Bersepeda di jalanan Desa Wisata Kebonagung Imogiri, Bantul |
Sebenarnya akhir pekan ini aku tidak
ada agenda yang jelas. Sempat menerima ajakan teman untuk ngecamp di salah spot yang berada di Mangunan, namun mendadak
gagal. Tanpa sengaja ada tawaran untuk menginap di desa wisata. Aku langsung
menerima tawaran tersebut. Terlebih tidak ada perjanjian untuk menulis di blog.
Lagi pula yang menawari aku ke desa wisata adalah mitra.
“Desa wisata mana?” Aku sudah menyetujui ajakan tapi belum tahu lokasinya.
“Desa Wisata Kebonagung, Imogiri, mas.”
Aku kegirangan, ini artinya ada waktu
bagiku menepi dari keramaian kota Jogja untuk sementara waktu. Tawaran ini
bertepatan dengan waktu aku membeli beberapa koleksi buku. Sehingga aku bisa
memanfaatkan waktu selama di sana dengan membaca buku. Aku sendiri pernah
bersepedaan ke Desa Wisata Kebonagung, Imogiri waktu baru membeli sepeda. Dulu
sempat berfoto di Tegal Bendung,
lalu melanjutkan perjalanan ke Jembatan Gantung Selopamioro. Lokasi desa wisata ini memang tidak jauh dari Jembatan
Gantung Selopamioro maupun kawasan Makam Imogiri.
Dari informasi warga setempat,
awalnya Desa Wisata Kebonagung ini dikembangkan pada tahun 1998. Sebenarnya
pengembangan yang pertama kali adalah Bendung Tegal. Di sana diadakan event Dayung.
Namun event tersebut tidak berlangsung lama, sehingga warga setempat mulai
berinisiatif untuk menjadikan Kebonagung sebagai desa wisata. Hingga sampai
sekarang ini masih berjalan.
Aku akan tulis pengalamanku selama di
Desa Wisata Kebonagung, Imogiri nanti satu-persatu di blog. Sementara ini aku
tulis daftar agenda yang kulakukan selama di sana. Selama dua hari, beberapa
kegiatan yang aku ikuti selama di desa wisata ini banyak banget. Setiap
kegiatan ini menjadi aktifitas sehari-hari para wisatawan yang menginap di
sini. Adapun kegiatannya antara lain:
Berkunjung ke Museum Tani Jawa
Setiap wisatawan yang ingin menginap
di Desa Wisata Kebonagung biasanya singgah di Museum Tani Jawa. Lokasi museum
di dusun Candran, Kebonagung, Imogiri ini berdiri pada tahun 2005. Setelah
gempa, museum ini kembali didirikan. Di dalam museum yang aku lihat adalah
berbagai alat tani yang masih tradisional. Jangan salah, walau museum ini
kecil, tapi banyak wisawatan manca yang berkunjung. Rata-rata mereka adalah
tamu yang akan menginap di sini.
Yang lain pda masuk Museum tani, aku malah berfoto di depannya |
Melihat penduduk setempat bertani
Desa wisata Kebonagung ini cukup
luas. Setiap jalur jalannya hampir sebagian besar adalah lahan sawah. Jadi
jangan kaget jika di sini kalian nantinya akan melihat aktifitas warga yang
sedang memanen padi atau malah sedang menanam padi. Aku sarankan kalian yang
berkunjung di sini berinterasi dengan penduduk setempat. Beliau sangat ramah
dan menghormati para tamu yang berkunjung.
Musim panen Padi di Desa Wisata Kebonagung, Imogiri |
“Itu masnya mau motret, menghadap ke kamera bu!” Teriak bapak-bapak sedang menggiling
padi ke arah ibu dengan berbahasa Jawa.
Aku tertawa mendengar teriakan bapak
sambil mengucapkan terima kasih telah sudi aku abadikan.
Keliling kampung naik sepeda ontel
Ini adalah salah satu aktifitas yang
paling aku sukai. Biasanya akhir pekan aku bersepeda menggunakan sepedaku. Kali
ini selama di Desa Wisata Kebonagung aku menggunakan transportasi sepeda yang
disediakan oleh pihak pengelola desa wisata. Asyiknya di sini adalah bersepeda
menyusuri jalan-jalan kampung dan menyapa penduduk setempat. Hampir sebagian
besar sepeda yang disediakan adalah sepeda ontel/onta.
