Curug Trocoh, atau yang dikenal dengan sebutan Curug Surodipo, Temanggung |
Menjelang siang, kabut di Kasawan Wisata Posong, Temanggung sudah mulai turun. Hampir seluruh hamparan kebun Tembakau terlihat samar. Aku dan teman-temanku duduk menikmati kopi panas sembari berdiskusi menuju destinasi lainnya yang masih ada di Temanggung. Awalnya Embung Kledung kami jadikan prioritas, namun karena kabut masih tebal, kami pun membatalkannya.
“Bagaimana kalau ke Curug Surodipo?” Celetuk Charis yang notabenenya warga Parakan, Temanggung menawarkan opsi lain.
Ide yang menarik menurutku. Jika kabut masih tebal tentunya pemandangan seindah apapun terlihat hambar. Namun jika kita mengunjungi curug, kita masih bisa menikmati pemandangan indah curug dan main air. Bergegas dua kendaraan menyusuri sebagian besar jalan yang sudah kami lalui.
Bayangkan, kami yang menginap di Ngadirejo, lalu pagi harus ke Posong, kemudian balik ke arah Kecamatan Wonoboyo (lokasi yang tak jauh dari Ngadirejo) dan merupakan salah satu jalur pendakian alternatif menuju Gunung Prau. Ini namanya kami mengunjungi lereng gunung yang berbeda.
Jalanan ramai Temanggung kami sibak tanpa merasakan kemacetan yang berarti. Setahuku ada dua titik yang sedikit tersendat, keduanya adalah pasar. Laju kendaraan pelan kala kami sampai di Pasar Legi dan pasar Wage Parakan. Kami terus mengikuti jalan agak menanjak menuju Wonoboyo, setiap sudut jalan terlihat banyak tanaman Cengkeh dan Kopi.
Tak jarang aku melihat biji Kopi sedang dijemur di tepian jalan. Bahkan di beberapa tempat terhirup bau biji kopi dalam proses sangrai. Akhirnya kami sampai juga di pintu masuk curug Surodipo Temanggung. Dua motor dan empat pengunjung, aku mengeluarkan uang sebesar Rp.16.000.
Tepatnya curug Surodipo ini berlokasi di Desa Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung. Lembaran karcis yang diberikan oleh warga setempat (penjaga portal) membuktikan jika destinasi ini sebenarnya dikelola oleh warga setempat.
Akses jalan bebatuan yang dapat dilintasi kendaraan roda dua menuju curug |
Pemandangan bukit berbaris tampak dari sini. Selingan tanjakan yang tinggi membuat aku harus berkali-kali turun dari motor. Sepanjang menuju curug, kami hanya berpapasan dengan warga yang habis panen Tembakau.
Biasanya, panen raya Tembakau itu jatuh pada bulan agustus. Setiap bukit menjulang tinggi dipenuhi Tembakau yang subur, begitu sampai area parkir dan kami harus berjalan kaki, kali ini kebun Kopi menjadi pemandangan setiap sisi. Dan jauh di bukit lainnya terlihat menjulang tinggi berjejeran pohon Cengkeh.
Curug Surodipo ini berada dibalik bukit, jadi kami harus berjalan kaki naik ke atas untuk sampai ke lokasi. Di sini ada dua tempat yang bisa kita kunjungi, langsung menuju curug atau ke atas dan memotret curug dari bukit yang berbeda.
Kami sengaja menuju bukit dan mengabadikan dari sudut lain. Bagi warga setempat curug Surodipo ini dikenal dengan sebutan curug Trocoh. Penamaan Surodipo sendiri dari sosok Ki Surodipo yang masih ada kaitannya dengan Pangeran Diponegoro. Di sini ada sebuah baliho besar yang dapat kita baca mengenai siapa sosok Ki Surodipo sendiri.
Membutuhkan tenaga esktra kalau berjalan menuju curug Surodipo, tanjakannya sedikit melelahkan bagi orang yang jarang berjalan kaki. Pemandangan sepadan dengan perjuangan jika kita sampai di atas dan memandang guyuran curug Surodipo dari gardu pandang yang kita pijak. Menjulang tinggi air terjunnya, ada beberapa bukit yang terlihat di sana.
Di antara bukit tersebut, yang terlihat dari sisi kiri setelah aliran curug adalah Batu Bucu. Sementara bukit yang menjulang lebih runcing paling kiri adalah Batu Geong. Di sini aku juga sempat melihat Burung Elang yang terbang di sisi bukit, hanya saja kameraku tak sanggup untuk mengabadikannya.
