“Tak henti-hentinya perbukitan Menoreh menarik perhatian. Barisan bukit
hijau membuat mata senang menatap jauh. Bahkan beberapa orang mempunyai ide
menjadikan tempat tersebut sebagai ikon/tempat menarik untuk berfoto. Salah
satunya adalah Watu Tekek. Tempat yang menarik dikunjungi untuk berfoto di atas
gardu pandang kecil.”
Spot Watu Tekek di Kulon Progo |
Kendaraan berlalu-lalang membuat
jalan solo padat merayap. Libur panjang pagi ini, aku tak ada rencana ke
mana-mana. Namun ajakan teman sepeda (walau naik motor) menuju Watu Tekek di
Kulon Progo membuatku segera bergegas. Pagi ini rencananya aku akan memotret
destinasi Watu Tekek yang berada di Madigodo, Sidoharjo, Samigaluh, Kulon
Progo. Motor yang kami naiki ikut merayap ikut merayap di tengah kemacetan
sepanjang jalan menuju arah Godean. Tiga hari sebelumnya, aku dan mas Febri
sudah berkomunikasi merencanakan ke sana. Tujuan ke sana adalah survei lokasi
untuk bersepeda. Siapa tahu ke depannya bisa bersepeda ke arah sana dan bareng
teman-teman yang lebih banyak.
Menurut Google Maps, lokasi yang aku
kunjungi ini searah jalan menuju Suroloyo; puncak yang sudah banyak teman
pesepeda kunjungi. Aku sudah mencatat rutenya, berharap nantinya tak nyasar.
Rute pun tak sulit, dari arah Jogja motor melaju melewati Godean, beranjak
melewati Sendangsono – nanjak arah Suroloyo. Tepat setelah Kedai Kopi pak
Rohmat, ada pertigaan belok kiri (turun ke Watu Tekek) sementara naik ke atas
menuju Suroloyo. Ada banya jalur untuk sampai ke sini. Intinya, jika kita ingin
ke Suroloyo, hampir dipastikan lewat jalur ini.
“Bu, Watu Tekek itu di mana ya?” Aku bertanya pada seorang ibu yang jalan kaki memanggul kayu
bakar.
“Ini mas, dekat sini. Nanti ketemu pertigaan belok kiri yang turun. Arah
ke masjid.”
Benar sekali rute yang ibu berikan,
ada plang petunjuk arah turun ke bawah. Jalan cor setiap sisi adalah rumah
warga, rutenya memang masuk ke dalam gang. Jadi jangan kaget kalau nanti
melewati halaman rumah warga dan mengarah ke dekat masjid. Seorang anak kecil
mengarahkan kami agar pakir motor di atas. Di sana sudah ada dua motor yang
terparkir.
Petunjuk arah ke Watu Tekek, Kulon Progo |
“Rp.8.000 ya mas,” Seorang anak perempuan kecil menyodorkanku dua tiket masuk.
Setiap tiket bertuliskan (Masuk:
Rp.3000 & Parkir Rp.2000). Karena kami hanya menggunakan satu motor, jadi membayar
Rp.8000 saja. Kuambil dua tiket dan menyerahkan uang ke anak tersebut. Gapura
kecil tepat di depanku, ini adalah jalan yang mengarahkanku ke atas. Aku segera
menaiki jalan yang naik ke atas. Puluhan anak tangga terbuat dari tanah kujejaki
sampai atas.
Nasib kurang mujur kualami, sampai di
sini mendadak lensa kameraku yang 10-30mm error tak mau dipakai, sehingga aku
terpaksa menggunakan yang 30-110mm. Padahal jika lensa tak error, sangat bagus
untuk mengabadikan beberapa pemandangan di sini. Jadi selama di sini, aku fokus
mengabadikan lokasinya saja. Pasrah saja, toh mau gimana lagi.
Di Watu Tekek ini ada beberapa tempat
yang asyik untuk berfoto. Sebuah gardu pandang yang terpasang di pohon besar,
bangunan kayu semacam tempat nongkrong dengan beberapa anak tangga, serta
memanfaatkan tebing agak tinggi diberi gazebo. Untuk menaikinya aku harus
menaiki anak tangga terbuat dari kayu. Selain itu juga ada tempat untuk
bersantai seraya menikmati kopi. Ya, Bukit Menoreh ini ada banyak kopi yang
ditanam.
Area Spot Watu Tekek Kulon Progo |
Dari keseluruhan tempat ini, spot
yang paling menarik untuk berfoto adalah gardu pandang. Di sini ikon pohon
besar tak berdaun inilah yang menjadi terlihat bagus. Sehingga aku harus rela
mengantri agak lama. Walau di sini hanya berenam, tapi keempat pengunjung yang
sudah terlebih dulu datang ke sini belum puas berfoto. Aku sabar menunggu
sambil mengabadikan tempat yang lainnya. Eits, aku baru sadar ternyata pohon
ini tak berdaun karena kulit batangnya dikupas. Apakah ini sengaja? Mematikan
pohon untuk gardu pandang? Aku tak paham tujuannya, tapi yang kutahu memang
sengaja dikupas kulitnya. Semoga ke depannya pohon-pohon tersebut tak
dimatikan. Hanya sebuah usulan saja.