Sepedaan keliling kampung dan meyapa warga setempat |
Bisa dibayangkan bagaimana serunya
berkeliling naik sepeda, menikmati angin sepoi, jauh dari keramaian kendaraan
bermesin, dan tentunya menikmati kelapa muda di tepian sawah. Sebenarnya ini
adalah foto pencitraan saat baca buku. Tapi untuk bersepeda dan menikmati
Kelapa muda bukan sebuah pencitraan.
Belajar membatik
Ada kegiatan membuat batik dan membuat
gerabah dari tanah liat di sini. Aku lebih memilih membatik. Dibantu oleh warga
setempat yang sudah mempersiapkan Canting, kain yang sudah digambar, dan
peralatan lainnya. Aku mulai beraksi membatik. Jika kalian ingin membatik
sendiri dan ingin menggambar sendiri juga dipersilahkan. Setiap hasil karya
kita nantinya diberikan secara gratis saat akan pulang. Jadi jangan lupa kalian
mencantumkan nama pada hasil batiknya.
Membuat gerabah dari tanah liat |
Membatik. Ini bukan hasil karyaku |
Indah bukan hasil membatiknya? Ini
bukan hasil karyaku. Hasil karyaku masih dijemur. Ini hasil karya salah satu
pengunjung yang sedang dijemur namun aku pinjam buat berfoto. Modus!!
Makan Ingkung dan ikut Kenduren
Satu hal yang paling kuingat adalah
acara makan malamnya. Aku berkumpul dengan rombongan lain yang sudah siap untuk
makan malam di salah satu pendopo. Di sini makan malam bergabung menjadi satu,
tidak seperti makan siang atau sarapan yang disediakan pihak rumah
masing-masing. Makan malam kali ini adalah Kenduren. Kenduren/selametan adalah
tradisi Jawa secara turun-temurun sudah dilakukan. Diawali dengan berdoa dan
makan bersama.
Memakai Iket Kepala |
Ingkungnya menggoda sekali |
Uniknya, setiap orang yang ikut
Kenduren dan akan makan ayam Ingkung harus mengingat kepalanya menggunakan kain
iket. Akupun dipasangkan kain iket sebelum bergabung makan dengan yang lainnya.
Dan iket kepalan ini menjadi milikku karena dibagikan secara gratis. Lumayan dapat
gratis lagi.
Menanam Padi dan membajak sawah
Sepertinya ini adalah aktifitas yang
paling disukai para wisatawan selama di desa wisata Kebonagung. Pagi hari aku
diajak menuju sawah. Di sana aku dan rombongan lain praktek menanam padi.
Setiap wisatawan biasanya antusias untuk mencobanya. Aku juga tidak mau
ketinggalan. Selain menanam padi, aku juga ikut membajak sawah menggunakan alat
bajak tradisional yang ditarik dua ekor Kerbau.
Membajak sawah naik Luku |
Kalau dalam bahasa Jawa, alat untuk
membajak sawah ini namanya Luku. Seru
banget bisa main lumpur dan membajak sawah. Ini adalah kali pertama aku
membajak sawah. Dulu waktu kecil sih pernah membajak kebun untuk Kacang tanah
juga menggunakan Luku. Selain itu, menanam padi juga menjadi aktifitas
pertamaku.
Karawitan/main gamelan
Tentu kalian pernah dengar suara tabuhan
gamelan. Hampir setiap ada event budaya di Jogja, suara tabuhan gamelan
biasanya menyertai acara tersebut saat pembukaan atau sat ada pentas tari. Aku
beruntung ketika berkunjung di sini sempat berbaur dengan kelompok lain yang
sedang main gamelan/karawitan.
