“Tanpa kita sadari, kadang kita suka berpose serasa menjadi seorang model
di suatu tempat yang indah. Tanpa menghiraukan mereka yang berlalu-lalang, kita
terus asyik menatap kamera agar terus diabadikan. Bahkan tanpa disadari,
orang-orang lain yang ada di sekitar kita biasanya cukup sabar untuk dapat
antri berfoto di tempat yang sama. Begitulah yang aku lihat di Upside Down
World Jogja pada akhir pekan ini. Banyak pengunjung yang rela antri tanpa memberi
isyarat pada kita untuk bergegas meninggalkan spot yang indah.”
Berpose di Upside Down World Jogja |
Geliat semangat menyongsong akhir
pekan kali ini tak membuatku langsung menerima ajakan teman yang ingin
bersepeda jauh. Aku hanya ingin bermain di tempat yang dekat-dekat saja. Alasan
hujan dan harus menjaga kesehatan karena senin – sabtu (pekan depan) aku harus
fokus pada agenda kantor yang sangat padat. Aku pun bersantai di kos, menulis
beberapa draft yang terbengkalai. Sampai akhirnya aku teringat jika pekan ini
agendaku adalah mengunjungi tempat yang baru ngehits di Jogja. Upside Down
World Jogja; sebuah tempat/museum yang dikonsep dengan terbalik dan sangat
bagus untik foto selfie (kekinian), serta baru ada dua di Indonesia (Bali dan
Jogja). Jadi aku langsung menyambar sepeda, menyusuri Selokan Mataram sampai
akhirnya sampai di lokasi pukul 11.00 WIB.
“Tiketnya 80K mas, nanti ada petugas yang membantu untuk motret dan
memberikan arahan posenya,” Terang mbak yang jaga kasir.
Sedikit aku tertegun, perasaan
beberapa waktu lalu harga tiket 60K, sebelumnya pada tanggal pembukaan 04 Juli
2016 masih promosi 50K sampai tanggal 10 Juli 2016. Kulirik tulisan yang ada di
depan; benar banget HTM-nya Dewasa 80K dan anak-anak 40K. Sempat kusinggung
mengenai harga promosi awal yang 50K, dan dari sini aku mendapatkan informasi
jika memang harga berubah. Harga yang 60K itu hanya berlangsung dua hari saja,
setelahnya langsung naik menjadi 80K. Dari lantai ini aku diarahkan menuju
lantai selanjutnya, hanya dibatasi empat anak tangga. Sebenarnya ini gedung
hanya dua lantai, akan dihitung tiga jika lantai yang di kasir dianggap lantai
dasarnya.
“Sandal mohon ditaruh di sini mas. silakan masuk,” Kata petugas perempuan lain sambil men-scan
barcode tiketku.
Jangan dikira sampai di sini aku
terus jaim nggak mau narsis. Tanpa menghiraukan mereka yang menatapku, aku
langsung polah sendiri. Petugas laki-laki yang berjaga ada tiga orang di sini.
Mereka sangat sabar memberikan instruksi. Apalah, yang penting aku mengabadikan
diri dulu. Jadi seperti inilah settingan kalau makan di Burjo ya? Burjo di
Jogja itu adalah warung 24 jam yang paling menolong anak kos kalau lagi
kelaparan. Beralih ke spot lainnya, aku pun beraksi di spot ruang makan. Makan
sendiri juga boleh kok.
Ini gimana cara makannya? Ribet banget jadinya |
Di lantai satu ada empat spot, spot
ruang tamu, burjo, ruang makan, dan dapur. Tepat sebelah tangga ada spot yang
dikonsep semacam dapur. Aku berhenti di sana menunggu orang yang ingin berfoto.
Kebayang kan ke sini sendirian? Jadi bingung mau notret atau dipotret. Tapi tak
kurang akalku, di sini aku duduk santai menunggui pengunjung lain yang asyik di
spot Burjo. Bergegas dua pasang sejoli memasuki ruang dapur. Mereka bergantian
berpose, aku tak ketinggalan menjadi potografer amatiran. Sekalinya kulihat ada
yang berpose, aku langsung memotret candid dia. Tapi aman kok, setelah
kupotret, aku menghampiri dan mengatakan kalau aku juga mengabadikannya.
Kayaknya berpose di dapur ini bukan pilihan bagiku. Aku kan tidak bisa masak,
jadi tak perlu berfoto di sini. Kalau misalnya ada teman sih mau-mau aja foto
di sini.
