi aku menjadi juru dokumentasi. Mereka puas mendapatkan hasil dokumentasi, aku pun gembira mendapatkan bahan tulisan blog.
Bisa jadi air terjun Jurang Pulosari menjadi opsi bagi kalian yang ingin bermain air. Sekali lagi diingat, curug-curug di Pajangan musiman, sehingga jangan sampai salah bulan ketika berkunjung. Bulan Januari – Maret menjadi waktu yang tepat, hujan masih mengguyur dan debit air melimpah.
Formasi lengkap teman bersepeda *saya jadi juru dokumentasi |
Tidak jauh dari curug, seorang bapak (warga setempat) membersihkan aliran air dari dedaunan yang ikut hanyut di sungai. Beliau seksama mengambil beberapa sampah plastik yang dibuang sembarangan. Dipungut sampah tersebut, dan dikumpulkan menjadi satu tempat.
Sudah selayaknya kita ikut menjaga kebersihan destinasi wisata. Kalaupun kita belum bisa berkontribusi dengan uang (masih gratis), setidaknya kontribusi kita adalah membuang sampah pada tempatnya. *Air Terjun Jurang Pulosari, Bantul; 04 Februari 2018.
Waaaah...ini ada event gowes ya mas? Keren gan menuju curug pada rame2 gitu....
BalasHapusIni hanya janjian sama teman-teman sehobi saja mas :-)
HapusSaya baru tahu nih. Ternyata di Bantul ada curug. Saya pikir gunung dan candi saja alamnya. Keren yak.
BalasHapusBantul malah banyak curug, kalau candi malah di Sleman :-)
Hapusair terjun nya enggak besar ya, tapi fotogenic nih
BalasHapusIya mas, selalu ramai kalau lagi musim ujan
Hapuskirain bersepeda sampe ke curug.. ternyata harus parkir dan tetep jalan kaki. kalo benar bisa ke lokasi sambil bersepeda, fenomenal sangat tempatnya kalo gitu.
BalasHapusSebenarnya bisa bawa sepeda ke bawah, tapi karena kami banyak orang lebih baik diparkirkan :-)
HapusTahun 2015 aku pernah ke sini, tapi aku taunya ini curug banyunibo.. Wkwkwk
BalasHapusJebul namanya curug jurang to
Beda, ada banyunibo di dekat sini. Memang lokasinya berdekatan
HapusUdh lama aku ga berburu air terjun lagi. Selalu seneng kalo liat curug begini, apalagi yg tinggi, debit air jg banyak. Berasa ga sia2 udh dtg jauh :D.
BalasHapusAir terjun di Bantul jarang ada yang tinggi mbak, rata-rata musiman dan ketinggiannya sedang
HapusWaiki... duta curug mBantul
BalasHapusUdah dari Kedung Pengilon juga :p
Aku aja sampai sekarang nggak apal-apal jalan menuju curug Jurang Pulosari, Banyunibo, Kedung Pengilon, dll. *aku merasa gagal jd wong mBantul
Rencana kemarin mau mengeksplor daerah Pajangan sampai tuntas, tapi baru sekarangs udah mulai malas sepedaan
HapusWah, selama di Jogja nyesel dah nggak explore kayak sampeyan ini...
BalasHapusSekarang malah udah nggak di Jogja.. T_T
Salut sama perjalanan gowesnya..
Saia mah selama 8 tahun di jogja cuman sekali gowesnya.. hadehhh..
Ahahhahha, dulu karena saya beli sepeda jadi sampai sekarang suka sepedaan mas.
Hapusjadi juru dokumentasi itu gak enak yaa :p kadang aku akhirnya selfie bareng aja haha
BalasHapusBenar koh, selama tempat dekat seperti ini sih saya nggak masalah. Tapi kalau sampai ke luar negeri atau kota lain kayake kudu ikut nyempil foto hahahhahhaha
HapusWeh, enak banget kui. Curug yang bisa buat mandi. Duh. Mesti seger.
BalasHapusKoe kudu dolan rene ben ngerasakke segere curug
HapusOoo itu yang dekat Banyunibo ya, Mas...
