“Melangkah bebas di bawah senja. Melupakan kala yang merah. Mengingat
kesedihan yang makin marah. Karena masa depan tak lagi cerah. Ada perasaan yang tak lagi berdarah, semenjak kau pergi beristirah. Cinta
dan rindu pun semakin jengah. Pada kehilangan kita berislah. Sebab kau tak
mampu membuatkan puisi; maka aku akan pergi tanpa permisi. Oh, senja. Sendu
yang semakin manja. (Senja, Sendu yang Manja – Bagustian).
Senja di Jantung Kota Jogja |
Di beberapa hari akhir bulan Juli
2016, cuaca Jogja selalu cerah. Pernah aku tak sengaja melihat indahnya sunset kala sedang pulang kantor. Waktu
itu aku tak bergegas mengambil kamera untuk mengabadikan, malah disibukkan
mengurusi hal lain. Tatkala ingin mengabadikan, terlihat mentari sudah
membenamkan diri. Sedikit penyesalan dariku, kenapa tidak serta-merta dari tadi
kutunggu saja dan mengabadikannya. Aku pun merencanakan jika akhir pekan nanti
kuluangkan waktu untuk berburu sunset di
tengah jantung kota Jogja. Oya, waktu itu aku melihat sunset di sekitaran tempat kerja, jalan Selokan Mataram yang
menghubungkan jalan Gejayan menuju Jalan Monjali.
Beruntunglah, saat akhir pekan ini cuaca
kembali cerah. Bergegas kuambil sepeda dan mengayuh pedal menyibak keramaian
kota Jogja. Terus terang saja, ketika menjelang sore hari jalanan Jogja tak
pernah sepi. Cenderung ramai dan seringnya malah macet dititik-titik tertentu. Aku
terus mengayuh pedal menyusuri jalan Timoho – Kusumanegara – Sampai akhirnya
sampai di KM Nol Jogja. Mentari masih agak lama terbenam, aku masih ada waktu
memilih lokasi yang tepat untuk mengabadikannya. Terbesit dalam pikiran untuk
mengabadikan di atas Jembatan Lempuyangan. Aku pernah melihat orang menenteng
kamera di atas Jembatan Lempuyangan. Bergegas aku langsung ke sana untuk
melihat situasi. Kulalui sedikit tanjakan, lalu memperlambat laju sepeda. Aku
rasa ini memang menjadi tempat yang strategis untuk mengabadikan sunset.
Senja mulai menyapa sudut kota Jogja |
Aturan di sana adalah kendaraan tidak
diperbolehkan berhenti. Tak habis akalku untuk mengabadikan sunset di sini. Segera kuikuti jalan
menurun dan berbalik arah melewati bawah jembatan, lantas aku memarkirkan
sepeda di pagar. Tak lupa mengunci sepeda dan mengaitkan dengan salah satu
jeruji pagar. Sepeda tersebut berada di dekat kerumunan para orang tua yang
menemani anaknya melihat kereta api dari bawah jembatan layang. Kurasa tempat
ini cukup aman, lalu aku berjalan (sedikit berlari) menuju ke jalan atas lagi.
Jalanan yang ramai membuatku harus waspada dan berjalan di tepian agar tak
terserempet kendaraan. Sore ini sepertinya senja berteman denganku. Terlihat
indah dan pasti akan bagus untuk diabadikan.
Dari sini kulihat beberapa kali
kereta api lewat, di jalur rel yang ada banyak. Aku masih setia menunggu sampai
benar-benar dapat diabadikan sunset-nya.
Bunyi derit rel kereta api membuat suasana senja semakin terasa. Tak
ketinggalan suara sirine dari dalam kereta yang menandakan akan lewat.
Sayup-sayup juga terdengar pengumunan dari Stasiun Lempuyangan mengenai
keberangkatan dan kedatangan kereta. Aku mengabadikan saja aktifitas Kereta Api
yang lewat di bawahku.
Kesibukan di Stasiun Kereta Api Lempuyangan, Jogja |
Tak sengaja di sini aku bertemu
dengan salah satu teman pesepeda (kali ini dia naik motor), diperlambat laju
kendaraan dan sedikit mendekatiku. “Mesti
mau motret sunset,” Ujarnya sambil berlalu.
Aku membalasnya dengan tertawa saja.
Sore ini sedikit mendung menghiasi ufuk barat. Tapi tak menutupi keindahan sunset. Tidak perlu menunggu lama,
akhirnya mentari mulai terlihat bulat dan jingga. Cahaya indahnya menerangi
segala penjuru. Sebuah tower besar menjulang tinggi tepat di dekat mentari yang
ingin membenamkan diri. Sebanyak mungkin aku mengabadikan dari berbagai sudut.
Senja terlihat indah dari atas Jembatan Layang Lempuyangan |
Cahaya senja memang berpendar
menghiasi ufuk barat. Tower yang menjulang tinggi pun menjadi objek tambahan
menarik diabadikan. Jauh di sana terlihat deretan bukit samar yang melekuk. Itu
adalah kawasan perbukitan setelah Godean, bisa jadi kawasan sana adalah
Kalibawang. Sementara awan tipis masih menghiasi langit, menambah keindahan
senja yang aku tatap sore ini.
