Mentari pagi terselimuti kabut di Temanggung |
Menjelang malam, udara di Temanggung
terasa dingin. Sesekali aku harus merekatkan sarung yang kujadikan selimut dan
mengambil jaket di belakang pintu. Ini adalah malam kedua aku berada di
Temanggung. Kabarnya, hujan sudah mengguyur daerah Secang. Bahkan sempat kubaca
di sosmed jika Jogja pun hujan deras. Rencananya, besok aku akan mengunjungi
pasar yang ada di Temanggung. Jangan salah, pasar ini hanya buka waktu Minggu
Wage saja. Artinya, dalam kurun waktu 35 hari pasar ini akan buka sekali. Nama
pasarnya adalah, Pasar Papringan Temanggung. Akan aku ulas nanti di cerita
selanjutnya.
Di malam pertama, aku dan ketiga
temanku (termasuk tuan rumah; Charis) menikmati Kopi Hitam. Berbicara agenda
yang akan kami lakukan esok. Niatnya ingin melihat sunrise di Posong. Sayangnya rencana tersebut gagal total karena
kami lebih menikmati selimut ketika pagi daripada bergegas ke Posong kala fajar
menyingsing. Menjelang pagi di hari kedua, aku sudah terbangun. Segera kutuju
jalan di depan rumah yang terlihat hamparan Tembakau. Di sini aku menantikan sunrise. Harapanku tak muluk-muluk, yang
penting bisa mengabadikan saja. Sepertinya tak kesampaian aku mengabadikan sunrise. Hari sudah lebih pukul
06.00WIB, kabut menyelimuti daerah Ngadirejo. Sampai akhirnya terlihat mentari
indah diselimuti kabut. Aku antusias mengabadikannya.
Mentari di hamparan sawah Tembakau |
“Sempurna!!”
Itulah sepatah kata yang kuucapkan.
Aku memang sering melihat sunrise, dan beberapa kali melihat kabut
tebal kala menunggu sunrise. Salah
satu kenangan yang paling kuingat adalah ketika tahun 2010, saat itu aku
menjadi relawan di Selo, Boyolali setelah erupsi Merapi. Di sana sering aku dan
rombongan menerobos kabut tebal untuk membagikan sembako. Dan paginya melihat sunrise indah di tengah-tengah kabut
tebal. Tapi melihat kabut menyelimuti hamparan sawah Tembakau adalah keindahan
yang baru kulihat.
Di tengah-tengah kabut menyelimuti
kawasan Ngadirejo, aku melihat aktifitas warga setempat tak terganggu. Kabut
seperti ini adalah hal yang lumrah, dan sudah sering terjadi. Namun bagiku yang
notabene adalah orang pantai, ini adalah momen langka. Kuabadikan anak-anak kecil
menyambut akhir pekan dengan bersepedaan. Mereka mengayuh pedal sepeda kencang
dan hilir-mudik di depanku. Tak ketinggalan beberapa Delman yang sudah siap
untuk disewa desa sebelah karena ada karnaval menyambut HUT RI Ke 71.
Kabut kala pagi hari di Temanggung |
Hamparan kebun Tembakau di setiap sudut Temanggung
“Biasanya bulan Agustus seperti ini adalah panen raya.”
Sebuah pernyataan dari warga setempat
mengenai panen Tembakau yang sempat kuhampiri waktu pagi di tepian jalan.
Tembakau-tembakau ini tumbuh subur di Temanggung, letak geografis tanah dan dirawat
oleh petani kaya akan pengalaman menjadikan kawasan Temanggung dan sekitarnya
banyak ditemui hamparan Tembakau. Waktu aku dan rombongan menuju Posong pun
sebagian besar yang terlihat adalah kebun Tembakau. Menanam Tembakau di sini
adalah mata pencaharian yang paling banyak. Bisa jadi hampir seluruh masyarakat
Temanggung adalah bergantung pada Tembakau.
