Pada
dasarnya banyak kunjungan di destinasi wisata yang tak kurencanakan.
Sebagaimana waktu aku mengunjungi Temanggung
pada bulan agustus lalu. Dibenakku hanya ingin melihat ramainya Pasar Papringan saja. Nyatanya, selama
di sana aku berkunjung ke tempat-tempat lain. Menyenangkan sekali, walau tanpa
perencanaan tapi bisa ke sana. Sehingga, seperti apapun hasilnya, yang ada
hanya rasa senang.
Motor
Charis terdengar meraung tertahan kala kami melaju di jalanan yang menanjak.
Walau tanjakannya tak sekejam saat kami menyambangi Curug Surodipo, tapi jalanan yang mengarah ke Embung Tlogopucang
ini berliku dan ada tanjakan. Terutama ketika sudah sampai pada gerbang besar
bertuliskan “Desa Tlogopucang”.
Embung Tlogopucang Kandangan, Temanggung |
Bagi
kami, motor Charis ini bak pahlawan. Sudah beberapa destinasi yang ada di Jogja
maupun di Temanggung kami kunjungi menaiki motor tersebut. Alhasil selama itu
hanya sekali rewel. Itu adalah waktu kami ke Posong, tak sengaja ban motor ini
bocor. Selebihnya, tak ada masalah. Bahkan waktu kami menyusuri tanjakan waktu
kulineran di Kampung Emas Plumbungan
pun motor ini dapat melibas tanjakan.
*****
“Di
sekitar sini ada embung loh. Kita cari yuk?”
Ajak Charis sembari melihat akun Instagram Temanggung.
“Jauh
tidak lokasinya?”
“Tidak
jauh. Hanya beberapa kilometer saja.”
Destinasi
yang tidak direncanakan akan dikunjungi kali ini menyeruak dipikiran kami.
Terlebih, Charis yang orang Temanggung sendiri tertarik mengunjunginya. Sebuah foto
yang memperlihatkan embung berada di ketinggian dan berlatar belakang
pegunungan. Foto-foto indah Embung Tlogopucang yang kami lihat di Instagram
membuat niat makin menggebu.
“Baiklah
kita berangkat ke sana,” Jawabku mantap.
Dari
sinilah akhirnya kami bisa menikmati waktu sejenak di Hutan Pinus Kandangan, dan juga keliru berhenti di DAM Kembangsari.
Untunglah ada tiga anak kecil yang menunjukkan lokasi Embung Tlogopucang pada
kami. Aku sendiri sudah mengira bakal tersesat, lucu rasanya kami tersesat.
Apalagi Charis adalah orang asli Temanggung.
Kami
terus mengikuti jalan masuk desa Tlogopucang. Belum ada tanda-tanda plang
lokasi mengenai keberadaan embung tersebut. Melewati rumah-rumah warga yang di
tepian jalan terdapat jemuran Kopi. Sampai akhirnya, kami menemukan sebuah
gubuk kecil yang ada di atas. Kami ikuti jalan kecil menuju ke atas, ternyata
di sinilah lokasi embung Tlogopucang. Siang hari, tak banyak pengunjung yang
datang. Hanya segerombolan remaja tanggung yang berteriak-teriak menggoda
cewek-cewek yang singgah di sini.
Berjejer
bangunan kecil tepat di samping anak tangga menuju embung. Kulihat sepintas ini
adalah bangunan perpustakaan. Aku sempat mengintip melalui jendela, terlihat
buku tertata di dalam rak. Sayang tidak buka, jika pas buka, tentu aku bisa
singgah di sana. Anak tanggal kunaiki, hanya ada enam anak tangga saja yang aku
naiki. Sampai di atas terbentang Embung Tlogopucang di depan. Embung ini
dilingkari pembatas pagar berwarna putih dan sudah kusam. Sementara di pintu
masuk yang tergembok ini berwarna merah sendiri.
