Bukit Panguk Kediwung mencuat pertengahan tahun 2016. Beredar foto-foto indah di Instagram yang diambil dari sana. Kabut tebal merata di setiap penjuru serta halus bak kapas, ditambah dengan gardu pandang menghadap ke arah timur membuat tempat tersebut laksana di atas awan.
Terlebih kehadiran model yang berpose di atasnya. Karya-karya indah di Bukit Panguk bisa kita lihat di akun instagramnya teman-teman Insta Nusantara yang berdomisili di Jogja. Lebih dari setengah tahun setelah Bukit Panguk dikenal, aku baru menyempatkan berkunjung.
Awalnya ini tidak direncanakan. Akhir pekan, aku bersepeda bareng teman menuju Jurang Tembelan. Niatnya hanya ingin menambahi foto blog dengan ikon baru yang berbentuk kapal. Berhubung waktu masih pagi, aku mengajaknya untuk mengunjungi tempat lain. Pilihanku jatuh pada Bukit Panguk, karena lokasi dari Jurang Tembelan tinggal beberapa kilometer.
Itupun jalanan relatif menurun, tak ada tanjakan berarti ke sana. Kecuali jalanan pulang ke Jogja dari arah Bukit Panguk. Jalanan menuju Bukit Panguk Kediwung mengingatkanku pada jalanan di Karimunjawa. Jalan aspal yang sudah rusak, ditambah setiap sisi lebih dominan pepohonan. Benar-benar mirip jalan Karimunjawa – Kemujan sewaktu belum diperbaiki.
Bagiku, jalanan seperti ini tidaklah kejam. Hanya saja bagi kalian yang baru pertama kali mengunjungi kawasan Dlingo dan sekitarnya harus berhati-hati. Setiap jalan mempunyai tanjakan dan tikungan tajam, sehingga harus benar-benar waspada. Jangan sampai lengah agar semuanya berjalan dengan lancar sampai tujuan.
Menyusuri jalanan rusak menuju Bukit Panguk Kediwung |
Kuikuti jalan menurun dari Jurang Tembelan mengikuti rute jalan ke Bukit Panguk. Febri sudah terlebih dulu mengayuh pedalnya, sepeda dia lebih mumpuni untuk melibas jalan turunan yang tajam. Aku sendiri yang sudah mengetahui medan jalan mengatur rem sepeda.
Tepat di tikungan setelah Jurang Tembelan ada tikungan tajam, sehingga aku harus mengatur ritme sepeda lebih lambat. Selepas itu aku bisa memainkan kecepatan sepeda beragam. Tak ada lagi turunan tajam, yang ada sekarang jalanan berlubang.
Gapura kecil di Bukit Panguk Kediwung berada di tengah-tengah pepohonan Jati |
Tidak sulit menemukan Bukit Panguk Kediwung, setiap jalan sudah dilengkapi dengan plang petunjuk arah. Mendekati lokasi, jalanan lebih bercampur tanah dan berbatu. Setiap sisi jalan merupakan perumahan warga. Sembari mengayuh pedal sepeda, aku menyempatkan menyapa warga yang beraktifitas. Sambutan warga sangat ramah, mereka begitu terbuka dengan setiap pengunjung.
“Hati-hati, mas. Jalannya licin, semalam hujan,” Begitulah ucapan para warga yang menyapaku pagi ini. Menyenangkan sekali rasanya.
Rute menuju Bukit Panguk Kediwung
Rute yang paling mudah ke sini hampir sama dengan menuju Gardu Pandang Mangunan. Dari Kota Jogja – Jalan Area Makam Imogiri – Jalan menuju Mangunan (Pinus, Becici, dll) – Pertigaan ambil arah Mangunan – Turun terus melewati Mangunan sampai ketemu plang arah Bukit Panguk Kediwung.
Jika dari Jurang Tembelan, atau dari area Parkir Gardu Pandang Mangunan, untuk menuju Bukit Panguk sekitar 15 menit lagi (mengendarai kendaraan bermesin). Diharapkan berhati-hati untuk yang menggunakan mobil karena jalanan tidak begitu luas. Selain itu pastikan kendaraan yang digunakan benar-benar kuat melibas jalanan di Mangunan.
Di depanku sebuah gerbang kecil berbentuk love sudah menyambut. Berada di tengah-tengah perkebunan jati yang masih kecil. Area Bukit Panguk Kediwung sudah dikelola warga setempat. Sebuah gazebo kecil di samping jalan masuk dipenuhi bapak-bapak warga setempat yang menunggu pengunjung datang.