Watu Tekek adalah menamaan yang cukup
unik sebenarnya. Diruntut dari bahasa Jawa; Watu berarti Batu, sementara Tekek
adalah Tokek. Menurut informasi yang aku terima, penamaan Watu Tekek ini karena
tempat tersebut ada banyak Tokek. Percaya atau tidak, waktu aku ke sini dan
duduk-duduk, dari arah belakang terdengar suara Tokek. Iseng-iseng aku hitung,
suara tersebut 11 kali. Aku pun tertawa sendiri, sempat-sempatnya kuhitung
suaranya.
“Nah
ini baru namanya Watu Tekek. Kan ada suara Tokek-nya,” Celetuh salah satu
dari keempat remaja yang asyik berfoto.
Inilah gardu pandang Watu Tekek, Kulon Progo |
Agak lama aku menunggu seraya mencoba
lensa yang error. Ternyata hasilnya nihil, lensa benar-benar tak mau dibuka.
Keempat remaja tersebut sudah pergi, tinggal kami berdua di sini. Aku
mengabadikannya di gardu. Ya, masih disesali sebenarnya kenapa pohon ini
dimatikan. Aku tak bertanya lebih banyak, karena yang jaga di sini hanya anak
kecil saja. Untuk pemandangannya, tempat ini tak bisa melihat sunrise atau sunset, karena keduanya terhalang oleh bukit-bukit lain. Hanya
saja, memang tujuan banyak orang ke sini untuk berfoto. Aku sendiri sengaja ke
sini karena banyak orang yang mengupload di Instagram tapi masih sedikit yang
menulisnya di blog. Bergantian dengan temanku, aku mengabadikan diri di sini.
Tak lama kemudian, kami pun beranjak pulang.
“Ini mas kembaliannya Rp.2000,” Anak cewek tadi yang memberikan tiket masuk menyodorkan
selembaran dua ribu padaku.
“Oh, terima kasih,” Aku baru ingat tadi menyodorkan uang Rp.10.000. Terima kasih buat adek
yang menjaga tiket atas kembaliannya.
Berfoto di Spot Gardu Pandang Watu Tekek, Kulon Progo |
“Jadi kita lanjut ke mana?” Tanya temanku.
Dari sini aku dan temanku pun
kebingungan mau ke mana. Kami hanya menyusuri jalanan turun, dan berhenti di
tempat yang bertuliskan kedai kopi. Sepertinya akan ada ide di tempat ini, bisa
jadi seraya minum Kopi terus ada ide tujuan selanjutnya. Yang pasti kami tak
berniat naik ke Suroloya, kami memutus kan pergi ke tempat lain. Untuk ke
Suroloyo, nanti kami datang naik sepeda (berharap dan berdoa kuat sepedaan ke
sini). *Kunjungan ke Watu Tekek ini pada
hari Jum’at; 06 Mei 2016.
Baca juga tulisan
alam lainnya
Kalo denger atau baca nama MENOREH yg ada di otak gw pasti mantili, brama, laksmini hahaha. Coz bukit menoreh ini selalu di sebut2 dalam serial brama kumbara
BalasHapusHahhahaha, kayaknya itu masa-masa mudah, om :-D
HapusAku dulu mungkin pernah kesini tp belum ada namanya, pas jelajah sendangsono, you know what i mean. Salam #TDM
BalasHapusYesss bisa jadi ahahhahaha. Salam TDM
HapusKakakakkakak
dari atas sana bisa melihat jauh pemandangan ya, itu asyiknya
BalasHapusYang asyik emmang suasanan dan pemandangannya yang adem ehehehehe
Hapuswah mungkin dulu di situ ada tekeknya y mas hehe
BalasHapusBenar mas, bia denger suara tekek loh di sini..
HapusOhh jadi beneran banyak tekek trus diberi nama Watu Tekek ya? Hahahaha
BalasHapusKulonprogo mulai banyak digali potensi wisata alamnya yah, sampai spot seprti Kalibiru sengaja dibuat bahkan kulit pohonnya sengaja atau tidak sengaja dikelupas. Nambah satu list kunjungan lagi nih di DIY :-D
Yap hhehhe, kayaknya ada ide buat bikin yang tulisannya mantan. Jadi ke sananya bareng mantan ahahhahahah
Hapuswow, itu keren bingit pemandangannya, aku juga pengen foto di bawah pohon itu dengan pagar-pagar manjaaahh dan jembatannyanya...... ;))
BalasHapusHahahhahaha, sini ke Jogja, mbak :-D
Hapuswih apik kakakkk
BalasHapusAyo disamperin ke sini hahahahhaha
Hapuskreatif juga .. mengemas tempat menjadi spot foto ... kalau belum foto disana ..belum kekinian :)
BalasHapusRutenya asyik dikunjungi kang, banyak tanjakannya :-D
Hapusbenar-benar bagus sekali ya untuk spot nya untuk berfoto, hanya saja harus hati-hati..
BalasHapus