Pagar yang mengelilingi Embung Tlogopucang, Temanggung |
Embung
Tlogopucang ini terletak di lokasi yang tinggi. Dataran tinggi yang hanya
dibanguni sekolah saja di salah satu ujungnya. Selain itu, yang aku lihat
hamparan perbukitan. Tak nampak adanya gunung, padahal jika cuaca cerah, konon
katanya lokasi ini adalah tempat yang indah menatap sunrise dan pegunungan. Menurut banyak cerita yang kudapat di blog,
di Embung Tlogopucang ini sebenarnya kita dapat melihat deretan Gunung Sumbing,
Sindoro, dan Prau. Cuaca memang tak berpihak padaku, siang ini mendung
menggelayut di atas. Sehingga pemandangan indah gunung tak dapat kuabadikan.
Panorama Embung Tlogopucang, Kandangan, Temanggung |
Memang
tak puas rasanya bila berkunjung ke Embung Tlogopucang saat mendung.
Pemandangannya tak seindah ketika cerah. Namun, aku masih tetap bisa menikmati
suasana sejuk di sini. Embung Tlogopucang tidak seluas Embung Nglanggeran Yogyakarta, tapi lokasi di ketinggianlah yang
membuat hampir setiap embung itu sama. Di Jogja selain di Nglanggeran, ada juga
Embung Kleco dan Embung Sriten yang berada di ketinggian.
Di sini
semilir angin terasa cukup menerpa badan. Angin siang hari yang sejuk membuat
aku ingin berlama-lama menikmati suasana tenang. Tersebar tempat duduk yang ada
di tepian embung. Selama di sini, aku asyik duduk santai sembari melihat orang-orang
yang silih berganti berkunjung di sini. Tak banyak wisatawan luar kota yang
datang, hanya gerombolan muda-mudi warga sekitar saja. Aku yakin mereka hanya
warga sekitar karena yang datang hampir semuanya tidak menggunakan helm motor.
Tempat duduk di area Embung Tlogopucang |
Tidak membutuhkan
waktu lama aku memutari embung tersebut. Lingkaran pagar kusam dan sedikit
tajam bagian ujungnya menjadi pembatas embung dengan tanah. Terlihat ikan-ikan
kecil berseliwean di dalam air. Bening juga airnya, hanya tak terawat. Di sudut
lain tampak tanaman kopi di lahan warga setempat. Anak-anak kecil berlarian
menuju lahan Kopi. Mereka bermain di sana. Wajah-wajahnya basah karena membasuh
muka dengan air embung.
Walau tertutup
pagar, anak-anak tersebut masih bisa masuk melalui sela-sela pagar. Bahkan ada
juga yang memanjat pagar tersebut. Sontak mereka yang memanjat pagar diteriaki
gerombolan remaja tanggung di seberang. Suara teriakan menggema. Aku sendiri
masih asyik duduk di kursi sembari melepas penat. Kusempatkan selama memutari
embung ini mengabadikan dari atas.
Aku mendaki
gundukan tanah yang berada di belakang gedung sekolah. Gundukan yang ditanami
singkong ini kunaiki dan berusaha memotret agar mendapatkan foto embung lebih
luas. Tidak terkena semua memang, tapi sudah cukup rasanya sebagai bukti aku
pernah ke sini. aku anjurkan, jika kalian ingin ke sini dan menikmati
pemandangannya, lebih baik ketika subuh dan di saat cuaca cerah. Jangan seperti
aku yang datang ke sini karena tak terencana.
Pemandangan Embung Tlogopucang Temanggung kala Langit Mendung |
Setiap destinasi
wisata yang tidak terawat tentu menjadi makanan empuk bagi segelintir
pengunjung yang tidak beretika. Mereka dengan bebas mencoret-coret plastik yang
menjadi penampung air dengan berbagai macam tulisan. Sepanjang embung, ada
ratusan tulisan vandal yang dapat kita temukan. Sejak dulu, tabiat seperti ini
selalu ada. Mereka senantiasa terbiasa mencoret-coret dengan alasan beragam.
Seperti ini, salah satu tulisan vandal yang aku abadikan.