Beliau silih berganti mengatur motor dan mobil yang akan parkir. Di sini, jalan masuk dan keluar berbeda. Jadi para bapak yang menjaga akan mengarahkan pengunjung yang ingin meninggalkan destinasi ini. Sepeda yang kunaiki diperbolehkan masuk sampai di tepian gardu pandang. Aku harus menuntun sepeda, jalanan di sini becek karena semalam diguyur hujan.
Ya, jika hujan semalaman mengguyur area sini, nantinya jalan yang masih dominan dengan tanah liat akan menggumpal di alas kaki, tak ketinggalan ban sepedaku. Seperti yang sudah diketahui, Bukit Panguk Kediwung adalah destinasi wisata yang menawarkan keindahan alam.
Barisan bukit di seberang ditambah dengan kelokan Sungai Oya di bawah menjadi daya tarik para wisatawan berkunjung. Jika memang ingin menikmati keindahan yang eksotik, kalian ke sini pada pagi hari.
Salah satu spot berfoto di Bukit Panguk Kediwung yang menghadap ke Sungai Oya |
Gumpalan awan lembut bak kapas akan menjadi pemandangan yang indah. Di sini pula para fotografer berkumpul untuk membidik momen indah tersebut. Jangan kaget kalau ada banyak foto indah ketika kalian menulis kata “Bukit Panguk” di Instagram. Sebagian besar adalah foto yang menampilkan kabut dan sunrise ditambah model yang duduk/berdiri di gardu pandang menghadap ke timur.
“Kalau foto disayap Kupu ini bayarnya 3.000 rupiah, mas,” Ujar mas yang jaga di spot swafoto baru berbentuk sayap Kupu-kupu.
Aku mengantri dan membayar Rp.6.000 untuk dua orang. Lelaki tanggung yang bertugas jaga memberikanku dua karcis.
“Antre 15 menit lagi ya, mas. Silakan keliling dulu kalau ingin memotret.”
Sebelum aku memang ada sekeluarga yang asyuk memotret. Aku menuju Gardu Pandang yang sepi dan gratis terlebih dulu untuk memotret sepeda. Papan-papan kecil yang menjadi titian sudah kotor bekas tanah liat. Sudah pasti ini bekas tanah yang menempel di alas kaki dan terkena papan di sini.
Kubawa sepeda untuk jadi properti foto. Oya, sebelum berfoto di sini menggunakan sepeda, aku sudah meminta ijin dari mas yang jaga dan diperbolehkan. Jangan lupa ijin terlebih dulu jika ingin memotret dan menggunakan properti tertentu.
Spot asyik berfoto bareng sepeda |
Tak lebih 10 menit saja, aku sudah selesai berfoto di area Gardu Pandang yang gratis. Di Bukit Panguk Kediwung ada beberapa gardu pandang. Ada yang gratis dan ada yang berbayar. Sewaktu aku ke sini, gardu pandang berbentuk sayap kupu ini salah satu yang berbayar.
Sementara spot lainnya belum jadi (mungkin sekarang sudah jadi). Ketika namaku dipanggil mas yang menjaga, aku dan Febri bergantian foto. Ingin rasanya membawa sepeda ke sini dan berfoto bareng.
Berhubung ban sepeda kotor, dan ketika berfoto harus melepas alas kaki, jadi di sini tidak bisa menggunakan properti sepeda. Apalagi setiap orang hanya diberikan waktu 3 menit untuk berfoto. Aku dan Febri gantian berfoto, kami berdua hanya membutuhkan waktu empat menit saja.
Spot Sayap Kupu, di sini bayar Rp. 3.000 |
“Masih ada 2 menit mas,” Ujar mas yang menjaga.
“Nggak apa-apa, mas. Biar gantian yang lain saja. Kasian dari tadi nunggu,” Jawabku tertawa.
Empat cewek yang duduk di batang kayu sedari tadi menunggu antrian tertawa. Mereka beranjak gantian berpose foto. Aku sendiri tidak lantas pergi, malah asyik berbincang dengan mas yang menjaga Sayap Kupu. Jika tidak salah, nama beliau adalah Mas Fajar.
“Kalau yang foto di sini setiap akhir pekan biasanya 100 orang mas. Tapi untuk keseluruhan yang datang saya tidak tahu. Kan mereka tidak semua foto di Sayap Kupu.”
