Menepi di Telaga Kembangsari Temanggung |
Perjalanan
selanjutnya adalah mengunjungi Embung Tlogopucang. Motor yang kami naiki melaju kencang di jalan aspal. Tidak
banyak kendaraan yang berlalu-lalang, sesekali hanya warga setempat yang
melintas. Kukatakan warga setempat karena mereka yang mengendarai motor tak
menggunakan helm, serta di belakangnya terdapat rumput untuk ternak.
Kali ini
kami masih mengira-ngira di mana lokasi embung tersebut berada. Jalan yang kami
lalui sudah benar, ini jalan arah ke Desa Tlogopucang, di sanalah embung
berada. Sampailah kami pada pertigaan yang terapat plang arah belok kiri ke
Tlogopucang. Kami langsung mengarahkan motor ke sana. Selintas di sisi kanan
ada semacam telaga. Charis menghentikan motor dan menuju tempat tersebut.
Jika
dilihat secara seksama, ini aliran seperti anak sungai kecil. Atau malah lebih
mirip dengan telaga. Di tengah-tengahnya terdapat keramba apung. Keramba
tersebut biasanya diberdayakan oleh warga untuk memelihara ikan air tawar.
Ikan-ikan itu nantinya dijual ke orang yang menampung ikan.
Keramba di tengah DAM Kembangsari. Itu awannya seperti burung atau apa ya? |
Sepi,
senyap. Itulah yang kurasakan. Ketika kami duduk di tepian telaga ini, tak ada
orang yang lewat. Kulihat di atas ada yang sempat melongok dari pintu rumah.
Namun mereka berlalu begitu saja. Kami berdua terdiam, bingung sendiri mengenai
tempat ini. Biasanya tempat-tempat seperti ini banyak orang gunakan untuk
memancing. Tapi siang ini sepertinya tidak ada aktifitas memancing.
“Ini
embungnya?” Tanyaku sangsi.
“Sepertinya
bukan ini. Kalau difoto itu lokasinya di atas perbukitan. Bukan di bawah,”
Jawab Charis.
Kepalang
basah, biarpun kami tahu ini bukan lokasi tujuan, kami tetap berhenti di sini. Tak
sengaja di belakang kami ada dua motor yang dinaiki anak-anak setempat. Rambut
mereka masih basah, seperti habis main air.
Lokasi DAM Kembangsari berdekatan degan rumah warga |
“Embung
Tlogopucang di mana, dek?”
“Masih
ke sana lagi mas. Tidak jauh kok,” Jawab anak yang paling besar.
“Kalau
ini namanya apa?” Tanyaku lagi.
“Ini DAM
Kembangsari.”
Kami
yang sudah tahu kalau ini salah lokasi malah senang. Charis duduk menikmati siang
bersama anak-anak di tempat naik ke sampan. Sedangkan aku sendiri asyik
berjalan dari arah lain ke sudut yang berbeda untuk mengabadikan DAM
Kembangsari. Nama Kembangsari sendiri diambil dari nama desa yang berkecamatan
di Kandangan tersebut.
Tidak banyak
yang temukan informasi mengenai DAM Kembangsari. Dari beberapa portal seperti Antara Jateng dan Suara Merdeka, kutemukan kegunaan DAM; Bendungan/ Cekdam ini yang
dikelola oleh warga setempat. Dari kedua portal tersebut dituliskan jika
bendungan Kembangsari ini dijadikan warga sebagai tempat menabur benih. Bahkan
untuk memancing saja diberi aturan khusus. Tidak tiap hari diperbolehkan
memancing di sini. Masih dari informasi dari kedua portal di atas, tahun 2015
bendungan ini disebar benih ikan sebanyak 4.000 ekor ikan Nila.
Perahu Naga berada di keramba apung |
Sebenarnya
DAM Kembangsari ini memang ditujukan untuk lokasi wisata. Disediakan perahu
Naga yang bisa digunakan untuk memutari telaga. Namun waktu kami ke sini tidak
sedang buka, padahal waktu kami ke sini sedang akhir pekan. Asyik juga kalau
bisa memutari bendungan dan melihat sisi lain. Ulasan mengenai tempat ini
dijadikan wisata sebenarnya sudah diulas salah satu jurnalis dari Suara Merdeka.
