Punthuk Setumbu menyajikan pemandangan yang indah. Setiap orang biasanya rela bangun subuh, melihat sunrise indah berpadu dengan kemegahan Candi Borobudur, mengabadikan setiap rekaman mata yang tak ingin terpejam walau sedetik. Punthuk Setumbu laksana tempat yang asyik untuk melihat keromantisan sang Surya dengan Candi termegah di Indonesia.
Rupanya Gereja Burung buka menjadi tujuan terakhir kami selama di Magelang. Usai salat jumat, kami berbincang bareng empu rumah yang ada di dekat masjid. Di sini beliau menceritakan bagaimana keramaian kala syuting film AACD2 di area Gereja Burung.
Katanya, warga setempat bak mendapatkan durian runtuh. Semua warga sekitar mendapatkan penghasilan lebih, ada yang ikut langsung di saat syuting atau hanya menjadi juru parkir untuk banyak mobil.
“Kalau ke Punthuk Setumbu bisa kok lewat jalan dekat Gereja Burung, mas. kalau ke Gereja itu belok kanan, mas-nya ambil yang lurus turun ke bawah,” Terang bapak tersebut.
“Nggak enak pak, kan sebelum Gereja Burung sudah dicegat parkir. Jadi mending lewat jalan yang mutar tadi saja,” Jawabku.
Beliau mangut-mangut memahami apa yang kami ucapkan. bergegas kami meminta izin pergi dan mengucapkan terima kasih. Kami pun melintasi jalan menuju Punthuk Setumbu, dan hanya selang berapa menit kami sudah di parkiran.
Tiket masuk masih 15.000 rupiah perorang, kami berjalan menapaki tiap tangga sampai atas. Di sana sudah banyak pengunjung yang duduk seraya mengabadikan diri. Gereja Burung hanya terlihat menjembul sedikit, namun Candi Borobudur terlihat jelas. Aku mengabadikan candi tersebut, tak ketinggalan mengabadikan pengunjung yang asyik bercengkerama dengan teman-temannya.
Candi Borobudur Magelang terlihat dari Punthuk Setumbu |
Kulihat pemandangan sekitar, dari awal naik sampai lokasi melihat Candi Borobudur sudah ada banyak tambahan bangunan. Tepat di tangga setelah tempat loket, ada bangunan rumah tinggi. Di sana mereka menjajakan spot berfoto di atas, semacam rumah pohon.
Untuk sekali foto mereka harus merogoh uang sebesar 5.000 rupiah. Tak hanya itu saja, tepat di tempat memandang sunrise ada banyak warung. Seperti halnya rumah pohon, di sini juga memberikan jasa foto semacam di teras kedai dengan tarif yang sama.
“Itu jalan baru toh, pak?” Tanyaku pada bapak warga setempat yang melepas lelah di dekat kedainya.
“Iya mas belum ada satu tahun. Dari jalan ini bisa sampai ke Gereja Burung. Paling jalan kaki antara 10 – 15 menit, mas,” Terang beliau.
Menurut bapak yang sedang membangun kedai ini, dalam satu tahun ini banyak Rumah Pohon dibuat selain kedai kopi. Setiap warga yang membangun adalah warga yang tanahnya ada di sana. Jadi mereka tak mengontrak tanah. Aku juga mendengarkan beliau kalau ke sini lebih baik pas Waisak. Jadi bisa melihat lampion yang ada di candi dari atas.
Rumah Pohon di area Punthuk Setumbu Magelang |
“Kalau mau kemping di sini juga boleh, mas. Tiap orang nanti dikenai biaya 30.000 rupiah.”
Temanku tertarik menyusuri jalan yang mengarahkan menuju Gereja Burung. Banyak pengunjung yang menuju arah sana, kami pun berjalan menapaki jalan setapak. Tak jauh dari sana ada semacam tempat yang bisa digunakan untuk melihat Gereja Burung dari atas.
Kami memang tak berniat jalan ke Gereja Burung, niatnya hanya ingin melihat Gereja Burung dari ketinggian. Dari rerimbunan hijau pohon, aku dapat melihat kepala Gereja Burung yang terlihat jelas. Dari sini sudut belakang Gereja yang terihat.
Seandainya pepohonan itu tak ada, tentu bentuk gereja dapat terlihat dengan jelas. Tempat ini nyatanya menjadi salah satu spot yang dituju pengujung. Mereka tak berniat menuju Gereja, hanya ingin mengabadikan dari jarak yang lebih dekat. Aku membidik objek kepala Gereja Burung, dari sini kelihatan tak ada orang yang di atas.
Gereja Burung dari sudut lain di Punthuk Setumbu, Magelang |
Tak hanya itu saja, tepat jauh di belakang sana juga tampak jelas Candi Borobudur. Jika dari Punthuk Setumbu keduanya terlihat bersampingan walau Gereja hanya terlihat sedikit. Di sini keduanya tampak jelas. Sekali mengabadikan dapat terlihat keduanya, Candi Borobudur dan Gereja Burung Merpati, Magelang.