Bisa jadi pengunjung yang datang tiap harinya di sini lebih dari 300 orang/hari. Ini hanya perkiraanku saja sih. Bisa jadi malah lebih dari 300 orang, karena pihak yang menjaga di sini tidak bisa mengira-ngira. Mas Fajar hanya mengetahui orang yang swafoto di area berbayar saja.
“Ini lokasi favorit para teman Insta Nusantara ya, mas?” Tanya kembali.
“Mas kenal dengan teman-teman Insta Nusantara? Iya mereka memang sering motret di sini,” Sembari menyebut nama-nama mereka. Aku memang mengikuti beberapa akun tersebut, persis dengan yang disebut oleh Mas Fajar.
“Hanya mengikuti mereka saja di Instagram, mas.”
Tahan dulu posenya, mbak. |
Sembari berbincang, aku tak lupa membidik salah satu pengunjung yang sedang berpose foto di Sayap Kupu. Aku berteriak agar mbak tersebut mau menahan posenya sampai aku selesai memotret. Ketika selesai memotret, aku mengucapkan terima kasih pada mbak tersebut.
Setiap spot berfoto di sini seluruhnya menghadap ke Sungai Oya. Aku menghitung ada lebih dari tiga spot berfoto. Setiap gardu pandang selalu ramai digunakan para pengunjung untuk berswafoto. Butuh kesabaran untuk memotret gardu pandang tanpa ada orang di atasnya. Dari sini pula, kita dapat melihat keindahan alam dari atas. Barisan bukitnya cukup indah dan terlihat hijau.
Pose lain para pengunjung di Bukit Panguk Kediwung |
Pasangannya masih setia menunggu di atas gardu pandang. Mereka silih berganti memotret. Ya, jauh-jauh ke sini kok nggak foto bareng. Itu hanya batinku loh ya, bukan kuucapkan langsung pada mereka berdua. Toh mereka berdua nggak meminta bantuanku untuk mengabadikannya.
Tak terasa sudah lumayan lama aku di sini. segera kuambil sepeda yang terparkir dan melanjutkan perjalanan pulang. Di ujung jalan arah keluar, aku menyapa sekumpulan bapak yang melakukan kerja bakti memberishkan lahan di area Bukit Panguk. Di sini, licinnya jalan cukup terasa di sepeda. Terlebih ban sepedaku kecil.
Jalanan beranjak mulus, beberapa kali kulihat remaja mengendarai sepeda motor berhenti dan melepas sandal. Sandal tersebut dipukul-pukulkan pada aspal. Tanah liat menempel di alas kaki mereka. Aku dan Febri berhenti di jalan datar dan menepikan sepeda. Kuambil makanan dan minuman di dalam tas, lalu mengunyah sepotong roti.
“Masih pukul 09.00 WIB. Sepertinya bakalan cepat kita sampai rumah,” Kata Febri meyakinkanku. *Bersepeda menuju Bukit Panguk pada hari Sabtu, 24 Desember 2016.
Wah udh keren sekarang ya mas tempatnya, kapan2 main lagi ah kesitu :)
BalasHapusSeru banget deh kalau bawa sepeda, perjuangannya kerasa.. he
Enakan naik motor, nggak mikir pulangnya capek lihat tanjakan.
HapusYaaa ampun lagi musim banget yaa itu jembatan2 kayu atau tower yaa nyebut nya hehehe. Kayaknya dimana2 pasti ada dech
BalasHapusSekarang malah tambah bagus lagi, om ahahhaha
Hapusitu yg spot kupu-kupu gak ada pengamannya mas? kayaknya kok ngeri bgt
BalasHapusAda tuas pengamannya. Kalo dirasa takut bisa memakainya langsung dan didampingi yang jaga
HapusSekarang-sekarang ini Yogya terkenal sekali dengan objek wisata tempat foto dari ketinggian yang dramatis nan spektakuler seperti ini ya, Mas. Semenjak Kalibiru agaknya banyak sekali tempat serupa bermunculan. Semoga berdampak baik pada masyarakat sekitar. Saya jadi lebih kenal lansekap selatan Yogya dengan tempat-tempat seperti ini. Konturnya memang tidak datar ya. Kaya pepohonan juga (saya pikir mulanya itu pegunungan kapur!). Tapi ditambah sungai yang meliuk-liuk, jadi keren banget. Hahh semoga bisa mampir kalau ke Yogya lagi, hehe.