Karawitan dulu, fokus pada arahan pendamping sambil liat angka yang mau diketuk |
Didampingi empat bapak yang
mengarahkan kami memukul tiap alat musik tersebut. Seorang bapak di depan tak
henti-hentinya mengintruksikan pada kami untuk memukul alatnya. Bagi kalian
yang awam seperti aku tak jadi masalah. Cukup melihat angka yang tertera di
atas alat musik sembari mendengarkan ucapan pendamping di depan.
“Tu, Ji, Lu, Nem,” Begitulah suara pendamping sambil membawa sebuah batang kayu kecil yang
dipukulkan pada tulisan papan tulis.
Lu: Telu (Tiga), Ji: Siji (Satu), Lu:
Telu (Tiga), Nem: Enem (Enam). Setiap angka disebut menggunakan bahasa Jawa.
Sedikit ulasan itu adalah kegiatanku
selama dua hari di Desa Wisata Kebonagung, Imogiri. Rencananya kegiatan yang
berkunjung ke Museum Tani dan Membajak Sawah akan aku ceritakan lebih lengkap
nantinya di blog. Bagaimana? Tertarik mengisi waktu libur dengan menginap di
sini? Silakan berkunjung ke Desa Wisata Kebonagung dan menikmati setiap
kegiatan di desa. *Berlibur di Desa
Wisata Kebonagung, Imogiri pada hari Sabtu – Minggu; 17 – 18 September 2016.
Baca juga tulisan bertema Budaya
lainnya
Masih misterius tuuu yang ngajakin mitra mana :)
BalasHapusWuhh cedak banget sama omahku mas, tinggal nyebrangi kali opak
Acarane penuh edukasi e... meenarik sekali :(
Pokoknya ada deh ahhahaha. Sengaja nggak kabar-kabar agar bisa lebih fokus bareng warga kampung :-)
Hapusliburan di desa selalu bikin kangen :D
BalasHapusKembali mengenang masa kecil dan menikmatinya sebagai liburan kala kita terjebak dirutinitas kantor yang tinggi.
HapusLiburan yang betul-betul kembali ke desa ya, Mas. Banyak kegiatan untuk melepas kepenatan dan membangun sosialisasi dengan masyarakat sekitar, belum lagi pemandangan sekitar memang bagus banget buat foto-foto back to nature, hehe. Eh tapi saya tertarik banget makan ayam ingkungnya, ingkung sendiri artinya apa ya Mas? Ditunggu cerita lengkapnya ya Mas.
BalasHapusHehehhehe, ikung itu adalah ayam yang sudah matang dan belum dipotong. Di Jogja ada banyak tempat seperti ini, menyediakan Ingkung :-D
HapusAyam ingkung ini kayak bekakak ayam kalo di gresik, biasa nya juga kalo ada kenduren
BalasHapusAku merindu tinggal di daerah persawahan merasakan kedamaian
Kalau kenduren itu serunya bisa akrabd engan warga setempat om :-)
HapusAyam Ingkung? baru denger unik namanya tapi kok harus pake iket kepala kenapa? ada mitos apa dibalik itu #kepoakut
BalasHapusHehehhe, di sini memang harus pakai iket kepala. Katanya melakukan apa yang dilakukan oleh orang sebelumnya. Tradisinya masih tetap dipakai.
HapusWisatanya lengkap ya mas, mulai dari belajar mbatik, cicipin kuliner, sampai lihat kegiatan bertani warga sekitar. Jangan lupa menghadap kamera, mau difoto! Hehehe.
BalasHapusKalau yang fotoku itu tetep pakai pencitraan, mbak hahhaha
HapusDegannya seger tuh, pas rasanya kalo siang siang gini minum degan
BalasHapusBener banget hehehe. Segar dan rasanya ajib airnya.
Hapusngontel di desa emang menyenangkan. ga punya kampung halaman :D
BalasHapusthu sendirian ya mas?
*kliatan foto pertamanya..itu kamera di timer yaa..hehhee :D
Iya sendirian. Pas nggak bawa tripod juga hehehhe
Hapusayam ingkungnya menggoda banget tuh bang :D
BalasHapusLiburan di desa memang menyenangkan, apalagi jika melihat orang orang desa dengan santainya menjemur dan menggiling padi di pinggir jalan :))
Bisa berinteraksi dengan warga setempat juga :-)
HapusWow, semua kegiatan disini sederhana n membumi banget ya.