Ayo masak dulu buat makan siang |
Jadi tak butuh lama aku habiskan di
sini, aku mulai menaiki tangga. Tak lebar tangganya, jika ada yang turun ke
bawah, kami harus sedikit miring. Ya, museum Upside Down World Jogja ini memang
tak luas. Karenanya dikonsep ke dengan dua lantai. temaram lampu membuat spot
di lantai dua menjadi lebih berwarna. Aku melihat salah satu spot yang laing
kusuka. Di sini ada sepeda yang bisa dijadikan properti saat berfoto. Semua
barang di sini adalah asli, jadi kita benar-benar bisa memegang sesukanya dan
tidak merasa takut jika rusak.
“Coba Ibu seakan-akan memegang selangnya ditaruh pada pentil ban, terus
bapaknya yang niup,”
Ide petugas ini membuatku tertawa. Bayangkan, mana ada ban sepeda itu ditiup.
Bisa berapa lama baru ada anginnya.
Yakin pak mompa ban sepeda pakai mulut? |
Aku masih setia menunggu di spot
sepeda ini. kucari-cari properti helm sepeda tak ada. Duh, tau seperti ini helm
sepedaku yag di bawah tadi kubawa. Petugas masih asyik motret, di lantai dua
ini ada empat petugas yang tersebar untuk membantu pengunjung berfoto. Berhubung
nggak ada helm sepeda, aku mulai beraksi layaknya terpelanting karena nabrak
tembok.
“Kakinya ke atas satu mas. Terus salah satu tangannya nggak usah pegang
stang sepeda.”
Aku layaknya model kelas plankton,
jadi apapun yang diarahkan petugas tak kubantah sedikitpun. Aku harus sedikit
kayang biar bisa mendalami pose terpelanting. Bayangkan kalau benar-benar
terpelanting seperti ini tanpa bawa perlengkapan bersepeda apa nggak remuk
semua badan kita? Beruntunglah ini hanya berpose saja, kalau tidak tentu sudah
banyak kritikan dari teman-teman komunitas sepeda agar aku harus melengkapi
peralatan bersepeda.
Terpelanting dari atas sepeda |
Kulewati saja salah satu spot yanga
da di pintu batasan di lantai dua. Spot tersebut adalah rak-rak buku, di sana
ada beberapa pengunjung yang sedang berfoto. Langsung kuarahkan langkah mencari
spot yang tidak terlalu ramai. Aku berbincang dengan salahs atu petugas yang
berjaga di atas. paling ujung ada spot ruang santai yang ada TV dan sofa. Jadi
settingannya pun seakan kita bisa duduk santai sambil nonton TV. Eh nggak deh,
bukan nonton TV kalau begini. Ini namanya nonton ngintip TV. Lah TV nya ada di
bawah yang berpose. Berhubung mbak-mbak yang berpose kayaknya masih lama, aku
pun mengabadikan dia saja.
Kalau ini namanya ngintip televisi |
Tepat di depan spot sofa dan televisi
ada spot ruangan lain. di sana ada telepon. Jadi kita bisa menelpon siapa saja
di sini (ingat menelponnya itu hanya akting saja). Takut mengganggu mbak-mbak
yang sedang menelpon, aku pun baik hati hanya mengabadikan saja. Toh mbak ini
nelponnya menghadap ke mana ya? Sebenarnya spot telepon ini menjadi satu dengan
spot sofa dan TV, tapi banyak yang berpose terpisah, seakan-akan ini adalah
spot lain yang tidak bergabung dengan spot TV.
Seperti bukan sedang menelpon |
“Kita gantian foto di sini,” Celetuk salah satu dari empat sekawan perempuan di
sampingku.
Mereka mulai gantian memotret di spot
kamar tidur. Aku yang memang membutuhkan orang untuk memotret pun meminta
mereka untuk tetap di sana berempat. Jadi kupotret mereka dua kali. Ini spot
pas banget buat kamar cewek, warna dan motif bunganya membuat tempat ini
seakan-akan feminism. Nggak kebayang kalau cowok yang foto di sini dan
sendirian, tuh kan kamu jadi ketawa sendiri kalau bayangin.
“Mas, nanti kalau diunggah di IG aku ditandai ya? Ini IG ku,” Pinta salah satu cewek seraya
mengeja nama akun Instagramnya. Aku mengiyakan saja, nanti kalau kuunggah foto
mereka pasti kutandai salah satunya.