Tembakau tumbuh subur di area pertanian |
Sayangnya cuaca dalam beberapa tahun
terakhir ini tak dapat diprediksi. Jika biasanya bulan Agustus itu sudah jelas
kemarau. Tahun ini masih saja diguyur hujan. Efeknya sangat terasa bagi petani
Tembakau. Hasil panen tembakau yang dijemur tak langsung kering. Terpaksa juga
mereka harus menumpuk jemurannya dengan hasil panen selanjutnya. Di ruas jalan
terlihat banyak tembakau yang sudah dijemur. Bahkan, jika memang musim panas.
Lapangan sepakbola disulap sementara sebagai tempat penjemuran tembakau. Semoga
saja panen Tembakau tahun ini bisa lebih baik.
Hasil Tembakau yang dijemur, menunggu matahari terik |
Biji Kopi dari Temanggung salah satu yang terbaik
Seperti yang kubilang dari awal, kami
di sini hampir tiap hari menikmati kopi hitam. Tentunya menjadi aktifitas yang
menyenangkan kala menyesap kopi saat udara dingin. Temanggung nyatanya tak
dikenal Tembakau saja. Di banyak tempat aku dapat melihat pohon-pohon Kopi di
antara rerimbunan Tembakau. Pemandangan ini terlihat waktu aku menuju ke
Posong. Ada banyak pohon Kopi yang tumbuh. Hampir setiap pohonnya sudah
berbuah. Biji-biji Kopi memerah, sudah siap dipanen.
Iseng-iseng aku mencari informasi
mengenai Kedai Kopi di Temanggung. Alhasil, kulihat ada banyak kedai kopi di sini. Kopi Robusta dan
Arabika tersedia di sini, bahkan ada beberapa yang mengatakan jika Kopi dari
Temanggung adalah salah satu yang terbaik. Pantas saja, daerah yang letaknya di
lereng gunung memang menjadi tempat yang pas untuk tumbuhan Kopi. Saat kami di
Posong pun ditawari oleh pedagang setempat untuk membeli Kopi yang sudah jadi.
Aku tidak membeli karena stok kopi di kos masih banyak, lagipula kalau ingin
Kopi Temanggung aku bisa nitip temanku yang hampir tiap dua minggu sekali balik
ke Temanggung. Oya, jika kalian dalam satu minggu terakhir ingat cerita Mukidi yang viral, di Temanggung ternyata ada juga Kedai Kopi Mukidi yang turut mendapatkan keberkahan dengan makin banyak orang berkunjung ke sana. Aku sempat melihatnya beberapa kali di televisi.
Salah satu pohon kopi yang subur |
“Berhenti di salah satu pohon Kopi ya, Ris. Aku mau motret biji kopinya,”
Pintaku sesaat ingin
balik dari arah Posong.
Sepeda motor melaju pelan melewati
jalan bebatuan dari arah Kawasan Wisata Posong, sesekali berpapasan dengan
petani yang menaiki kendaraannya. Tak hanya itu, di sini kita sudah biasa
menyaksikan kendaraan motor terparkir di tepian jalan dengan kunci yang masih
tertancap. Selain itu, kita juga mesti bertemu dengan beberapa petani yang
rehat di tepian jalan seraya menikmati rokok hasil lintingan sendiri. Ketika
melewati salah satu pohon Kopi yang biji kopinya banyak, Charis menghentikan
kendaraan. Aku mengabadikan dari jarak dekat.
Salah satu pohon kopi yang subur |
Tak hanya Tembakau dan Kopi, Cengkeh pun banyak di Temanggung
Jalanan aspal panjang kami lalui
tanpa ada aral menuju Curug Surodipo.
Sepanjang jalan itu pula aku melihat rerimbunan kebun Kopi yang tersebar ditiap
sisi jalan. Bahkan di salah satu tikungan tempat warga, aku mencium bau sangrai
biji kopi. Tak ketinggalan pula deretan terpal panjang di sepanjang jalan
berisi biji kopi yang dijemur. Karena aku sudah melihat banyak kebun kopi di
sini, jadi aku tak kaget. Sesekali aku tertarik melihat pepohonan yang
menjulang tinggi di beberapa titik. Aku tak asing dengan pohon tersebut. Itu
adalah pohon Cengkeh. Walau tak terlihat cengkehnya, tapi aku sangat yakin
bahwa itu adalah cengkeh.
