Berfoto di Kebun Bunga Krisan di Bandungan |
Kuperhatikan raut jawah gadis berjilbab di samping. Ajakan akhir pekan menuju Bandungan merupakan permintaan yang langka. Seringnya dia diam saat aku tanya ingin berlibur ke mana kita akhir pekan ini. Dua kota menjadi pemisah kami, dan untuk bertemu pun cukup sulit.
“Sebelum ke La Kana Chapel kita mampir dulu di kebun bunga ya. Lokasinya tidak jauh kok dari La Kana Chapel.”
Permintaan yang tidak bakal aku tolak. Kami berdua menyusuri jalan menuju Bandungan mengendarai motor metik. Sedikit kaku rasanya mengendarai motor, terlebih aku sudah terbiasa menaiki sepeda. Ditambah ada seseorang yang membonceng.
Tidak perlu menggunakan GPS, jalan menuju Bandungan cukup mudah ditemukan dari arah Semarang. Untuk mencari Kebun Bunga Krisan Setiya Aji pun tidak sulit. Sepanjang perjalanan di kiri jalan terpampang petunjuk arah.
Aku tidak tahu lokasi tepatnya, tapi ketika tanjakan belok kiri mendekati area Pasar Bandungan, di sisi kiri jalan ada gapura masuk serta petunjuk arah ke Bunga Krisan. Aku masuk saja mengikuti jalan kecil dan menurun.
Untuk sesaat kami melewati daerah warga, jalan hanya cukup satu mobil. Setelah sampai, aku melihat alamat lokasi Bunga Krisan ini di Kampung Ngasem, Jetis, Kecamatan Bandungan.
Pengunjung membeli tiket masuk Kebun Bunga Krisan Setiya Aji Bandungan |
Benar saja cukup mudah mencari area Bunga Krisan Setiya Aji, di sisi kiri jalan sudah banyak motor dan mobil terparkir. Warga desa selaku pengurus Kebun Bunga Krisan sibuk mengatur jalan dan mengarahkan wisatawan membeli tiket. Satu orang tiketnya Rp.7.500.
Ada dua lahan berbeda tempat milik Setiya Aji, lokasinya ada yang di atas dan sebagian ada di bawah dekat sawah. Kami mengikuti jalan melewati depan rumah warga sekitar. Geliat ekonomi warga di sini naik saat Setiya Aji Farm Flower dikenal. Mereka membuat lapak kecil di depan rumah (tepi jalan) sembari menawarkan dagangannya.
Alpukat, Jambu Kristal, Jus Buah, Bunga Krisan dalam pot, atau aneka jajanan lainnya. Jelas terlihat ada keberkahan para warga sekitar saat Bunga Krisan di tempatnya terkenal. Aku dan gadis di sampingku terus berjalan. Kami memang sempat membeli dua kilo Alpukat ketika pulang. Itu karena gadis ini ingin membuat jus kala di Semarang.
“Kalau bunganya sekalian gimana ya?” Celetuk gadis ini menatap bunga segar tertanam di dalam pot.
“Ambil saja kalau mau beli. Tapi kamu yang pegang sampai Semarang ya,” Ujarku.
Dia melirikku, tatapannya penuh makna. Aku tertawa saja menanggapinya. Ini memang bukan obrolan lucu, namun terasa berkesan karena jarang bertemu.
Usai melewati jalan kecil di depan rumah warga, di depan kami ada banyak petakan bunga Krisan. Tidak semuanya berbunga, ada yang masih dalam proses pembibitan. Petakan lahan bunga Krisan yang ada di sana bukan sepenuhnya milik Setiya Aji. Ada juga milik penduduk lain. Namun yang dibuka untuk spot berfoto hanya punya Setiya Aji.
Jalur setapak bagi pengunjung Bunga Krisan |
Pohon Mangga besar membuat teduh di depan lahan Setiya Aji. Muda-mudi tampak asyik berfoto, sebagian dari mereka menggunakan bantuan tongsis. Tidak ketinggalan jasa motret, seorang lelaki sedikit gemuk menenteng kamera DSLR sembari membawa hasil cetakan foto di kebun bunga.
