Gardu Pandang Jurang Tembelan Kanigoro, Imogiri |
Bertahun-tahun
aku sudah merencanakan ingin melihat sunrise
di Gardu Pandang Mangunan, namun
sampai tahun ini belum terealisasikan. Padahal, lokasi tersebut tak jauh dari
Jogja. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam menaiki kendaraan bermesin
untuk mencapainya. Sejak dulu, Mangunan menjadi magnet tersendiri bagi
orang-orang yang berburu sunrise,
mengharapkan kabut menggumpal di sepanjang perbukitan, atau ingin menyaksikan
indahnya Kali Oya yang terbentang di bawah.
Menjelang
subuh akhir pekan ini, aku sudah bersiap menuju Gardu Pandang Mangunan. Sempat
terpikirkan bagaimana jika subuh hujan, melihat cuaca Jogja yang akhir-akhir
ini sudah kembali diguyur hujan. Cerah sekali subuh kali ini, rembulan terlihat
jelas di atas, ini artinya sunrise
nantinya bakal indah. Diantar bapak dari Desa Wisata Kebon Agung (tempatku
menginap), kami mengendarai motor berdua. Berbarengan dengan orang-orang lain
yang menuju lokasi yang sama. Subuh ini jalanan Imogiri – Mangunan didominasi
kendaraan roda dua.
“Sudah pernah ke Mangunan, mas?” Tanya
bapak yang mengantarku.
“Pernah beberapa kali pak. Tapi hampir
semuanya saat bersepeda, kali pertama ke sana tahun 2010. Waktu itu naik motor
bareng teman kuliah.”
Banyak
informasi yang mengatakan kalau Mangunan setiap pagi sangat ramai. Benar-benar
ramai. Aku tak sengaja mengubah rencana. Motor yang kami naiki tak mengarah ke
Mangunan, justru terus melaju ke arah Bukit Panguk. Kabut menyelimuti
pepohonan, dan kami terus melaju. Sampai akhirnya malah aku tertarik sebuah
gardu pandang baru yang lokasinya tak jauh dari area masuk Gardu Pandang Mangunan. Ini adalah lokasi baru, namanya Jurang
Tembelan. Lokasinya di Dukuh Kanigoro, Mangunan.
Suasana Jurang Tembelan pagi hari, masih sepi pengunjungnya |
Lahan di
Jurang Tembelan ini tak luas, dan baru ada sekitar dua warung yang buka. Banyak
ban bekas yang dijejer dan disulap menjadi semacam pagar. Selain titian gardu
pandang mengarah pada Mangunan, di sini juga ada semacam gazebo kecil yang
dapat kita pergunakan rehat. Tempat ini masih sepi dan hanya ada beberapa
pengunjung yang datang. Aku belum tahu apakah yang dimaksud Jurang Tembelan ini
adalah yang di depanku ini. Karena dataran rendah yang memisahkan antara bukit
ini dan Mangunan memang agak curam.
Karena sunrise sudah sedari tadi memancarkan
cahayanya, kau hanya mendapatkan sisa-sisa sunrise.
Ya, ada insiden kecil sehingga kami sedikit terlambat menyambut sunrise. Aku segera menaiki tangga gardu
pandang yang menghadap ke arah Mangunan. Dari sini tampak jelas orang-orang
yang menyaksikan sunrise di sana. Di
bawahnya, kelokan Kali Oya tak terlihat. Kabut menutupi seluruh pemandangan di
bawah.
Berbalik
menghadap ke arah barat, semburat cahaya sunrise
terlihat. Walau tertutupi awan, cahayanya tetap terlihat indah. Kabut dan awan
menjadi pemandangan yang paling dominan di sini. Aku mengabadikannya saja,
menurutku tempat ini cukup bagus untuk berburu sunrise. Hanya saja, Jurang Tembelan ini tak bisa mengabadikan sunrise dan kabut yang mengambang secara
bersamaan. Seperti halnya yang bisa diabadikan saat di Bukit Panguk ataupun di
Gardu Pandang Mangunan.
Sunrise terhalang kabut |
Walau
masih pagi, mentari sudah terlihat tinggi. Aku berjalan menuju salah satu
warung, menghampiri bapak dari Desa Wisata Kebon Agung yang menungguku. Beliau
menikmati segelas kopi. Mendekat di gazebo, aku menyempatkan motret mentari
lagi. Walau tak sempurna kudapatkan sunrise,
setidaknya aku bisa mengabadikannya walau terlambat. Nasib kurang mujur untukku
pagi ini.