Coretan vandal yang ada di tepian embung Tlogopucang |
Selain coretan sepanjang tepian embung, masalah lain yang ada di sini adalah sampah. Berserakan sampah plastik, bahkan ada yang menumpuk di salah satu ujung tepian embung. Di embungnya sendiri juga ada sampah yang mengapung.
Memang ada tempat sampah yang tidak jauh dari lokasi duduk, hanya saja kesadaran pengunjung yang kurang. Sebagian masih membuang sampah sembarangan daripada membuang pada tempatnya. Terkadang, sampah-sampah tersebut berterbangan terkena terpaan angin kencang. Ironis memang, lokasi yang seharusnya bisa menjadi daya tarik wisatawan tak terawat dengan baik.
Tidak mau kehilangan momentum berfoto, aku meminta Charis untuk memotretku dari atas gundukan tanah. Tidak perlu banyak foto, satu saja cukup yang penting ada dokumentasi. Seperti yang aku lakukan ketika berada di tempat lain. Berfoto adalah cara paling tepat bagiku untuk membuktikan bahwa aku pernah ke lokasi tersebut.
Menatap Embung Tlogopucang, Temanggung |
“Beneran
kamu tidak menghadap ke kamera?” Teriak Charis dari atas.
“Foto
saja, yang penting ada buktinya,” Balasku tak kalah kencang.
Sebenarnya Embung Tlogopucang bukanlah satu-satunya embung yang ada di Temanggung. Masih ada satu lagi embung yang sudah lebih dulu dikenal. Namanya Embung Kledung. Embung ini letaknya tidak jauh dari Posong. Aku belum mengunjunginya, dan berharap suatu saat bsa berkunjung ke sana.
Harapan lainku pada embung ini adalah, semoga pihak yang terkait bisa merawat embung ini menjadi lebih bagus. Setidaknya embung ini nantinya bisa memikat para wisatawan untuk berkunjung. Terlebih banyak foto yang indah yang dihasilkan para potograper saat mereka mengabadikan sunrise dari tempat ini. *Kunjungan di Embung Tlogopucang Kandangan, Temanggung pada hari Minggu, 07 Agustus 2016.
Sebenarnya Embung Tlogopucang bukanlah satu-satunya embung yang ada di Temanggung. Masih ada satu lagi embung yang sudah lebih dulu dikenal. Namanya Embung Kledung. Embung ini letaknya tidak jauh dari Posong. Aku belum mengunjunginya, dan berharap suatu saat bsa berkunjung ke sana.
Harapan lainku pada embung ini adalah, semoga pihak yang terkait bisa merawat embung ini menjadi lebih bagus. Setidaknya embung ini nantinya bisa memikat para wisatawan untuk berkunjung. Terlebih banyak foto yang indah yang dihasilkan para potograper saat mereka mengabadikan sunrise dari tempat ini. *Kunjungan di Embung Tlogopucang Kandangan, Temanggung pada hari Minggu, 07 Agustus 2016.
Baca juga tulisan
bertema alam lainnya
asik yaaa..tp kemaren gak sempet kesana...cuma di posong aja lalu bablas Wonosobo hehe
BalasHapusAku malah di Posong cuma mampir ngopi aja kakakakkakak
Hapussayang mendung :(
BalasHapusPas ke Temanggung bulan Agustus ujan terus.
Hapusembung artinya apa dek?
BalasHapussayang ya memang, kebiasaan buang sampah seenaknya ini masih mewabah di mana2 dan pelakunya dari berbagai usia pulak :(
Buk, embung itu semacam tempat untuk menampung air. Biasanya diberdayakan untuk irigasi. Mirip-mirip lah dengans ebutan waduk atau bendungan.
Hapusnyenja disini kayaknya juga bagus mas, kalo gak mendung sih muehehehe
BalasHapusBenar e, tapi kalau pas bulan-bulan ini bakal kena mendung
HapusTempatnya indah dan menyegarkan mata. Lumayan kalau digunakan sebagai tempat persinggahan akhir pekan untuk menikmati udara segar. Semoga saja para pelancong yang tidak beretika itu sadar bahwa Embung tlogopucang butuh kerja sama mereka agar tetap bisa dinikmati bersama ya Mas
BalasHapusTemanggung ternyata punya banya potensi wisata yang kurang diketahui banyak orang buk.