BalasHapusKawasan Dlingo memang konturnya perbukitan mas. Jadi benar-benar bisa melihat keindahan alamnya. Terlebih di bawah ada suanga Oya
HapusMas mas di sini kemarin udah buat syuting ftv wkwk
BalasHapusSalah satu jepretan potograper jogja di kediwung udah direpost instagram juga. Kediwung wis menduniaaa :)
Gonku gak direpost hiks padahal foto modelnya wes sama
HapusMbak Dwi, lah koe kapan rep foto wong 2 neng kene?
HapusLagi ngetrend ya foto spot di ujung bukit kayak gini. Tapi emang pasti bagus sih hasilnya. Sayangnya belum sempat ke sini.. hiks
BalasHapusSekarang memang musimnya seperti ini :-D
HapusInsta Nusantara mas..
BalasHapus*Langsung edit
HapusYa Ampun,,,itu yang bentuk kupu2 ga ada pagarnya? Ga takut kejlungup kalo pose disitu? ;D
BalasHapus3000 rupiah? kalo pegunjungnya 300, berarti dapat 900 ribu per hari? Wow...
Sumpah indah banget... travel list...
Adanya tuas pengaman di bawahnya mbak. Kalau takut bisa dipakai hehehehhe
Hapusuntuk foto preweding kayaknya cocok tu Mas
BalasHapusBener mas *eh
Hapuswah ... cuma 3000 biayanya dan bisa melihat pemandangan yang menakjubkan dari atas ... keren
BalasHapusBisa buat motret juga ahahahhaha
HapusKayak Kalibiru juga ya konsepnya mas RUllah.
BalasHapusIya mas. Sekarang banyak lokasi ayng konsepnya seperti ini.
HapusBagus juga tempat nya Mas. Memang kekinian yang model begini. Poto-poto di gardu pandang
BalasHapusTinggal mikir pose apa kita di sana, mas hehehehe
Hapuswah pengen banget ikutan foto2 disitu, biayanya ringan di kantong ya, cuma mungkin ongkos kesananya yang tebel :(
BalasHapusSiapa tahu kalau pas main ke Jogja bisa sekalian ke sini.
Hapuslagi ngetrend ya .. tebing di kasih gardu pandang ... memang foto2 disana bakalan tampil indah apalagi pake pose2 yang sedikit susah ... kalau perlu pake pose yoga :D
BalasHapusMemanfaatkan momentum kang, banyak yang seperti ini dan berhasil menggaet pengunjung
HapusKeren banget mas..bisa foto bersama sepedanya. Saya sering berkunjung ke imogiri tapi belum pernah sampai bukit panguk. Kapan-kapan coba ah mblusuk ke sini.
BalasHapusTinggal berjuang nanjak sedikit ke aarah mangunannya mas :-)
Hapustempat-tempat seperti ini sekarang lagi hits ya mas :D di Klaten pun (Deles Indah) juga sudah dibangun seperti itu.
BalasHapusAku pengen ke sana, mas. Mbok aku diajakin ke sana loh ahahahha
Hapusbayangno, jika bukit di foto yang paling atas itu kerendem air sampai nyaris separuh bukit. pasti kayak raja ampat yo :D
BalasHapusWehhh kui malah bahaya mbak. Kan dibalik bukit itu banyak kampung :-)
HapusItu posenya mbaknya kayak ngendorse tas :D
BalasHapusBagi orang yang sudah lama tinggal di perkotaan, berburu kabut bisa jadi hiburan yang luar biasa menakjubkan karena sehari-hari pagi di kota-kota itu sudah ada 'kabut' beracun: asap kendaraan bermotor :D
Hahahahha, kok bener ya mas.
HapusAyo mas main-main ke Jogja, kan sudah mau bulan 2 ahahhahah
Nah makin banyak aja tempat seperti ini. Lihat foto-fotonya jadi inget Munca Teropong Laut yang ada di Lampung.
BalasHapusomnduut.com
Tempat semeprti ini cepat hits karena ada spot foto ala-ala gitu om :-)
Hapustempat narsisnya aitu loh bikin ngiler
BalasHapusHeheheh, bikin pengen unggah di sosmed mas
Hapusdi lombok juga mulai banyak bermunculan gardu pandang seperti ini,,
BalasHapusnext akan aku bahas , heuheuheu
Wah emang lagi musimnya mas. Ditunggu ceritanya :-)
Hapuswahh keren banget, mau dung di ajak kesini>>hehehe
BalasHapusdi tempat saya juga ada seperti ini... kapan2 di post deh
Ditunggu ceritanya ya.