Sisa-sisa semburat cahaya mentari pagi |
Aku
teringat sebuah buku yang kubawa selama menginap di Desa Wisata Kebon Agung.
Segera kuambil buku tersebut dan mengabadikannya berlatarkan bukit berkabut
tebal. Buku Antologi Prosa yang berjudul Kejutan karya Andi Gunawan ini
menemaniku di penginapan. Ketika sedang luang, aku membaca buku tersebut. Sebenarnya,
sebelum akhir pekan ini aku membeli empat buku. Keseluruhan buku tersebut
terbit di bawah tahun 2013, sengaja kubeli karena ada yang menjual dengan harga
murah.
Koleksi buku yang menemaniku pada akhir pekan |
Mengenai
lokasi Jurang Tembelan Kanigoro, aku rasa tempat ini bisa kalian kunjungi
ketika ingin mengabadikan mentari terbit. Kendati pemandangannya tak seindah di
Bukit Panguk atau di Gardu Pandang Mangunan, namun kalian bisa lebih merasa tenang di sini. tak banyak
pengunjung yang datang, dan lokasinya sangat mudah diakses. Hanya mengikuti
jalanan ke Bukit Panguk, nanti terlihat di sisi kanan jalan. Tempat alternatif
bagi kalian yang tidak suka dengan keramaian. Namun, tidak mustahil jika nanti
ke depannya lokasi ini juga bakalan menjadi ramai.
*Tiga bulan kemudian…
Bangunan Kapal dari Bambu
Aku tidak
pernah sangsi dengan destinasi yang ada di area Mangunan akan cepat berkembang
ramainya. Tiga bulan sebelum ini, tepatnya bulan September 2016, aku
mengunjungi Jurang Tembelan yang masih sepi dan baru dibangun. Namun, sekarang
lokasi tersebut menjadi destinasi pilihan para pengunjung. Menyenangkan rasanya
jika mengingat hal tersebut. Hanya dengan tiga bulan, destinasi yang awalnya
sepi menjadi salah satu lokasi favorit.
Untuk
melengkapi beberapa bangunan baru semacam ujung kapal pun sudah berdiri megah
di depan. Aku kembali mengunjungi kedua kalinya dan bertujuan melengkapi
fotoku. Oya aku membawa sepeda ke sini, dan untuk berfoto menggunakan sepeda,
aku meminta ijin khusus pada dua bapak yang berjaga di area parkir. Beliau memperbolehkan
selama tidak menghambat antrian dan tidak lama-lama. Alhasil, aku berhasil
motret menggunakan sepeda di sini.
Kreasi berbentuk kapal di Jurang Tembelan |
Satu
hal yang harus kita ketahui, berfoto di sini tidak dikenai biaya khusus. Hanya saja
kotak sukarela yang ada di samping kiri itu aku anjurkan untuk diisi. Bukan tanpa
alasan sebenarnya. Harapan kita adalah uang tersebut dapat dipergunakan untuk
biaya perawatan bangunan kapal atau lainnya jika rusak. Semoga kita menjadi
pengunjung yang peka akan hal tersebut.
Memotret keramaian pengunjung di Gardu
Pandang Mangunan
“Pak, antar saya ke Mangunan ya?” Pintaku
ketika sudah dekat.
Bapak
yang mengantarku menatap heran. Pasti dia bingung, tadi aku menolak ke sana
tapi sekarang malah pengen ke sana saat sudah pukul 06.20 WIB. Waktu yang sudah
tentu tak akan dapat melihat sunrise.
Kalaupun menantikan kabut yang indah, tentu agak lebih lama lagi. Biasanya
kabut indah selanjutnya itu sekitar pukul 07.00 WIB, setelah itu baru kabut
menghilang dan pemandangan Kali Oya terlihat jelas.
“Baik mas. Saya habiskan dulu kopinya.”
Aku menunggu
bapak di tempat parkir motor, beliau menghampiriku dan berujar agar meletakkan
uang sumbangan ke kotak yang tersedia.
“Sisipkan di bawah saja mas, jangan di
masukkan. Biar mereka tahu kalau itu dari kita.”
Aku
mengikuti arahan beliau. Entahlah mungkin ini cara sendiri dari pihak pelaku
wisata atau bagaimana. Selanjutnya motor yang kami naiki langsung menuju
Mangunan. Hanya berjarak tidak jauh, sehingga dalam hitungan menit, aku sudah
menuju Mangunan. Bapak yang mengantar aku suruh menunggu di bawah saja. Aku
hanya bilang kalau ke atas tidak lama.