Cengkeh juga ada banyak di Temanggung |
Aku jadi tertarik mengabadikan
Cengkeh yang telah dipanen. Sampai akhirnya sepulang dari Curug Surodipo, aku melihat dua wanita dan seorang pria remaja
sedang sibuk memotongi tangkai cengkeh yang habis dipanen. Cengkeh-cengkeh
tersebut nantinya akan dijemur dan dijual. Harga cengkeh cukup mahal, apalagi
cengkeh sekarang banyak dicari. Sembari bertanya-tanya mengenai mushola
terdekat, dan sedikit mengulik sejarah penamaan Curug Surodipo, kami
berinteraksi dengan ketiga warga setempat. Di sini aku pun ikut memotong
tangkai cengkeh. Jangan salah, aku sudah terbiasa seperti ini di Karimunjawa. Waktu kecil beberapa kali
aku ikut panen Cengkeh di Karimunjawa.
“Kalau mau sholat bisa di petilasan Ki Surodipo di situ, mas,” Terang salah satu perempuan dengan
menunjuk bangunan kecil yang tak jauh dari tempat kami.
Memotongi tangkai cengkeh sambi ngobrol |
Setelah lama berbincang, kami pun
bergegas menuju Petilasan dan menunaikan sholat dhuhur. Usai shoal, kami
bergegas balik ke rumah Charis karena dua teman balik ke Jogja, dan aku masih
menikmati waktu semalam di Temanggung. Ini adalah kedua kalinya ke Temanggung,
sebelumnya aku dan teman-teman pernah ke sini pada tahun 2012.
*Dokumentasi foto yang kupajang tersebut kuambil dari berbagai tempat.
Kopi dan Tembakau aku ambil di Kawasan Wisata Posong, Tembakau dijemur dan
sunrise kuabadikan di Ngadirejo, untuk Cengkeh kuabadikan di Desa Tawangsari,
Wonoboyo. Pengambilan foto pada hari Sabtu; 06-07 Agustus 2016.
Baca juga cerita lainnya
Yang baju item namanya siapa sih...
BalasHapusAku malah nggak tanya, kayaknya yang tanya itu Oki
HapusOh my god! Kalau lihat pohon kopi ini jadi teringat di kampung saya. Sudah lama saya gak pulkam :(
BalasHapusWahh banyak kopi juga di tempatmu mas? :-)
Hapusweh. ada cengkehnya juga yaa.
BalasHapusbtw, ayo ke rumah ku klaten yokk. ada tembakau juga lho. deket sama Los Bakau tempat penjemurannya. jalan kaki dari rumah. yok yok
Mbok diagendakan biar kita meluncur ke rumahmu hahahhah
Hapusayo dahhh. sepet lho. sana tawarin d grup
HapusSitu aja yang nawarin biar greess. Kalu aku yg nawarin percuma, nggak bakat jadi sales :-P
Hapuscepet lho mas. biar klaten maju ki. biar aku kepilih jadi camat,
HapusMbok jadi bupati aja loh Nif, biar bisa berkreasi biki Rawa Jombor lebih bagus, itu banyak tempat wisata yang lagi menggeliat :-D
HapusSerius? kamu mau nyumbang dana kampanye berapa mas? kalau aku jadi bupati. aku mau sedot wisatawan yg datang ke jogja dan klaten. udah punya beberapa ide sih. kamu mau beli ideku diharga berapa? #profesionalBloggerAnyaran
HapusAku nyumbang ide aja, Nif. Kayaknya itu lebih pas buat aku ahahhahah
Hapusjadi inget dulu punya pohon cengkeh di depan rumah
BalasHapustapi kini sudah tiada, digusur, jadi rumah
heuheuheu
Heee, kalau pohon Cengkeh di depan rumah emang jadi menjulang tinggi mas. Kalau di belakang rumah mungkin nggak kegusur :-D
HapusJadi pengen ngopi di tempat sejuk nih, apalagi di tempat penghasil kopi seperti temanggung.
BalasHapusTemanggung emang pas banget buat ngopi hehehehe
HapusPemandangan sunrise-nya kece banget,,,,
BalasHapusTerima kasih, Gan. Pas banget lagi kabut :-)
Hapustemanggung udane deres.........Lanjutkan...!!!