Tak
habis akalku. Walau aku tak menaiki sampan, setidaknya aku bisa memutari
sedikit bendungan dari tepian. Lokasi bendungan yang berada di dekat area warga
membuatku lebih tenang. Tak perlu risau, karena aku di sini memang berniat
hanya mengabadikan. Perahu Naga ada di keramba, sedangkan di samping hanya ada
sampan kecil berwarna biru. Bisa saja kalau aku nekat naik perahu ke tengah
bendungan, tapi tidak etis rasanya kalau melakukan hal tersebut. Kita tidak
boleh memaksakan kehendak jika tidak ada pihak yang mengijinkan.
Untuk
mengisi waktu di sini, aku mengambil beberapa gambar bagaimana suasana
bendungan yang sepi ini. Anak-anak yang tadi bersama kami di sini sudah
membubarkan diri, tinggal kami berdua saja. Charis pun kusarankan untuk berpose
di ujung banguan tempat sampan kecil tertambat. Aku mengabadikan dia di sini,
malah seperti seseorang yang sedang menunggu. Entahlah, ini menunggu jodoh atau
menunggu kepastian.
Menanti kepastian *eh |
Jangan
dikira dengan mudahnya proses menginjakkan kaki di sampan seperti ini. Jika
tidak hati-hati, bisa terjerembab ke bendungan. Sampan tersebut kami rapatkan
dengan tepian tanah, dan Charis seolah-olah memijak sampan kencang. Padahal
sebenarnya dia sedang berusaha agar sampan tak bergeser ke tengah. Memang lebih
asyik kalau pose seperti ini itu berdua dengan pasangan, *eh.
Usai
memotret DAM Kembangsari, aku tertarik melihat apa yang dijemur di tepian
jalan. Ternyata yang dijemur itu Kopi. Kita tahu kalau Temanggung tak hanya penghasil
Tembakau. Siapa tahu setelah ini terus kalian minat dengan Kopi dari
Temanggung.
Biji Kopi Temanggung dijemur |
Kami
berdua melanjutkan perjalanan menuju destinasi tujuan, Embung Tlogopucang. Kalau dari penjelasan anak-anak tadi, lokasinya
tidak jauh. Tapi aku dan Charis tidak bertanya secara detail mengenai rutenya.
Namanya juga lupa, jadi hanya bertanya lokasinya saja. Tujuan pertama yang
terpenting adalah mencari desa Tlogopucang. Kalau ketemu desanya kan lebih
mudah, bukan begitu?
DAM
Kembangsari memberikan cerita tersendiri, layaknya Hutan Pinus Temanggung yang sempat kusinggahi sebelum ke sini. Kita
tidak pernah tahu ke depannya seperti apa. Jika memang DAM Kembangsari ini dikelola
dengan lebih giat lagi, tidak mustahil akan ada wisatawan yang berkunjung tiap
pekan. Yang terpenting adalah kemauan dan kerja keras warga/pemuda setempat
untuk memperbaiki. Siapa tahu malah lokasi ini digunakan sebagai tempat lomba
memancing. Kan lumayan, bisa menarik perhatian sekaligus promosi. *Menepi di Telaga Kembangsari, Temanggung
pada hari Minggu; 07 Agustus 2016.
Fix kui ekspresine Charis lagi nunggu kepastian hahaha. Temanggung jebul akeh tenan ya pesona alam e, gak cukup sedino nde kono. Kapan yok budal rame-rame, sisan sing gawe pose menunggu kepastian massal huahahaha.
BalasHapusBocahe iseh durung yakin, mas hahahahha
Hapushuahahahaaa....jujur saja nih yaaa, Charis tuh ekspresinya memang sedang menunggu kepastian...yakni kepastian antrean kamar kecil yang mengular...hahaha...pisss Chariss...semoga segera dapet pasangan #eh, yg punya blog ini juga...tapi awasm ya,,,kalian jangan jadi pasangan walaupun sudah beromantis ria sepedamotoran keliling Temanggung berduaan...