BalasHapusSuka banget sama liburan ala warga lokal. Jadi lebih kenal n dekat sama orang-orang disana karena nyemplung langsung dikegiatan warga lokalnya.
Menyenangkan banget sih bisa seperti ini lagi hehehe
Hapuswah seru bgt kegiatannya mas. maaf baru sempat jalan2 blog euy. :'D
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung hehehehhe
Hapushuaaa ada ayam ingkung....
BalasHapusudah lama banget gak makan itu
di lombok enggak ada
Ke Jogja lagi mas, hahahaha. Nnati banyak desa wisata yang menyajikan Ingkung:-D
Hapusbagus sekali konsepnya
BalasHapusseharusnya konsep desa wisata seperti ini di aplikasikan di desa2 lain .. pasti dapat menaikkan perekonomian warga setempat, selain dapat income dari pertanian juga menndapatkan income dari pariwisata.
Di Jogja khususnya wilayah Sleman sudah maju untuk Desa Wisatanya kang :-)
Hapushmm ingkung e marakke ngiler mas :D
BalasHapusHahahahha, penak toh :-D
Hapusmasih kental ya suasana tradisionalnya :D
BalasHapusIya, itu jadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan
HapusAku pengen banget ke museum tani tapi lom sempet juga, salut deh mas Sitam mau mengeksplore Bantul, lanjutkan :)
BalasHapusHehehhee, ini nggak sengaja sekalian ke sini mbak :-D
HapusAsik sekali berlibur di desa. Keren nih desa Kebonagung. Wisatawan terhibur, warga dapat benefit juga tentunya, :)
BalasHapusPerkiraan biayanya berapa mas Nasirullah?
Perorang antara 100-150 mas :-)
HapusAku agak takut kalau ke Imogiri :|
BalasHapusTerakhir ke sana dan makndredeg ada yang "lewat."
Langsung ngibrit bubar jalan
Hehehehhe, sepertinya nggaks engaja lewat itu mbak :-D
HapusSelama nggak aneh-aneh, tetep aman kok :-D
HapusWah tadi komen pake akun G+ Hahaha
BalasHapusHehehehhe, berarti ini kome bonus dong kakakakakka
Hapussepedaan keliling kampung dong kece badai
BalasHapusHahahhaa, mumpung ada kesempatan ini, jadi benar-benar dimanfaatkan :-D
HapusSyahdu banget kalau lihat pedesaan :-)
BalasHapusjadi rindu kampung halaman. Hehehe
Sama mas, aku juga seringnya keingat rumah kalau seperti ini :-D
Hapuswaahh...aku penasaran pingin naik sepeda onthel.. selama ini naik sepeda keranjang 20inch biasa aja. gakberani naik onthel karena kok tinggi banget. nggak pede.
BalasHapusSepeda lipat? Pilih sepeda yang nyaman mbak. Kalau misalnya naik sepeda seperti ini diharuskan memakai pakaian yang nyaman karena banyak geraknya.
HapusDananya brp Mas untuk kegiatan 2 hari di desa wisata ini.
BalasHapusSaya kurang tahu pastinya karena pas ke sini tidak bayar. Tapi setahuku dari perbincangan rata-rata perorang kena 100k/hari.
HapusItu kalau nggak rombongan, misalnya cuma sekeluarga kecil dilayani nggak ya? Misalnya mau belajar batik apa juga boleh dengan rombongan kecil gitu?
BalasHapusBisa kok mbak. Kemarin pas aku ke sana ada 2 bule saja dan dilayani :-)
HapusSejenak menepi dari kota, menhikmati kehidupan bersama masyarakat desa sperti ini asyik ya, Mas. Saya belum pernah kemari. Beberapa kalau ke Desa Wisata Brayut, Sleman.
BalasHapus>> Ohya, saya berkunjung ke post yang terbaru kok muter saja internetnya, ke sini ee lancar.
Semoga berkunjung ke sini pak. Saya juga baru beberapa tempat desa wisata di DIY yang kukunjungi.
HapusSekarangs udah baikan kok artikel terbaru pak :-)