Bunga Krisan di Setiya Aji Flower Farm dominan berwarna kuning dan putih. Di beberapa sudut juga serumpunan Bungan Krisan berwarna merah menyala. Petakan bunga yang mekar sudah diberi jalan khusus dengan batas kawat dan tali. Pengunjung hanya bisa berfoto dari jalan setapak, tidak diperbolehkan menyeruak ke dalam tanaman.
Warna kuning dominan di Kebun Bunga Krisan Bandungan |
Kami berkeliling mengikuti jalur yang sudah tersedia. Sesekali mengabadikan bunga kala mekar, atau mengabadikan gadis yang kugandeng saat dia ingin berfoto. Ada juga foto bersama di sini, aku meminta bantuan pengunjung yang berada di dekatku. Pun dengan mereka meminta bantuan kembali untuk diabadikan.
Sudah ada banyak muda-mudi yang datang ke sini. Cuaca siang cukup panas walau berada di area Bandungan, namun tak membuat semangat para muda-mudi ini luntur. Sedikit bermandikan keringat, mereka berpose di sudut-sudut Bunga Krisan yang mekar. Lahan pertama diberi atap semacam plastik transparan berlangit-langit bambu. Jadi terasa benar gerahnya.
Bunga Krisan milik Setiya Aji ada beberapa petak di sini. Selain yang tertutup atap plastik transparan, ada juga yang berada di lahan terbuka. Lokasinya berdekatan, aku menyusuri jalan setapak melewati persawahan. Dari atas bisa kulihat hamparan Bunga Krisan yang mekar. Seperti yang di atas, dominan warna kuning bermekaran.
Lahan Bunga Krisan yang terbuka di persawahan |
Kombinasi bunga warna kuning dan putih menyebar di petakan. Aku mengabadikan dari atas. Seperti halnya yang di atas, di sini juga sudah ada sekelompok gadis sedang asyik befoto. Mereka bergantian mengabadikan diri tepat di tengah rerimbunan Bunga Krisan.
Penasaran dengan cara penanamannya, aku mencoba melihat para warga setempat yang membudidayakan Bunga Krisan saat menanam bibit. Di dekat lokasi Setiya Aji Flower Farm, aku melihat seorang bapak dan beberapa ibu sibuk menanam bibit bunga. Kusapa beliau dan berbincang disela-sela kesibukan menanam.
Pak Sutrisman nama beliau, lokasi lahan bunga beliau berdekatan dengan milik Setiya Aji. Bahkan kita harus melewati lahan beliau terlebih dulu sebelum sampai ke Bunga Krisan Setiya Aji. Pak Sutrisman dan keluarganya sudah sekitar 10 tahun membudidayakan Bunga Krisan.
“Kalau punya kami tidak saya buka untuk foto mas,” Ujar Pak Sutrisman.
Bunga-bunga Krisan ini siap panen kalau sudah 3 bulan ditanam dan tidak kena penyakit. Para petani Bunga Krisan biasanya akan menjual bunga tersebut pada penyetor/pengepul bunga. Biasanya pihak yang membutuhkan bunga langsung turun mencari dan menjemput bunga tersebut.
“Permintaan bunga itu tergantung musim mas. Kalau musim hajatan, biasanya permintaan meningkat,” Terang Pak Sutrisman.
Seperti yang kita ketahui, bunga ini biasanya digunakan untuk dekorasi pernikahan sampai ucapan selamat ataupun ucapan belasungkawa. Para pengepul bunga biasanya menggunakan mobil untuk mengangkut Bunga Krisan. Kata Pak Sutrisman ada juga pengepul dari Solo dan Madiun sampai di sini mencari Bunga Krisan.
Istri Pak Sutrisman menanam bibit bunga krisan dibantu saudaranya |
Kembali ke Bunga Krisan Setiya Aji, awalnya tempat ini ramai dikenal para pecinta swafoto setahun silam. Ada banyak muda-mudi setempat yang berfoto di sini dan diunggah di sosial media. Lalu sedikit demi sedikit pengunjung bertambah, rata-rata mereka yang datang adalah mahasiswi dari Semarang dan sekitarnya.
