Posong, Salah Satu Destinasi Alam Favorit di Temanggung |
Banyak
teman yang menyarankan jika berkunjung ke Wisata Alam Posong, Temanggung itu
sebaiknya menjelang pagi. Nantinya kita akan melihat keindahan sunrise. Lokasi Posong yang berada di
lereng Gunung Sindoro menjadikannya cepat dikenal dan didatangi para pecinta sunrise. Tentu ada banyak gambar yang
menampilkan bagaimana keindahan kala menjelang pagi yang diambil dari tempat
tersebut. Bagi kalian yang tidak dapat mendatanginya menjelang pagi. Kita pun
masih bisa menikmati pemandangan di sana.
*****
Kabut
menggelayut di atas Desa Ngadirejo, Temanggung menjelang subuh. Aku sempat melongokkan kepala menatap jendela.
Tampak jelas kabut tipis datang, membuat kami menjadi semakin ingin
berlama-lama untuk menarik selimut. Ini menjadi pertanda rencana yang disusun
semalam akan gagal.
Mentari
memang belum menampakkan diri, tapi kami yang berada di rumah teman di
Ngadirejo sudah yakin tidak bakal terkejar memotret sunrise di Posong. Jarak yang kami tempuh dari Ngadirejo menuju
Tlahab lebih dari 30 menit. Kami berempat menikmati kegagalan ini dengan berbincang
santai sembari minum kopi di ruang tamu.
“Tidak
masalah gagal motret sunrise, yang
penting kita tetap ke Posong.”
Begitulah
kiranya hati berkata. Mau bagaimana lagi, ketika niat menyeruak ingin menuju ke
tempat tersebut, namun tubuh kalah dengan rasa dingin subuh. Terang saja
menarik selimut kembali tidur adalah pilihan yang tak bisa ditolak bagi orang
seperti aku.
Perjalanan
kami mulai dari Ngadirejo, sedikit tersendat di area pasar, namun selepas itu
kembali lancar. Rute jalan agak menanjak, kami menggunakan dua motor tidak
menarik gas terlalu kencang. Mendadak ban motor yang aku naiki bocor,
perjalanan terhenti kurang lebih setengah jam.
Kami
melanjutkan perjalanan, sampailah kami pada rute baru Jembatan Sigandul di Desa
Tlahab, Kledung yang menghubungkan antara Temanggung dan Wonosobo. Sebuah papan
besar bertuliskan “Uji Coba Jalur Baru” terpampang jelas. Pemandangan di
sekitar sini sangat elok, sayang sebenarnya kami tidak berhenti dan
mengabadikannya. Menurut berbagai sumber, Jembatan Sigandul ini menghabiskan
biaya sekitar Rp.34 Milyar. Jalanan terus meliuk di antara dua gunung Sindoro –
Sumbing. Hingga kami sampai pada plang gerbang Posong.
Gerbang masuk ke Wisata Alam Posong |
Perjalanan
sebenarnya dimulai dari gerbang ini, jalanan yang hanya bisa dilewati satu
mobil serta penuh bebatuan harus dilibas. Jika kalian ke sini menggunakan ban
motor kecil, aku sarankan balik saja. Takutnya malah motor kalian rusak. Ruas
jalan lebih dari 2km ini meliuk-liuk di antara perkebunan Tembakau dan Kopi. Di
tengah perjalanan, petugas yang mengurusi tiket masuk menunggu di tepian jalan.
Duduk di sebuah gubuk kecil dan menikmati Kopi.
“Tiga
puluh ribu untuk empat orang,” Ujar mbak yang menjaga sambil menyodorkan karcis.
Kuberikan
uang pas, dan kami kembali melaju di jalan tak beraturan. Sesekali kami berpapasan
dengan motor warga setempat yang membawa hasil panen Tembakau. Atau melihat
para bapak duduk santai di tepian jalan dan merokok. Oya, di sini ada banyak
pohon Kopi yang sudah berbuah. Biji Kopi berwarna merah pun terlihat di
mana-mana. Temanggung memang terkenal dengan Kopinya. Salah satu kedai kopi
yang pertengahan tahun lalu terkenal adalah Kedai Kopi Mukidi.
Biji Kopi di sepanjang jalan menuju Posong |
Tanda-tanda
sampai di Posong sudah terlihat. Motor langsung diparkir teratur di area
parkir. Sudah ada banyak kendaraan roda dua di sana. Rata-rata dari mereka
adalah rombongan muda-mudi. Dari tempat parkir, aku melihat ke atas terdapat
sekelompok remaja yang melakukan swafoto berbekal tongsis. Menarik memang
mengabadikan foto bareng teman di tempat wisata.
Tidak
banyak bangunan yang ada di dekat area parkir. Hanya ada beberapa gazebo dan
sebuah musholla yang bentuknya unik. Tepat di samping musholla, terdapat anak
tangga yang bisa kita gunakan untuk sampai di atas. Di atas sana ada sebuah
gazebo kecil dan gardu pandang. Ini adalah tempat di mana kita bisa menyaksikan
keindahan Posong kala pagi. Tempat ini pula yang tadi dipakai para muda-mudi
berfoto.