Pemandangan curug Surodipo dari atas bukit |
Rehat beberapa menit kami di atas. Sebuah dudukan yang terbuat dari bambu kami duduki. Di sisi lain tak jauh dari tempat duduk terdapat tempat sampah yang disediakan. Sebagian besar sampah yang terlihat adalah bekas botol mineral dan tisu. Puas rasanya mengumpulkan tenaga di atas, kami berlanjut menyusuri jalan setapak yang menurun.
Harus hati-hati saat menuruni jalan setapak, karena sisi kanan jalurnya adalah jurang. Jalur yang beragam dari landai sampai anak tangga tanah harus kami tapaki. Sampai juga kami di bawah. Di sini, tak hanya kami berempat. Ada juga pengunjung lain berjumlah tiga orang. Sementara tadi di jalan kami juga sempat bertemu dengan sekelompok pemuda-pemudi yang sudah lebih dulu pulang dari arah curug.
Tepat di bawah curug Surodipo aku mengabadikan pemandangan. Hembusan angin sedikit kencang membuat percikan air terjun mengenai segala penjuru yang tak jauh dari sana. Aku mengabadikan dan sesekali melindung kamera dari hempasan air yang terbawa angin. Aku melangkah ke bawah menyusuri sungai di bawahnya.
Sedikit lebih menjauh agar dapat mengabadikan curug dengan sudut yang lebih bagus. Indah benar curug ini, selain airnya dingin dan bersih, di sini masih sepi pengunjung. Informasi dari Charis (temanku), hanya warga setempatlah yang berkunjung ke sini. Jika pun ada wisatawan lain, mungkin mereka yang tak jauh-jauh dari Temanggung, Secang, Weleri, atau malah Wonosobo.
Pemandangan curug Surodipo dari atas bukit |
Curug Surodipo ini sebenarnya tidak hanya satu, malah ada lima tingkatan yang tak jauh tempatnya. Menurut informasi dari warga setempat, curug nomor lima yang paling bagus. Lokasinya ada di bawah, melewati perkebunan Cengkeh.
Akses jalan menuju curug lainnya hanya bisa dilalui dengan jalan kaki. Kami sebenarnya punya kesempatan ke sana, namun karena salah satu teman merasa kecapekan, dengan terpaksa kami harus melewatkan.
Masih di area Curug Surodipo, aku asyik sendiri mengabadikan pemandangan. Menggunakan Tripod yang memang sudah kubawa dari Jogja, aku mengabadikan beberapa kali dibebatuan yang berhadapan langsung dengan curug.
Setelah itu aku tak melewatkan diri untuk menikmati guyuran air yang deras. Yang kurasa di sini adalah hawa dingin, bagi orang yang tak tahan dingin sudah dipastikan akan menggigil kedinginan. Suasana asri dan gemericik guyuran curug membuat ingin rasanya berlama-lama di sini.
Asyiknya kalau lokasi wisata alam masih sepi dan asri |
Tak terasa kami sudah cukup lama di sini. Mentari sudah tergelincir sedikit, ini menandakan waktu sudah lepas dari pukul 12.00 WIB. Dari atas terlihat beberapa pengunjung datang ke curug ini. Lebih dekat kulihat ternyata mereka adalah siswa/wi salah satu sekolah menengah pertama yang lokasi sekolahnya masih di sekitar Wonoboyo.
Mereka bergerombolan menuju curug. Kami pun menyapa mereka, malah Charis sendiri minta aku abadikan bareng siswa/wi tersebut. Raut wajah anak-anak sekolah ini terlihat sumringah. Adanya air terjun yang dekat dengan tempat tinggal mereka, tentu menjadi hal yang menyenangkan.
Charis bersama siswa/i yang baru datang ke curug |
Usai sudah menikmati guyuran air curug Surodipo, aku bergegas mengenakan kaos dan mengeringkan celana di tempat panas. Curug Surodipo ini berpotensi menjadi destinasi yang banyak dikunjungi wisatawan jika berkunjung ke Temanggung.
Di sini keindahan curug, ketinggian curug, dan masih asri menjadi daya tarik sendiri. Setidaknya, sampai aku berkunjung ke sini kebersihan lokasi ini masih terjaga. Semoga kebersihan ini terus terjaga ketika lokasi ini mulai dikenal dan akses jalan lebih bagus.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat berkunjung ke Curug Surodipo
Sebagai pengunjung, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat kalian nantinya berkunjung ke Curug Surodipo;
- Pastikan kendaraan kalian dalam keadaan baik, ada beberapa tanjakan yang tinggi dan harus berhati-hati karena jalannya adalah bebatuan yang tertata. Usahakan tidak ke sana pada saat hujan turun, jalan rawan licin dan berdampingan dengan jalur curam.
- Akses jalan setapak menuju curug didominasi Kopi dan Tembakau, jangan sampai pengunjung usil mengambil biji Kopi atau mematahkan daun Tembakau selama perjalanan.