Kabut menyapaku di jalan menuju Gardu Pandang Mangunan |
Selama
di Jurang Tembelan, terbesit pikiran untuk mengabadikan seperti apa keramaian
Gardu Pandang Mangunan. Sedikit berlari kulalui jalan setapak, bukan jalan yang
bisa dilewati motor, melainkan jalan yang hanya bisa dilalui pejalan kaki.
Sampai di dekat Gardu Pandang, aku mengabadikan keramaian orang yang
berkunjung.
Tak jauh
berbeda dengan di jalan. Di tempat yang biasa digunakan untuk mengabadikan
kabut dan sunrise, puluhan orang
sudah di sini. benar-benar banyak orang yang tadi mengabadikan sunrise. Tak jarang kulihat gerombolan
para muda-mudi bercengkerama di antara kabut tebal. Mereka saling mengabadikan
diri, tongsis pun ada di mana-mana.
Keramaian pengunjung yang ada di Gardu Pandang Mangunan |
“Selamat datang akhir pekan. Selamat
berlibur!!” Cuitku di Twitter.
Akhir
pekan adalah waktu di mana para pengunjung membeludak. Sebenarnya jika hari
biasa pun pemandangan nyaris sama. Jadi kita nikmati bagaimana ramainya
Mangunan saat akhir pekan.
Pengunjung
memang didominasi muda-mudi, para remaja ini menghabiskan waktu pagi untuk
menikmati sunrise. Di antara banyak
pengunjung, aku melihat dua anak kecil dengan raut jawah sumringah. Pasti
mereka berdua akan menceritakan pengalaman libur kali ini pada temannya.
Anak-anak kecil sumringah di pagi hari |
Usai
mengabadikan pengunjung di Gardu Pandang Mangunan, aku kembali beranjak
meninggalkan tempat tersebut. Jalan kaki ke area tempat parkir dan menghampiri
bapak yang mengantarku. Rencananya, aku akan mengunjungi Hutan Pinus Dlingo untuk
kedua kalinya. Dulu pas ke sana tahun 2014 masih belum bersolek, tentu sekarang
sudah bersolek. Seperti foto-foto yang bertebaran di sosmed. Salah satu lokasi
yang ingin kukunjungi adalah Panggung terbuka yang ada di antara pepohonan
Pinus yang menjulang tinggi. Jujur, aku belum pernah ke sana. *Kunjungan ke Jurang Tembelan dan Gardu
Pandang Mangunan pada hari Minggu; 18 September 2016. Tulisan Jurang Tembelan diperbaharui pada bulan Desember 2016.
Baca juga tulisan tentang Alam lainnya
Baca juga tulisan tentang Alam lainnya
Weleh, nemu maneh Mas? wkwkwkwkwk. Tapi memang dengan begitu orang punya beberapa alternatif. Setiap tempat kan punya kekhasan yang berbeda-beda :)
BalasHapusHahahaha ini nyasar mas. Cuma kalau pas nyasar menyenangkan dapat seperti ini.
Hapusmenarik juga..tapi viewnya menghadap ke arah selatan kayak di mangunan ya mas
BalasHapusIya mas, kelihatan orang pada jejer di Mangunan, geser dikit kelihatan sunrisenya
Hapuseh iyo dalam rangka opo mas neng kebon agung??
BalasHapusBiasa mas, pengen menyendiri sambil baca buku akakkakakak
HapusWisata jogja emang ga ada habisnya, susunan bambu itu max bisa dinakin brp org kan kalo kebanyakan ngeri ambruk
BalasHapusBudy | Travelling Addict
Blogger Abal-Abal
www.travellingaddict.com
Ini kuat kok. Memang kalau sudah agak rapuh langsung diganti demi kebaikan dan keselamatan.
Hapuswah ini masi dekat dengan Kebun buah mangunannya ta mas ?
BalasHapusSekitar 300 meter setelah pintu masuk mangunan. ke bawah sedikit sampai ahahahha
HapusAku malah belum pernah ke tembelan mas...
BalasHapusSampai sini jam berapa mas?
Masih dapat kabut teball :)
Sekitar 6.30an di sini. Biasa, horang kayah kan ada yang nganter ke sini hahahahha
Hapusnice artikel. bolehlah kalau ke jogja nyempetetin kesini. btw disana udah banyak sampah belum mas?
BalasHapusKalau sampah tidak terlalu banyak. Yang banyak malah vandal di sini.