BalasHapus#ngakak baca komen ini
HapusNasibku toh buk hahahhahahah. Tenang bu, aku tetep bisa jaga diri kok akkakakka
HapusKalau baca tentang temanggung kenapa bawaannya adem ya :))
BalasHapusMembayangkan juragan mbako wkwk.
Eh mas sitam haruse sangu pancing. Kamu kan jagonya memancing kerusuhan kan mas? :p
Koe ojo bimbang loh mbak. Jane pengen milih Dlingo opo Temanggung je? Weh ojo mung PHP kakakakaka
HapusPerjalanan itu asik saat tersesat tapi berhasil menemukan tempat lain yang cantik. Bagus je keliataannya tempatnya
BalasHapusYang penting nggak hatinya yang tersesat hahahahha
HapusAwan yang di foto itu bentuknya kayak unggas,, angsa besar??
BalasHapusHahha ekspresinya Charis emang 'ngenes' abis.... suka banget sama postingan ini... 👍🏻
Mirip angsa :-D
HapusItu aja sadarnya pas udah balik :-D
telaga nya masih asri belum terjamah
BalasHapusSebenarnya sudah dikelola, hanya saja kurang maksimal sepertinya.
Hapusdulu g sempet eksplor tempat ini e. dulu cuma di sumur tempat ambil air suci pas momen waisak. pas semangat2 e liputan. kwkw.
BalasHapusapik ternyata telagane
Kamu udah biasa seperti itu. Jadi kapan mau maju jadi bupati? :-D
Hapusdan mas charis masih menjadi topic of the post XD
BalasHapusKarena ini ide dia ahahahha
Hapuskayaknya kalo menyusuri telaga kembangsari sama (((pasangan))) bakal romantis banget..
BalasHapusHhahahaha, romantis banget mas.
HapusLihat danaunya, jadi inget danau di Tanggamus, Lampung. Mirip kayak gitu.
BalasHapusIni danaunya kecil, om. Semoga saya bisa ke Lampung :-)
Hapuseh asyik duduk merengung di tepi telaga
BalasHapus.. dan dapat ide mau nulis apa besok ahahahhaha
Hapusmenemukan suatu tempat yang tak terencana itu memang seru yaa, heuheuheu
BalasHapusbtw itu gambar kopi dijemur toh, kalau gak ada caption nya , aku enggak tahu kalau itu biji kopi
Langsung semangat buat nulisnya, mas.
HapusItu biji kopi lagi dijemur mas.
lokasi wisata tapi kelihatannya masih sepi, ya? Padahal akhir pekan. Termasuk lokasi wisata baru?
BalasHapusKalau kubaca dari beberapa portal ini wisata lama, hanya belum dioptimalkan saja.
HapusEkspresinya ngena banget tuh.
BalasHapusMenunggu kepastian yang tak kunjung tiba. Hahaha.
Hahahhaha, kepastian pasti datang kok.
Hapuskopinya kalo dah ditumbuk dan diseduh bakalan nendang tuh rasanya :D
BalasHapusKopi Temanggung memang istimewa.
Hapuswaah kebayang naik perahu naga nyusurin dam nya mas :D. tapi kalo aku bisa milih, justru sepi begini bgs sih, jd ga semrawut ;)..
BalasHapusHehehhee, tempat sepi emang menyenangkan :-)
HapusHidup mmg mesti pasti2 aja yaaa, kalo ngak pasti gitu yaa merana. Sama menanti jodoh juga gitu #EhGimana
BalasHapusBuahahahha, jodoh pasti datang. Tapi waktunya yang dirahasiakan :-D
HapusWaakss temanggung sepertinya mulai banyak objek wisata yg diangkat ya mas.
BalasHapusJadi makin ramee
Jadi minat main ke Temanggung? :-)
Hapusitu foto menanti kepastiannya .... koq kayak kesel begitu yah :D
BalasHapusHuahahahha, ini capek kang :-D
Hapusenak juga tu mas naik perahu sambil keliling danau , apalagi sama pasangan :)
BalasHapusMasih seruan bareng teman main. Bakal teriak-teriak hahahahha
Hapus