HapusDan tingkah laku wisatwan juga sangat berpengaruh pada tempat tersebut.
waktu gak kejar mas kalo dari posong ke sini.. terlalu gelap mungkin saya salah rute mas harusny ke sini dulu baru ke posong biar di posong seklain nginep hehe... belum sempat kemari.. moga jalannya ndak heboh deh aamiin...
BalasHapusAku malah nggak sempat ke Kledung mas..
HapusKuwi Kirik kok iso nulis yo Mas..hahaha...
BalasHapusKandani kok kakakak. Sangar kan hahahah
HapusSaya juga belum paham apa itu embung Mas, apa ini telaga buatan atau terjadi secara alami? Kenapa dinamai embung? Sebab saya tumben melihat embung yang seperti telaga begini, menarik deh. Dan saya setuju, melihat badan air yang luas bisa banget membuat hati jadi tenang dan damai. Air itu bagaikan menyihir, dan bagi saya tetap indah meski di siang bolong... tapi kalau fajar atau senja awan-awannya pasti mendukung suasana banget ya, Mas.
BalasHapusEmbung itu semacam telaga buatan, atau bendungan. Kalau di KBBI nama tersebut berarti tempat menampung air untuk Irigasi dan lainnya :-)
HapusSepertinya dari bahasa Jawa serapannya :-)
Asli mantep banget, jadi calon salah satu tempat yang wajib dikunjungi nih wkwk
BalasHapusSilakan berkunjung ke sana dan jaga kebersihan :-)
HapusWao Temanggung, masukin list ih. Lucu tempatnya!
BalasHapusPas banget kalau sunrise mas. Indah banget
HapusSering ke temanggung, tapi baru tau soal embung tlogo pucang, wah mantep nih, apalagi kalau pas cuacanya cerah :D
BalasHapusDi Temanggung selain Embung Tlogopucang juga ada Embung Kledung.
Hapusmas, jd embung ini apa toh sbenernya? tambak? ato danau ato waduk? cakep sih tempatnyaa.. mungkin krn berada di ketinggian gini yaa...
BalasHapusHehehhee, embung itu tempat menampung air yang biasanya dipakai untuk irigasi. Semacam waduk buatan yang lokasinya emang diketinggian.
HapusJadi inget kampung halaman hehe, itu banyak ikannya nggak nggak kak?
BalasHapusAyoo balik kampung ahhahahha
HapusPantulan pemandangannya bisa seperti mirror di Embung Kledung nggak, Sitam? Foto-foto di atas tidak ada yang demikian hehehe. Sepertinya kudu colek maz Charis kalau kembali ke Temanggung lagi ben iso dianter keliling ke tempat-tempat yang belum kukunjungi. ^^
BalasHapusSebenarnya bisa mas. Pas aku di sini angin kencang, jadi nggak memungkinkan hahahhaha. Bener mas, kudu dekatin Charis hahahhahaha
Hapuswah naik motor ya, biasanya naik sepeda mas
BalasHapusheuheuheu
Jauh mas hahahaha.
HapusNaik motor pun harus numpang teman :-D
Suka sekali dengan judulnyaaa..Diksinya pas :D
BalasHapusTempatnya lucuu, kalo kesana kudu direncanakan sesuai tips :D
Sebenarnya tidak sengaja juga memberi judul seperti itu hehehhee,
HapusBenar kalau ke sini pada waktu tertentu dan harus direncanakan agar dapat melihat keindahannya.
Karena kamu bakat nulis, jadi meski tidak disengaja juga nyambung :)
HapusHuahuahua, hanya menulis apa yang dialami dan dilihat mbak. Jadi ngalir aja rasanya.
Hapuscoba pas cerah ya...kece bgt mesti.
BalasHapusAtau pas kala cinta menggoda ��hehe
Huahahahha karena cerah itu menjadikan cinta akkakakaka
Hapus