- Seringnya penduduk setempat yang nantinya berpapasan dengan pengunjung, ada baiknya saling menyapa dan sebisa mungkin mengalah (memberi jalan) bagi petani tembakau yang berlalu-lalang sambil memanggul Tembakau atau membawa keranjang berisi Tembakau di kedua sisi motor mereka.
- Jangan mengganggu binatang yang ada di sana seperti burung, atau malah Kera Ekor Panjang yang kadang tidak sengaja ditemui selama berjalan menuju curug. Kami sendiri tidak sengaja melihat kera tersebut bergelantungan di pepohonan bukit sebelah.
- Jaga kebersihan curug dari sampah-sampah plastik, atau dari coretan/vandal. Ada beberapa coretan yang terpampang di bebatuan dekat curug.
- Dilarang keras melakukan hal-hal yang tidak beretika, bersikaplah bijak di setiap destinasi wisata.
Sedikit ulasan di atas semoga dipatuhi setiap pengunjung Curug Surodipo. Oya, sudah ada beberapa plang petunjuk arah menuju lokasi curug ini. Plang tersebut dibuat oleh warga beserta mahasiswa KKN dari UIN Walisongo, Semarang. Tampak terlihat tulisan KKN UIN Walisongo tahun 2015 di setiap plang. *Kunjungan ke Curug Surodipo di Desa Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung pada hari Sabtu; 06 Agustus 2016.
Belum aspal full ya, kudu nuntun nih mas :) tapi pengen juga ah ke curug sirodipo ini
BalasHapusBelum mbak. Wah mau ke sana sepedan? Hahahah, dijamin seru dan penuh tantangan
HapusIni yg kmrin dicari 😂..
BalasHapusWahh jalannya udah enak, berbatu..drpada jalan tanah hehe
Hehehehe, berbatu dan tanjakan pokoknya mas :-D
Hapusseru koyokee
BalasHapusBoleh dicoba buk :-)
HapusTemanggung ternyata punya banyak destinasi kece ya. Pengen ke sana jadinya :D
BalasHapusBisa disambangi kalau sudah sembuh mbak :-)
HapusEmang ya mas kalau mau ke tempat yang bagus dan sepi mesti penuh perjuangan ke sananya heheee :D
BalasHapusDan itu menjadi sensasi tersendiri, jadi seru dan penuh cerita :-)
HapusKece juga ya curugnya. Tempat piknik di Temanggung ini jarang di ekspos. Orang tahunya kalo bicara Temanggung, ya, tembakau, :)
BalasHapusHeeee, tembakau, kopi, dan posong hehhehhe
HapusItu air terjunnya musiman enggak mas?
BalasHapusSeruu nya itu masih sepi, sejuk, ijo. Aaa seru meneh poto di situ sama sepedamu mas :p
Nggak mbak, nggak musiman kok. Emang yang musiman itu biasanya nikah mbak. Ada musim nikah kakakkakakak
Hapusseru banget main air
BalasHapusPokoknya segar mas :-D
Hapusboleh nih dicoba, curug surodipo
BalasHapusIya kakak. Boleh banget, salam buat seni berjalan hehehheheh
Hapuskece bener ini tempatnya mas broh.. :) pengen ke tawangmangu lagi jadinya
BalasHapusAku malah sudahs angat lama nggak ke Tawangmangu hehehhe. Semoga ada waktu ke sana :-D
HapusWaktu itu ada rencana mau kesono tapi gagal :-(
BalasHapusWah kudu diulangi lagi mas. Seru banget loh main air di sini :-)
HapusMas Sitam kapan mau ke Temanggung lagii?
BalasHapusBoleeeh lhooo ajak - ajaaaak akuuh maass.
Bidadari pengen ngeliat air terjuuun.
(((BIDADARI)))
Nunggu kamu manggung di Jogja mbak. Kan nanti masalah penginapan dll udah ditanggung dua inwis akakkakaka
Hapuskeren bener curugnya ..
BalasHapustinggi dan berkesan seperti melebar ya ... itu karena ada 2 curug ya
Iya kang. Kalau secara tingkatannya ada lima curug di sini kang. Hanya saja kami pas ke sini hanya mampir di curug yang pertama.
Hapusview curugnya bagus banget...cocok buat foto landscape..hhehehe
BalasHapusBenar mas. Apalagi lokasinya di antara perbukitan.
HapusMake motor metik ah, kalau ke situ.. Biar gak mainstrim..
BalasHapusEnakan pakai motor yang sekarang kakak hehehhehehe
Hapusnaik buroq aja mz
HapusKaadng idemu kui yo rodo bener, kadang salah, Gall. Mbok sekalian kon numpak elang :-(
Hapusdi tengah terik matahari siang, main ke air terjun jadi pilihan pas. semilir percikan air yang terbawa angin dan diharapkan mendinginkan kepala sejenak. duduk di kursi itu lalu kemudian tidur. mantap!