HapusYogyakarta, masih menyimpan banayk sekali keindahan alam yang memang belum banyak orang yang tahu ya salah satunya ini dia bukit panguk.... pengen kesana jadinya..
BalasHapusJogja selalu berbenah dan berkreasi, terlebih kabupaten seperti Bantul, Kulonprogo, dan lainnya.
HapusWah 300an orang kira2 saban hari mampu menaiki papan iyu secara bergantian, semoga tahanannya kuat ahahha
BalasHapusBtw ada typo mas, tadi liat satu menunggu hadi menggungu kalo ga salah haha
Iya tiap hari ehehhe, dan selalu dicek kok layak atau tidak spotnya.
HapusMakasih atas infonya, segera kuedit.
Spot foto kekinian ya mas haha semoga berdampak baik dan bisa jadi contoh buat daerah-daerah lain yang punya potensi yang sama (area pegunungan) ^^
BalasHapusIya. Selain itu juga bisa menggeliatkan ekonomi warga setempat untuk berjualan.
HapusIa ne lagi trend di instagram, tempatnya dan pemandangannya keren,
BalasHapusYang spot kupu2 pasti jadi primadona pengunjung kan mas, hehe
Hahahahha, kudu ke sini kamu mas
HapusMenyenangkan sekali kalau lihat foto-fotonya, natural dan indah pemandangannya, perlu dipikirkan nih harus sering piknik biar blogku ada cerita wisatanya he...
BalasHapusHehehehe, tergantung niche blog mas. Kalau gado-gado seperti punyaku ini sih asal nulis saja :-D
HapusEh ternyata pemandangan alamnya unik ya, beda dari obyek wisata serupa di Bandung yang diselimuti hutan pinus dan kentara banget bentuk pinusnya dari ketinggian. Boleh nih ajak temen-temen Bandung ke sini. Mudah ditemukan juga ya kalau dari petunjuk yang kau paparkan.
BalasHapusMirip Tebing Keraton kah mas? Hahhahah
HapusAyo balik Jogja mas, banyak lokasi baru loh di sini ahahhaha
Makin banyak aja yg beginian. Ampe bingung bedain ini yg dimana itu yg dimana. hahaha
BalasHapusGampang biar nggak salah, samperin semua sama cewek. Pasti kamu bakalan ingat hahahhahah
HapusDi tumah saya kalau musim hujan pagi hari Kabut yang berburu saya
BalasHapusJadi ingat rumah teman yang di Temanggung juga seperti itu
Hapusduh lemes dan dingin kaki kalo ke tempat tinggi2 kayak gini, btw kalau traveler dari luar kota kayak aku yang pengen ke pinggiran jogja kayak gini dengan budget minim gimana ya? mau sewa mobil entek duite, mau sewa motor lah gak tau jalan sama medannya, mohon sarannya mas
BalasHapusTenang mbak, tiap sudut Jogja mengasyikkan kok untuk diabadikan. Jadi bisa menikmati pinggiran kota Jogja.
Hapusitu ngeri gak sih berdiri di ketinggian gitu? kan beda sama daki gunung karena masih banyak sisi-sisi buat pegangan hehe
BalasHapusIni sebenarnya nggak benar-benar di tebing kok mbak. Jadi gambarnya saja terlihat dari tebing.
HapusAlamak memang keren spotnya, aku pas kesana kemaren pas lagi hujan-hujannya hehehe
BalasHapusHehehehe, nunggu reda baru bisa foto ala-ala :-)
HapusKok ngeri yah lihat kayu2nya kayak udah tua, ngeri roboh hihi
BalasHapusKayunya tiap hari diperiksa sama yang jaga. Jadi aman, kalaupun takut biasanya dari pihak yang jaga tidak memperbolehkan naik :-)
HapusAsyik kayaknya nich tempatnya, hampir mirip sama Puncak Sendaren Purbalingga
BalasHapusHehehhee,
Hapusdi Jogja ada banyak tempat yang mirip dengan ini :-)
Wih, ngeri banget tuh klo foto sayap kupu, ga ada pengamannya gtu. emang ga bahaya ya?
BalasHapusAda pengamannya kok.
Hapusjadi tau sekarang kalo trend foto dari ketinggian, mesti manjat dulu
BalasHapusKan memang harus naik :-)
Hapuswah keren, yang berhubungan dengan alam memang layak dikunjungi.
BalasHapusDi sini lebih sering buat motret sunrise mas :-)
Hapus