Hanya berselang beberapa menit saja, puncak Gereja sudah ada pengunjungnya. Bisa jadi tadi belum dibuka, terlihat dari sini ada banyak pengunjung yang di atas. Yang jelas maksimal mereka 10 orang, sama seperti yang tadi waktu aku naik ke atas. Ternyata mereka ada 9 orang, dua di antaranya sedang mengabadikan diri menggunakan tongsis.
Gereja Burung dan Candi Borobudur terlihat dari Punthuk Setumbu |
Di sampingku sekelompok pemuda asyik mengabadikan diri dengan pose menunjuk Gereja Burung. Dari logatnya mereka sudah jelas berasal dari Sumatera Utara, aku pun menyapa mereka. Benar saja, kelima pemuda tanggung ini berasal dari Sumatera Utara yang kuliah di Univesitas Atma Jaya (Fakultas Hukum) yang berada di Mrican.
Lokasi yang hanya sepelemparan batu dari kosku. Sama kayak mereka, aku memasang Tripod dan mengatur posisi agar terlihat membelakangi kamera dan memandang ke arah gereja. Cukup menggunakan timer, akhirnya aku bisa mengabadikan di sini. Sementara itu temanku sudah sedari tadi asyik polah sendirian dengan gawainya.
Memandang Candi Borobudur dan Gereja Burung dari kejauhan |
Langit mulai mendung, terdengar gemuruh petir dari kejauhan. Menurut teman yang ada di Jogja, sekarang hujan lebat. Nasib, aku tak membawa jaket apalagi jas hujan. Kami bergegas menuju gardu pandang Punthuk Setumbu, rehat beberapa menit dan turun ke bawah.
Jika kalian ingin berkemah di Punthuk Setumbu, seperti yangkubilang tadi, di sini menyediakan tempat. Jangan khawatir mengenai MCK, di sini ada lengkap; bahkan listrik pun disediakan. Seru juga kalau diagendakan kemping di sini pada musim kemarau, sehingga bisa menyaksikan sunrise berpadu dengan Candi Borobudur.
Semoga ke depannya bisa diagendakan bareng teman-teman. Kami pun pulang, benar saja sampai di Jogja hujan turun deras; dan kami menyerabas lebatnya hujan sampai kos. *Kunjungan ke Punthuk Setumbu Magelang pada hari Jum’at; 06 Mei 2016.
Awesome !
BalasHapusAlo artis hahahha, kapan mau syuting di sini? :-D
HapusAyo kemping aku gelem
BalasHapusKempinge malam setu penak neng kene, hahhahahhaa
HapusKalau ngeliat sekilas pas dari gereja ayam ki jarak dgn punthuk setumbu lumayan lho mas... masa cuma 15n menit ya? Jalannya datar apa naik turun?
BalasHapusNggak jauh, tapi ketutup sama rimbunnya pohon. Jalannya cuma naik diki, banyak turunnya kalo dari Setumbu
HapusItu pengunjung yang pake kaos biru bikin gagal fokus Mas..qkqkqkqk...sayange ngga ada foto dari depannya...
BalasHapusSengaja difoto pas hadap ke depan biar tetap penasaran hahahahha
HapusWaktu ke Sukmojoyo dulu pengen mampir tapi nggak jadi :D
BalasHapuskapan-kapan kali ya mas.. Hehehe
Aku malah membatalkan yang ke Sukmojoyo karena sudah sore dan jalannya juga nanjak hahahahaha
HapusAbis buat syuting AADC jadi ngehits ya Puntuk Setumbu, itu pake jalan jauh nggak biar nyampe atas ((males jalan mendaki))
BalasHapusSetumbu dari dulu emang udah dikenal nyari sunrise heheheh. Nggak jauh kalau jalan, cuma ya rada nanjak dikit :-D
HapusGagal kesini untuk kesekian kalinyaaaa :'( .
BalasHapusMungkin nanti Raisa bakal buat videoklip disinii *eeh*
Kudu ke sini, kalo perlu ngecamp sekalian heheheheh.
HapusWuihh kalo bikin klip di atas mahkota gereja burung sekalian ya mbak :-D
Hmmmm, sepertinya harus kembali lagi ke sini.. Hmmm....
BalasHapusKalo ke sini mending jangan pas weekend mas, bakalan melonjak pengunjungnya :-D
Hapusahay kemarin dari gereja ayam, dan ternyata ada jalan yang jauh lebih dekat
BalasHapusIyapp hehehhehe. Ramai nggak kemarin mas?
Hapusbenar2 cantik sekali pemandangannya
BalasHapusSekarang malah di Setumbu sudah ada gardu pandangnya
Hapus