Hapussadis. spot baru lagi. aku aja blm sunrisean d mangunan.
BalasHapusDiagendakan aja hahaha. Kalo perlu nginep di sana.
HapusAku belum kesampaian ke tempat ini mas, semoga segera ..
BalasHapusMakin banyak tempat seperti ini, mas hehehhe
HapusWuih fotonya apik2 ya. Gardu pandangnya pun juga lucu, tp nti kalau uda rame, naiknya bisa ngantri ya hehe :D
BalasHapusHehehehe, mumpung belum rame mas. Jadi aman ehehheheh
HapusMangunan, sungguh buat aku termangu!
BalasHapusMasya Allah, foto-fotonya gahar banget
Jadi lupa masalah dompet.
Hahaha
Mangunan menjadi tempat yang paling dikunjungi kalau ingin melihat sunrise. Jadi wajar kalau pagi itu sangat ramai :-D
Hapusbeneran mas bukunya dibaca? jangan2 cuma pencitraan aja hahaha, seneng sih lihat sunrise yg gak seneng itu harus bangun pagi haduuh itu susah banget, salut lah buat org yg tahan bangun pagi buat mengejar sunrise, matahari aja dikejar apalagi cinta #ehgimana
BalasHapusBiasa pencitraan itu hahaahhah. Matahari aja aku kejar apalagi cinta. Pokoknya kalau udah dikejar langsung bilang "kapan kita nikah?" kakakakka
Hapussatu kata: KEREEEEENNNNN!!!! udah gitu aja, bookmark dulu siapa tau aku maen ke mangunan.. :D
BalasHapusHeee, makasih :-)
HapusKalau ke Jogja silakan ke Mangunan saat subuh, pasti indah :-)
Wah saya orang jogja tapi belum pernah kesitu :( cuma baru ke kebun buah mangunan doang :( boleh lah ntar saya kunjungi tempat ini wkwkwk terimakasih infonya jadi saya tau tempat ini :D
BalasHapusbolehlah kunjungi blog saya storyku-46.mywapblog.com
Sepertinya mbak Eny harus ke sana hahahahah. Disempatkan mbak :-)
Hapusbagus banget pemandangan nya ^^
BalasHapusAdem ya mas? hahahaha
Hapusini anak jalan-jalan mulu hehe, selalu suka dengan ketinggian
BalasHapusDekat dari kosan mbak, jadi cukuplah meluangkan waktu buat ke sini bentar. hahahahha
Hapuswaw ...sungguh moment yg tak boleh di lewatkan ni .. harus diabadikan dgn foto ....:)
BalasHapusBenar banget mas. Harus diabadikan
Hapussaya belum pernah kesini mas,tapi dilihat-lihat mirip dengan pucuk setumbu ya mas....??! atau cuma perasaan saya saja atau....ah entahkah...:D
BalasHapusPuthuk Setumbu jauh elbih kondang karena pemandangannya indah banget.
HapusKali oya sama kali oyo beda gak mas ?
BalasHapusWah aku belum pernah ke mangunan, kemarin hampir kesini tapi waktu udah mepet.. jadi cuma sampe hutan pinus aja
Sama mbak :-D
HapusWealah, udah ke Jogja tapi kok cuma ke Pinus doang. Bilang-bilang kalau ke Jogja biar bisa ketemuan bareng teman-teman blogger di sini :-D
Itu bagus juga idenya dibikin kapal. Tapi kok rodo serem ya ? Apa ada pengamanya ? #maklumtakutketinggian
BalasHapusDeket banget ya dari Jogja
Hehehhehe, itu bangunan diperiksa berkala mas, dan tidak boleh dinaiki banyak orang. Kudu personal/dua orang. :-)
HapusPemandangannya yahuud bener bang :v
BalasHapusBagus kalau pagi, kang
Hapusbagus banget pamandangannya ya,
BalasHapuskalau pagi ke sana sudah dibuka belu ya Pak?
terima kasih
Di sini subuh pun mlah banyak pengunjung yang menunggu kabut tipisnya.
HapusPemandangannya mantap gan
BalasHapusBenar gan, menggoda pemandangannya
Hapussegera menyusul mas mantap....
BalasHapusWah diagendakan loh mas :-)
Hapusartikel yang bagus...sekarang banyak destinasi yang menyajikan spot swafoto.....sukses selalu
BalasHapusIya mas. Sekarang mulai banyak pilihan destinasi wisata untuk swafoto
Hapus