Hai mbak, apa kabar? |
Bergeser dari spot kamar tidur, aku
menuju spot ruang anak-anak. Ini lokasi pas banget berfoto bagi yang bawa
keluarga. Settingan ruangan yang ada ranjang khusus anak kecil, ditambah sebuah
boneka Bear besar duduk di sudut, lampu kamar tidur yang tak terang, dan mainan
anak tertata rapi di setiap sudut dindingnya.
“Ayoo dek kita foto di sini,” Kata seorang ibu ke anaknya.
Kesempatan ini, di saat mereka menyuruh
petugas untuk mengabadikan posenya. Aku ikut nimbrung mengabadikannya. Jadi
kalau nanti kalian membawa adek kecil atau anak ke sini, sepertinya spot inilah
yang paling bagus buat keluarga. Berasa di dalam kamar anak kecil loh.
Mari berkumpul keluarga |
Spot lainnya adalah semacam kamar anak
kos. lihatlah, anak kos kebanyakan yang kamar kosnya hanya 3x4 meter harus
didesain sebaik mungkin agar terlihat masih luas. Rak buku harus terpajang di
tembok, dan rak lainnya ada di bawah. Sebuah kursi harus ada untuk menopang
tempat duduk kita saat sedang mengerjakan tugas. Pokoknya tempat yang kecil ini
harus tampak cantik dan agak luas. Kepikiran punya kamar kos seperti ini? Asyik
loh bisa dipakai untuk bersantai, mengerjakan tugas, dan unik buat dijadikan
tempat berfoto.
Sedang sibuk mengerjakan tugas kampus |
Spot yang tak kalah serunya adalah
kamar mandi. Layaknya sebuah rumah, mulai dari ruang tidur, ruang tengah, ruang
makan, tempat garasi sepeda, rak buku, sampai kamar mandi pun ada. Di sini ada
banyak yang berfoto. Tapi aman, fotonya nggak sedang mandi. Perlalatan mandi
sudah ada. Yang bikin aku ketawa adalah pose kawan satu ini. Entahlah kalau ini
beneran terjadi dia terjun, nanti tembusnya sampai mana ya? Aneh-aneh saja
posenya. Tapi unik sih, bisa berekspresi di kamar mandi dengan pose seperti
ini. Ada yang minat bikin pose baru di sini?
Itu bukan kolam renang mas |
Ada beberapa spot yang kuabadikan
namun tak kuunggah di sini. Sengaja kusimpan agar kalian penasaran dan langsung
menuju lokasi Upside Down World Jogja. Total spot berfoto ada 13, dan semua
tempatnya pun unik-unik. Tapi menurutku yang paling mengena adalah spot di
Burjo. Benar-benar merasa hidup di Jogja banget. Percaya deh, kalau kalian
pernah hidup di Jogja, kalian pasti mempunyai cerita sendiri mengenai Burjo
yang berklamufase menjadi warung 24 jam.
Harus
diingat, jika berada di Upside Down World, kalian harus berpose sebaik mungkin
agar hasilnya memuaskan, walau tak terlihat pengaruh gravitasi (misalnya rambur
terurai ke bawah, dll) tapi cukup menyenangkan kok. Aku rekomendasikan ke sini
pada hari-hari kerja agar tak terlalu ramai. Selain lokasinya kecil, di sini
juga area parkir terbatas. Untuk pengelola Upside Down World Jogja kali ini
sudah cukup bagus. Mereka membatasi jumlah pengunjung yang ingin ke atas agar
tak sesak dan malah tidak asyik lagi buat berfoto. Jadi kapan mau mengajak
teman atau keluargamu main ke sini? *Kunjungan ke Upside Down World Jogja pada hari Sabtu; 24 Juli 2016
Upside Down World Jogja
Alamat: Jalan Ring Road Utara, Maguwoharjo (Dekat Kantor Pajak Jogja/ Seberang
Casa Grande
Buka: Setiap Hari Pukul 10.00 – 19.00 WIB
HTM: 80K (Dewasa), 40K (anak-anak)
Instagram: @upsidedownworldjogja
Baca juga tulisan lainnya
Hadeuuhhh.... sering sekali ke JOgja, tapi belum tahu tempat ini...
BalasHapuskuper sekali sayah :)
Tempat ini baru diresmikan tanggal 4 juli kemarin kang hehehhehhe
HapusWhat! Tiket masuknya udah naik??! Kreatif juga nih bikin tempat selfi yang nggak biasa. Perabot yang dipakai mereka asli semua pula. Tapi skrol foto-foto di atas lama-lama pusing juga ya, gimana petugas yang setial pahri ngarahin pengunjung ya? Hahaha.