BalasHapusIya pak. Di sana ada beberapa curug yang berdekatan
HapusWih, olahraga dapat , destinasinya juga oke. Air terjunnya instagramble bngat
BalasHapusHahahaha, penting itu sehatnya :-D
Hapusdulu punya wacana sepedaan di jogja, salah satunya kesni. eh sepeda blm kebeli, udah pindah domisili :D
BalasHapusair terjun ini dr masa ke masa ttp populer ya
Hahahahha, kalau dulu sudah beli paling duetmu mas Mawi
HapusAir Terjun niagara versi lokal bisa jadi mas. Aku dulu juga pernah berkunjung didestinasi wisata semacam curug. Waktu itu dimalang namanya coban putri. Disana tidak kalah asik. Bahkan pada waktu pagi hari di atas coban muncul pelangi
BalasHapusHehehehe, terlalu berlebihan kalau disamakan dengan air terjun Niagara mas.
HapusDi sini air terjunnya musiman kok. Iya kalau di Malang banya coban yang bagus-bagus :-)
air terjunnya indah .... apalagi bisa cebur ceburan ... asyik banget main kesini.
BalasHapuskayaknya air terjun belum begitu terlalu populer ya ..
Untuk teman-teman pesepeda air terjun ini sudah dikenal banget kang. Dijadikan salah satu destinasi kala blusukan
Hapusasyik ya.. bisa jalan-jalan bersepeda...
BalasHapusIya mas, penting sehat dan ada bahan buat posting di blog
HapusCurug nya bagus, harus dijaga dengan baik jangan sampai sampah berserakan, karena biasanya semakin banyak pengunjung, semakin rentan dengan sampah.
BalasHapusMemang harus perhatian semua, pengunjung pun dengan pengelola setempat. Karena sampah itu harus setiap elemen yang mengerjakan.
HapusItu dibalik curug nya kaya ada guha, jangan" di dalamnya ada manusia guha ya hehe... mudah"an curugnya tetap tetap bersih
BalasHapusItu nggak dlam ko, hanya seperti cekungan di bebatuannya.
HapusSenengnya banyak temen sehobi ya Mas, bisa hunting bareng sekalian menyalurkan hobi bersepeda..
BalasHapusIyo mas, jadi seru ramai-ramai. Nggak kerasa capeknya
HapusAir terjun di daerah Yogya kalau saya perhatikan bentuknya agak agak mirip ya mas satu sama lain...
BalasHapusIya mas, rata-rata memang hampir mirip. Yang kelihatan berbeda itu Sri Gethuk
HapusCurugnya oke juga, boleh juga nih kapan kapan ke sana ...
BalasHapusKalau bisa pas ke sini musim hujan gan. Ini curug musiman
HapusAir terjunnya gak terlalu tinggi juga ya.
BalasHapusDari bawah itu bisa naik ke atas air terjun Mas?
Bisa mas, malah kami rutenya dari atasnya
Hapuswow, seru banget mas bisa sepedahan ke curug.
BalasHapussensasinya beda pasti ya dibandingkan jalan kaki hihi
lebih cepet sampe walau rasanya kaki akan lebih cepet cenut-cenut :D
makasih infonya mas. jadi tau ada curug cantik jurang pulosari bantul :)
Ahahaha, justru kalau jalan kaki ke curug bukannya malah seri sensasinya ya? Lebih jauh dan lebih capek
HapusLebih cape iya mas wkwk jadi penasaran sama nyoba naik sepeda ke curug :D
HapusBisa dicoba mbak, kali aja terus kecanduan naik sepeda
Hapusiya mas, kalau kecanduan bisa bahaya.
Hapusntr gak betah di rumah :D
Malah bagus toh mbak, tiap akhir pekan bisa olahraga hahahahha
Hapusseru nih kayak nya sepedahan ke curug ,
BalasHapuspasti lebih menantang nyali nih,
kapan lagi mas kesana ??
ingin barengan hehe
Enaknya kalau ke curug seperti ini waktu musim penghujan, karena di sini curugnya musimnan
Hapuspengen banget maen ke curug naik sepeda. Asik kali ya, apalagi kalo rame2 gitu. Sayangnya saya udah ga tinggal di jogja lagi
BalasHapusAhahahahah, kan bisa sepedaan di tempat sekarang :-)
Hapushuaaah. keren. bukannya bantul jauh banget ya? terus sepedaan? nanjak pula. kereen.
BalasHapusbtw, gak ikut berenang?
Selama masih di Jogja nggak ada yang jauh teh. Nggak renang, cuma merendam kaki aja hahahhaha
HapusApik air terjunnya ya, fotogenik.
BalasHapusBenar mas, biarpun termasuk air terjun musiman di Jogja
Hapus