Lalu-lintas yang padat tak bisa
membuatku bebas berjalan. Aku benar-benar menyelinap di antara rimbunnya taman
di atas jembatan. Sesekali kutoleh ke arah jalanan yang padat. Ada beberapa
orang yang sengaja memperlambat laju kendaraan dan menunjuk ke arah mentari.
Ada pula yang sengaja mengabadikan senja menggunakan kamera ponsel, namun
mereka tak menghentikan laju kendaraan. Aku kembali terbuai dalam keindahan
senja.
Mentari mulai terbenam di ufuk barat |
Mentari menghilang tenggelam, sinarnya masih terlihat indah |
Selang beberapa menit saja, mentari
mulai tenggelam. Tidak lagi terlihat bulat besar seperti koin, tapi sudah
tinggal separoh. Lambat laun mentari benar-benar ditelan bumi, hanya
meninggalkan semburat cahaya indahnya. Kumandang adzan magrib terdengar dari
salah satu masjid/mushola, aku melangkahkan kaki menuju tempat parkir sepeda di
bawah, lalu mengayuh pedal sepeda menuju kos. Kali ini tuntas sudah keinginan
untuk mengabadikan senja di tengah kota. Masih ada beberapa titik di tengah
kota yang nantinya akan kukunjungi dan menantikan senja yang sama. *Memotret sunset di Jembatan Lempuyangan pada
hari Minggu, 31 Juli 2016.
Catatan; Sebenarnya
tempat ini adalah ruas jalan yang pastinya banyak kendaraan berlalu-lalang.
Jika memang ingin mengabadikan senja di sini harus benar-benar waspada. Kalau
bisa hindari mengabadikan sunset di
sini dalam jumlah kelompok orang banyak, karena akan tetap berpengaruh pada
lancarnya lalu-lintas. Oya, jangan sampai kalian merusak beberapa bunga di
tepian jembatan. Waktu aku ke sini ada beberapa tanaman yang rusak dan ada
botol mineral yang ditinggalkan.
Baca juga tulisan lainnya
Astagaaaa bagus banget bang hasil jepretannya..ini abang sendiri ya yang memfoto?
BalasHapusIya bang, ini saya sendiri yang motret hehehhehhe
Hapus"Mesti mau motret sunset" wkwk temennya mas sitam ngerti banget e...
BalasHapusSelamat menyaksikan senja di langit karimun jawaaa hari ini :)
Nggak mudik ke Karimunjawa. Cuma di Jepara aja hahahahha
Hapusoiya ding ga sempet mampir, kan cuma ngukur jalan :p
HapusNah itu baru bener ahhahah
HapusUntuk mendapatkan foto yang bagus memang butuh sedikit usaha ya Mas. Foto-foto sunsetnya bagus semua. Merahnya membara ;)
BalasHapusIya mbak hehheheh. Pas lagi bagus-bagusnya sunset di Jogja waktu itu.
Hapusrajin banget dirimu posting maass. ra keoyak iki. haha.
BalasHapusapik yo sunset e. bunderr banget
Arep ngoyak opo koe hahaha. Seng penting nulis lan posting. Kui wae wes bahagia kok ahahha
HapusWah, potone keren-keren, Om :3 Ngiri aku
BalasHapusMbok nganan wae loh hahahahha.
Hapussenja aja diburu dan ditungguin lho sm mas nasir apalagi kamu (dedek2 gemesh) hahaha, niat banget mas bawa2 kamera pas kerja emang kerjaanya di kantor berhubungan sm kamera ya
BalasHapusKerjaannya berhubungan dengan buku. Buku aja aku jaga gimana dengan hati dedek-dedek gemes hahahhahah. Nnggak sama sekali berhubungan dengan kamera :-D
HapusJogja oh jogja, jadi kangen jogja udah lama ga ke jogja :(
BalasHapusAjak istri ke Jogja mas hahahahha.
HapusIndah banget sunsetnya, seperti yang di pangandaran
BalasHapusWah Pangandaran mesti lebih indah :-)
Hapussenjanya dapat banget kak
BalasHapusIya hehehhe. Pas banget cerahnya :-)
Hapusah aku suka nsunset kaya gini nih Mas Sitam, sederhana cuma keemasan gini drpd yg merekah merah :)
BalasHapusHeee, cahaya sunset emang menggoda, mas
Hapuswuhhh Jogja emang manja mas hehe... masyaAllah mas nikmatnya allah harus kudu terus bersyukur
BalasHapusKita memang harus bersyukur mas :-)
Hapuskeren photo sunsetnya
BalasHapusbikin syahdu ... pengen moto yang seperti ini
Heheheh, sambil motret sepeda juga keren kang :-D
Hapushayoo g dimarahi po motret dari atas jembatan layang hihihi
BalasHapusAku beruntung loh mas, gak ono seng ngusir hahahahhaha
Hapussunsetnya indah sekali ya, terlihat sempurna..
BalasHapusBenar banget. Benar-benar indah..
HapusBolehlah bang kapan-kapan nyari senja bareng hehehe
BalasHapusSiap mas hahahaha
Hapus