Bentuk Musholla-nya unik |
Indah
memang pemandangan jika kita datang ke sini pagi hari dan cerah. Tidak seperti
kami sekarang ini, sampai di Posong pukul 09.15WIB dan langit agak mendung.
Tidak ketinggalan kabut sudah mulai turun. Jadi yang kami lihat kali ini adalah
hamparan Tembakau yang terselimuti kabut. Hawa dingin mulai terasa, kami pun
rehat di gazebo sembari menunggu waktu yang tepat untuk foto di spot Posong.
Gunung Sumbing tertutup awan, hanya puncaknya saja yang terlihat. Kami berempat
mengabadikan diri bersama, lalu membagikannya di Grup WA teman kuliah. Berbagai
komentar berdatangan silih berganti. Kami tertawa bareng melihat ramainya Grup
Kuliah yang biasanya sepi.
Spot foto di Posong, Temanggung |
Kusapu
pemandangan di sekitarku. Hamparan ladang Tembakau terbentang luas di atas
perbukitan. Hanya ada sedikit pepohonan yang menjulang tinggi, itupun berada di
perbukitan lainnya. Bulan Agustus sebenarnya menjadi waktu panen raya Tembakau.
Sayangnya walau sudah masuk bulan Agustus, hujan masih mengguyur Temanggung dan
sekitarnya. Sehingga kendala petani tembakau adalah waktu menjemur hasil panen.
Bukannya
menjadi terang benderang, menjelang siang kabut makin tebal saja. Hijaunya
lahan Tembakau agak terselimuti kabut, sehingga bagus dipandang. Aku mencoba
mengabadikan kabut yang merata di setiap perbukitan. Sepanjang mata memandang,
yang ada hanya kabut dan Tembakau. Menjadi pemandangan yang indah menurutku.
Tak kalah indah dengan ketika cerah.
Hamparan kebun Tembakau sepanjang mata memandang |
“Suasananya
asyik kalau makan gorengan dan minum kopi,” Kata Oki.
Gagasan
yang tepat menurutku. Menikmati dinginnya Posong dengan makan gorengan dan
minum kopi tentu sebuah rencana yang tepat. Dingin, Kopi, dan Gorengan; pastinya
menggiurkan sekali.
Kami
menyusuri jalan yang menuju ke atas. Di sisi kiri hamparan Tembakau, sementara
sisi kiri terdapat bangunan semi permanen yang digunakan para pengunjung
beristirahat. Mereka duduk bergerombolan sembari menikmati makanan.
Tak
sengaja saat berjalan ke atas menuju warung-warung yang berjejeran, aku
berpapasan dengan anak berumuran belasan tahun dan menggendong adiknya
dipunggung. Aku menyapanya sembari memotret. Asyik sekali rasanya sang adik
digendong kakaknya dengan balutan kain panjang/selendang bermotik batik.
Anak kecil setempat menggendong adikknya |
Ada
lebih dari tiga warung yang buka, kami menuju salah satu warung yang ditunggui
dua ibu. Di sinilah kami memesan gorengan serta Kopi. Kopi tersebut diambil
dari perkebunan yang ada di sekitar sini. jenis Kopi Temanggung adalah Kopi
Arabica. Bahkan, bapak-bapak yang ada di sepan kami menawarkan Kopi untuk kami
beli dengan harga terjangkau. Saat itu aku tidak membeli, di kos masih ada stok
Kopi Aceh yang kudapat dari oleh-oleh teman.
“Tempe
dan Tahu gorengnya enam ya bu. Kopinya empat.”
“Baik
mas.”
Kedua
ibu tersebut berbagi pekerjaan. Beliau yang lebih muda membuat Kopi, sedangkan
yang lebih berumur menggoreng pesanan kami. Sembari menunggu, aku mencoba
menapaki jalan setapak di tengah-tengah Tembakau yang subur. Dedaunan Tembakau
tersebut masih basah. Sepertinya kabut membuat lembab dan banyak dedaunan yang
masih terlihat basah.
Sepiring
gorengan disuguhkan pada kami. Kami memilih gubuk tempat duduk yang menghadap
ke hamparan tembakau. Kepulan asap dari Kopi dan Gorengan amat menggoda. Kami
menikmati suasana dingin dengan segelas Kopi dan gorengan hangat. Tak terasa
panas memang, gorengan yang mengepul itu terasa hangat saja. Efek lokasi yang
diketinggian menjadikannya seakan-akan memang hanya hangat.
Godaan berat, Kopi dan Gorengan |
“Jauh-jauh
ke Posong hanya untuk menikmati gorengan dan kopi,” Celetuk Oki terkekeh.
“Ini
gara-gara siapa yang bangunnya terlambat?” Sahut lainnya.
Kembali
gelak tawa kami bersama terdengar. Kami cukup menikmati waktu di Posong walau
mendung. Bagaimanapun pemandangannya, kami beruntung bisa ke sini. Biasanya,
aku hanya main di sekitar wilayah Jogja saja. Tidak pernah jauh dari seputaran
Jogja.