BalasHapusCepat banget naiknya mas hahahha. Tiap spot sudah ada galeri foto yang bisa dipilih untuk menentukan posenya ahhhahha.
HapusEnggak takut kejatuhan kasur?
BalasHapusAtau kejatuhan cinta? Haha
Aku kayanya bakal mati gaya deh mau action apaan kalau ke sini.
Semua serba terbalik :o
Eh tapi bagian dapur e apik
Kamu nanti ke sini posenya masak aja mbak. Biar natural, atau pose ketiban cinta gitu? Siapa tahu bisa hahahhahah
Hapusfoto foto aksi nya nampak ciamik. yang motret petugas di sana mas? atau bawa fotografer sendiri?
BalasHapusKalau yang motret ada petugas yang bisa dimintai tolong mas. Tapi pakai kamera sendirI.
Hapuswoowww keren juga ya, kapan2 coba kesana ahh :D
BalasHapusKalau bisa ke sananya pas hari kerja, jadi tak terlalu ramai :-D
HapusSpotnya bagus-bagus mas cocok nih buat di upload di instagram haha. Pengen ke sini deh. cuma sayang jauhhhh :( semoga kapan-kapan bisa ke Jogja. dan pas ke tempat ini tiket masuknya jadi turun *gakmungkin*
BalasHapusSeru loh bisa main fan motret di sini hahahaha. Manfaatkan kalau lagi dolan ke Jogja
Hapuswah baru tau ada tempat kayak gni dijogja...
BalasHapusTempat ini juga baru diresmikan tanggal 4 Juli mas :-)
HapusSudah membaca tentang museum ini dari blog teman-teman. Posting ini tambah meyakinkan bahwa museum ini memang unik ya dan cocok banget untuk foto-foto narsis dan keren. Kalau lebaran nggak aneh jika tempat ini ramai oleh pengunjung :)
BalasHapusHeee iya mbak. Tempatnya kalau orang bilang "kekinian" hhehehhehe. Jadi tiap akhir pekan sekarang ramai :-D
Hapusefek miringnya keren kak
BalasHapusAwalnya di sini kayaknya mati gaya nggak bisa ngapa-ngapain. Ternyata sampai sana bisa juga bergaya hahhahaha
HapusWah kekinian nih tempatnya. Harga masuknya lumayan mahal juga ya.
BalasHapusBoleh nih jadi tempat foto bergaya kalo ke Yogya.
Heee, kekinian banget pokoknya :-D
Hapusakkkk kok mahal sih tiketnya :(
BalasHapusDilobi aja, kali aja bisa murah ahahhahahah
Hapusjadi apa IG nya, om?
BalasHapusbtw, harganya kok ud jahat sih, cepet amat
Ada kok, udah aku tag hahahhaha. Harganya emang keren ya ahahhahahha
Hapusupside down ini .. bener2 lagi ngehitssss
BalasHapusmemang lucu .. keren untuk foto2 ... dinaikan terus harganya juga tetap antre :)
Heeee, untuk remaja ini lokasi bakalan rame dikunjungi kang. Apalagi loksinya masih terjangkau dan tidak jauh dari pusat kota.
Hapusini HITS banget yah mas hehe mantap dah... emang gak ada habisnya yang unik" hehe... lahan baru meraup rupiah alhamdulillah
BalasHapusIya mas, terlebih tempatnya dekat dengan perkotaan heehheh. Jadi banyak yang ke sini
HapusMahal juga tiketnya Mas..80K..hehehe
BalasHapusGak apa-apa mas ehehhehe. Sesekali saja ke sini. Nggak tiap hari kok ahahhah
Hapushahahah seru yaaa... tapi jujurnya aku suka bingung mas kalo ke tempat2 foto begini, secara memang ga suka difoto :D.. Pasti gaya itu2 aja ato kakulah tiap kali difoto ;p.. biasanya kalo ke tempat2 kyk gini, bareng temen2 ato keluarga, aku biasanya yg motretin aja :D
BalasHapusEnaknya kalau ke tempat seperti ini bareng-bareng, jadi mau polah kayak apapun aman ahahhaah
HapusEh aku kmrn pengen kesini tp ngak keburu
BalasHapusBtw jadi kamu jadian ama yg minta di tag IG nya ?¿ atau masih jomblo ?? Hahaha
Hehehhe napa nggak disempatin om hahahhaha.
HapusAku kan orangnya lugu, om. Mau ngetag aja masih mikir-mikir hahahhaha