Menjelang akhir pekan, lebih dari 150 pengunjung yang datang. Mereka sengaja berfoto di bunga yang mekar. Spot-spot seperti ini memang menarik perhatian bagi para pecinta swafoto. Usai berfoto, mereka dengan mudah dapat mengunggah foto tersebut dari gawai pintarnya.
Di sini kita juga bisa membeli bunga perikat dari pihak pengelola atau dari warga setempat. Kalian bisa lihat di tagar #Setiyaajiflowerfarm
Usai berbincang dengan Pak Sutrisman, aku mengajak gadis di sisiku beranjak meninggalkan Bunga Krisan Setiya Aji. Kami berjalan menuju area parkir, dan menyempatkan beli Alpukat di kios warga setempat.
Kami berjalan santai sembari berbincang, perjalanan belum selesai karena masih ada satu destinasi yang harus kami kunjungi didekat sini. La Kana Chapel, bangunan unik di Bandungan inilah yang akan aku sambangi. *Berkunjung ke Bunga Krisan Setiya Aji Flower Farm Bandungan pada hari Sabtu, 04 Maret 2017
Kebun Bunga Krisan Setiya Aji Flower Farm
Alamat: Kampung Ngasem, Jetis, Kecamatan Bandungan
Tempatnya keren juga.
BalasHapusYapp, seru juga buat berfoto
HapusCiee phewuiiitt😗
BalasHapusDoh mas, subyek gadis-yang-berada-disisiku kok akehmen sih wkwkwk.btw kapan dibawa liburan ke karimun🙊
Harus ada selingan dalam tulisan mas. Bair sepedaku agak ngambek karena diduakan hahahahaha
HapusSetiya Aji Farm Flower tak hanya indah ya, sekaligus menggeliatkan roda ekonomi warga setempat. Paduan produksi dan wisata yang menarik.
BalasHapuslah destinasi berikutnya La Kana Kapel juga tak kalah menariknya. sabar menunggu postingannya ah.
Iya mbak memang bagus ehheheh
HapusSebenarnya La Kana Chapel sudah saya tulis terlebih dulu di blog
Ulala bunga-bungaaaa. Seru juga kalau foto a la- a la di sana.
BalasHapusBukannya kemarin udah foto ala-ala di Poncokusumo akakkaakka
HapusWiiih kencan,,,ternyata kencannya sebelum ke chapel La Kana ya,,,tapi kok foto berduanya nggak dipajang? Hihihi...
BalasHapusKencan itu apa mbak? Saya malah nggak tahu hahahaha
HapusBunga krisan emang cocok buat acara nikahan gitu ya Mas? Itu lagi survey ya ceritanya? #eh
BalasHapusSurvey tanya harga buat dekorasi *eh
Hapuskui nek ra diparingi jalan setapak di tengah kayak e bakal bisa bernasib sama amarilis kae mas
BalasHapusBener banget. Mending seperti ini
Hapuswaah. senannya lihat bunga krisan banyakan seperti ini... cantik..
BalasHapuskuningnya mempesona
Dominan emang warna kuning hahahhahaha
HapusItu bunga krisan ki bibitnya dari biji mas?
BalasHapusCiee pacalannn :p
Kurang tau, nggak tanya hahahahhaa
HapusKalau kesini ngajak cewek pasti deh betah banget mereka. Hahaha..
BalasHapusbtw didekat sini ada Hidroponik agrofarm mas, nggak mampir ???
Wah ada toh Hidoponiknya? Besok lah aku main coba
HapusAsyik juga kayaknya jalan-jalan ke sini bareng seorang gadis. :D
BalasHapusSama siapapun pasti seru kok mas :-)
Hapuswah ada tempat secantik ini di Indonesia 😍
BalasHapusBunga Krisan makin banyak dibudidayakan bang.
HapusMas kebun bunga nya berbunga terus, atau ada musim-musimnya??
BalasHapusTakut ny pas kesana bunga nya baru di tanam?
Setahuku berbunga terus, karena di sini memang pembibitan.
Hapushp pak nasrullah brp
BalasHapusHalo pak/bu, untuk komunikasi nomor hp bisa email saya di roellah@gmail.com
Hapus