Mari kita minum kopi |
“Sebenarnya
ada Embung Kledung yang tidak jauh dari ini. Tapi kalau kabut turun ya pemandangannya
tertutup,” Charis memberitahu kami.
“Kayaknya
main ke Curug Surodipo asyik. Kan
kalau curug nggak pengaruh dengan kabut. Lokasinya dekat dari rumah, jadi kita
balik ke arah rumah lagi,” Sambungnya.
Benar
kata Charis, kalau misalnya kita main ke embung dan kabut sudah turun,
pemandangannya kurang indah. Kami masih menikmati gorengan, dan merencanakan
menuju Curug Surodipo yang lokasinya
tidak jauh dari Ngadirejo. Jadi nantinya kami menyusuri jalanan yang tadi kami
lewati. Namanya juga berakhir pekan, yang penting menikmati setiap waktu. *Kunjungan ke Wisata Alam Posong, Temanggung
pada hari Sabtu, 06 Agustus 2016.
Kendala mengejar sunrise yang utama emang bangun paginya sih.
BalasHapusSoalnya pagi itu paling enak yang tarik selimut. Hahaha
Benar mas, selain ngantuk, awan juga berpengaruh ahahahhaha
Hapuskok gak ada foto jalan yang "sebenarnya" mas :D
BalasHapuspenasaran aku :3
Wahh ke sana aja mas hahahah. Pokoknya syik deh jalannya.
Hapus*Tips kalau pengen menikmati pakai motor KLX hahahahah
Namanya aku baru mendengar, tapi aku suka dengan pemandangannya mas, ditambah makan gorengan dan minum kopi.. Beuh, mantappp...
BalasHapusSebenarnya ini sudah lama mas, hanya tidak begitu tenar sih. Kalah dengan keindahan Sikunir
Hapusaku juga kena kabut kak...tos dulu dehh...wkwkwkkwkw
BalasHapusHahahahha, sama ternyata. Pas mas Halim ke sini malah dapat banget indahnya sunrise.
HapusWow pemandangannya kereeen *emot mata gak kedip2
BalasHapusHahahahah, berarti harus ke sini mbak :-D
Hapuspas kesini dapat kabut mas -,-
BalasHapusmungkin disuruh kesana lagi :D
Benar banget mas. Besok kudu ke sini lagi hahahahha
Hapusmeskipun gagal lihat sunrise .... kabut di daerah ketinggian tetap keren
BalasHapus.. btw ... ternyata mukidi itu orang sana toh :D
Hahahaha nama kedai kopinya langsung terkenal, kang.
HapusIni lokasinya di lereng sindoro ya Mas..nah yang di belakang itu apa sumbing...
BalasHapusIyap bener, itu Sumbing
Hapusbookmark dulu buat itinerary kalo main2 ke temanggung :)
BalasHapusAgendakan ke sini mas :-D
Hapuskabutnya tebel banget :O
BalasHapusPemandangannya kabut semua mbak :-D
Hapusdohhh aku suka sama hamparan hijaunya, itu dataran tinggi banget ya, Temanggung memang dataran tinggi kan ya
BalasHapusIya mbak. Ini dilereng gunung loh. kakakkakaka
HapusPas kesini sendiri pemandanganya luar biasa.. indah sekali :'-) karena cerah dan kedua gunung sindoro dan sumbing nampak jelas terlihat.
BalasHapusKemudian kedua dan ketiga kesini bareng temen-temen tertutup kabut :D
Tapi josss banget ya mas..
saya mau kesana lagi tapi entah kapan, hehehe.
iya jalanya emang bikin galau sih :D
Wah mas malah udah adpat pemandangan yang indah. Ke sini harus naik motor tinggi hahahahha
HapusMupeng pengen kesini, nunggu musim kemarau dulu deh biar ndak kuyup
BalasHapusBenar mbak, bulan maret - april kayaknya asyik ke sini.
HapusKalau kesini enaknya sambil camping mas. Jadi gak akan telat lihat sunrisenya Hahaha 😁😁.
BalasHapusEtapi seru juga walau hanya minum kopi dan makan gorengan kalo pemandangannya ijo royo-royo gini.
Hahahhahah itu benar banget :-D
HapusAgendakan akkakakak
Meskipun terlewat suasana fajar, panorama Posong tetap menawan. Menghijaunya lereng Sindoro oleh tembakau dan merahnya buah kopi di kawasan Tlahap sangat menghibur ya, kami berkunjung bbrp tahun lalu. Salam kenal Mas.
BalasHapusSalam kenal,
HapusBenar, kita masih bisa menikmati suasana sejuk di sini walau terlambat melihat sunrise.
sruput kopi di sini, syahdu asik.
BalasHapussayang itu puncak gunungnya jedul cuma dikit. kalau tak berawan. lebih dapet suasananya
kurang beruntung pas ke sini, tapi tetap bisa menikmati kok hahhahahah
Hapus