BalasHapusTemanggung rasane adem banget hahahahaha
HapusBah.. Kayane adem banget. Ra cocok kih irungku wahahaha :v
BalasHapusBuhahahah, cocok-cocok wae loh. S
Hapusdulu halaman ayah tumbuh pohon kopi dan cengkeh, kopi kalau sdg berkembang aromanya wangiii bgt, kalau cengkeh memang enak pites2 tangkainya sambil ngobrol, kalau sendirian jd bosan dan bete :-)
BalasHapusSuasana jalan-jalan mas Nasrul kayanya enak bgt.. *emakremponganak
Heeee, pasti lebih seru kalau abreng keluarga bukk. Insyaallah kalau nanti sudah nikah dan punya anak bakalan ngalami repotnya kayak ibu ehheheh
HapusPlease jangan diketawain.. Tapi aku salah satu yang belum pernah ke Temanggung padahal punya temen di situ :|
BalasHapusWah udara dingin dan kopi itu memang sedap!
Aku ke Temanggung itupun tak direncanakan mbak. Daripada di Jogja tanpa ada acara heheheh. Semoga bisa ke Temanggung mbak :-)
Hapusseneng bisa main kepedasaan Pink suka banget suasana desa yg sederhana dan syahdu, mas Nasir cobain deh minum kopi dicampur dengan kayu manis pas diseduhnya dan adukannya jg kayu manis lebih wangi dan enak
BalasHapusPengen banget itu mbak. Di sini susah banget nyari kayu manisnya :-D
HapusPwngalaman yang seru. Bisa melihat langsung pohon kopi bahkan ikut memotong cengkeh. Bagaimana ya, wangi biji kopi yang sedang di sangrai. Hmm ....
BalasHapusBaunya harum banget, jadi benar-benar mau kopinya terasa :-D
Hapuswah seru juga ya mas bisa interaksi dengan masyrakat
BalasHapusPaling seru memang berinteraksi dengan warga setempat mas :-)
Hapusdaerahnya kaya dengan budidaya alam ... pada kaya2 .. sampe motor ditinggalkan dengan kuncinya ... weleh weleh ... mudaha-an ga ada maling motor yang baca blog ini :)
BalasHapuskalau kesana saya mesti belanja kopinya
Di sini memang seperti itu kang. Motor sengaja kuncinya ditinggal. Lagian motornya sudah dimoduf dengan dua tempat untuk ngangkut tembakau.
Hapustembakau, kopi dan cengkeh disana tumbuh sangat subur..
BalasHapusIndonesia memang dianugrahi tanah yang subur..
HapusCocok nih buat sendiri menyepi hehehe
BalasHapusBisa juga buat kumpul bareng teman sambil ngobrol ringan :-D
HapusPaling suka menikmati sunrise dan sunset..entah kenapa. Kayaknya glowing dan glamor itu langitnya. Apalagi kalau di lautan. Duh, cakep banget.
BalasHapusSuasana kabutnya berasa banget juga yak. Keren fotonya dan tulisannya
Hehehehe, senja ataupun pagi memang menggoda kok. Nikmat banget heheheheh
HapusLagi musim hujan kaya gini, enaknya menyeruput kopi panas.
BalasHapusKirimin ke Kalimantan dong mas :D
Wah di Kalimantan nggak ada kopi asli sana kah?
Hapusohhh jadi Charis itu dari Temanggung? kukira asli Jogja
BalasHapusIya buk hehheheh. Jadi bisa main-main ke tempat dia
Hapuspemandanganya bagus
BalasHapusMemang menyenangkan pemandangannya.
HapusSyahdu banget sunrisenya.
BalasHapusSuka banget liatnya.
Sunrisenya memang menggoda kalau ada kabut
HapusWoooww,,, berbakat nulis juga berbakat fotografi. Two thumbs up!
BalasHapusHai mbak :-D
HapusTerima kasih sudah mampir heheheh, nulis juga baru beberapa tahun mbak. Daripada nggak tertulis malah ntar lupa :-D