BalasHapusBeruntung di sini nggaka da fasilitas Wifi, GALL. Kalau ada yakin deh kamu minta pindah kosan ke sini. Hahahahhaha
HapusWaaaa apikk ini. Awal bulan mau ke Parakan lagi lihat panen tembakau, ntar mampir ke sini ah. Omong-omong ada pangkalan ojek yang mas ojek-nya mau anter ke sana nggak ya? Hahaha
BalasHapusAsyik banget kalau lihat panen tembakau mas. Ada penjaganya kok, siapa tahu beliau bersedia nganter. Ramah banget mas :-D
HapusHalo mas, senang tersasar di blog ini, tahu-tahu disuguhi pemandangan yang adem :)
BalasHapusSuka sama bagian kesimpulannya. Kadang suka gak nyadar kan ya, jalan di hutan ada daun, petik sana petik sini, padahal itu tanaman berpenghasil.
Semoga alam Indonesia kian terjaga amin.
Salam kenal juga mas Har,
HapusSemoga mas kesasar di sini malah betah hehehehhe. Benar mas, kadang keisengan kita itu tak baik jiga asal matahin daun atau mengambil biji kopi dll. Intinya harus sadar diri :-D
uwwaaahhh cakep air terjunnya ^o^... alur airnya pecah gitu yaa... bookmark dulu, ntr kalo ke jawa lagi, mw coba datangin ;)
BalasHapusIya mbak. Ayo ke Jawa hehehehhe
Hapusindah banget, eksotis banget, hijau bangetttt, seger banget, hijaunya gak nahan, sukaaaa, sayangnya jauh dari Bogor
BalasHapusDekat kok mbak kalau disamperin ahahhahaha
HapusAmpunnnn dah keren bangett.....tinggi banget air terjunya, kalau ada kesempatan boleh lah main kesini
BalasHapusSilakan mas. Air terjun ini masih sepi pengunjung, jadi bisa bersantai lama di sini :-)
HapusItu curug kalo debit air nya makin deres, pasti makin manja yeeee
BalasHapusBisa manja-manjaan di sini om. Dijamin nggak terlalu dingin kayak yang di Jabar hahahaha
HapusReally great post! I love it:)
BalasHapusIrenethayer.com
Thanks Irene :-)
HapusLihat foto curug ini jadi ingat paradise waterfalls di film Up, air terjunnya meluncur dari tebing pipih gitu hihihih.
BalasHapusOalah hahahha, kalau mirip beneran malah keren mas hahahahah.
HapusKangen bolang di curuuug
BalasHapusAyoo mbak main ke curug hehehheh. Mumpung musim hujan juga, jadi airnya melimpah. Tapi biasanya airnya agak keruh :-)
Hapussemoga terjaga selalu ya keasriannya, kalau sudah ramai nanti banyak sampah dan pedagang2 yang datang sampai ke curug kaya di Bogor -_-
BalasHapusSudah ada pedagang tapi baru 2 mbak, waktu kami ke sana yang kami obrolkan dengan pedagang adalah menyiapkan tempat sampah agar tak berceceran sampahnya. Yang susah itu mengatur tingkah laku pengunjung saat di curug. Tidak semua pengunjung peka dengan kebersihan lingkungan dengan membawa sampahnya lalu membuang di tempat sampah.
HapusItu trekkingnya ada 30 menit ngga, Mas? Punya sodara di TMG, kan lumayan kalau mereka mau nganter ke Curug. :D
BalasHapusMas Sitam, aku kontak kamu kalau mau ke Karimun, yes. Tahun depan insya allah. Gratisii penginapan ya rapopooo. Wkwkwkw
Nggak sampe 30 menit kok dari tempat parkir.
HapusOke, kontak saja ahhahahha
Bagus banget mas curug nya. Indah banget dan masih asri banget.
BalasHapusCurugnya juga masih sepi :-)
Hapusnampaknya masih asri dan belum terjamah orang ya Mas ?????
BalasHapusBelum banyak yang ke sini mas.
Hapuspingin juga main kesini .. tapi sayang lokasi jauh dari tempat tinggal saya :)
BalasHapusKalau main ke Gunung Andong turunnya bisa langsung ke sini, mas.
Hapuskayaknya butuh perjuangan ya Mas untuk sampai ke curug nya.....
BalasHapusJalannya asyik dan cukup melelahkan memang hahahahhaha
Hapuspake mobil bisa gak kalo kesananya ya???
BalasHapusHanya bisa sampai tulisan gapura, karena setelah itu medannya benar-benar naik tajam. Bisa jalan kaki atau menggunakan ojek warga setempat.
Hapus