“Lumpia!! Lumpia!! Jika kita menaiki kendaraan umum di Semarang, tak sedikit penjual berlalu-lalang di dalam yang menawarkan Lumpia. Kuliner Semarang ini ditawarkan keliling ke setiap penumpang. Ya, Lumpia menjadi salah satu jajanan yang sering dijadikan oleh-oleh untuk orang-orang di rumah.”
Lumpia di Jalan Pandanaran Semarang |
Aktivitas orang di Simpang Lima cukup beragam, aku duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari tulisan “Simpang Lima”. Tepat di depanku adalah jalan Pandanaran. Dua orang kusir delman duduk santai berbincang di dekatku. Sesekali mereka menyapa pengunjung dan menawarkan jasa keliling Simpang Lima naik delman
“Permisi, pak. Kalau yang jualan Lumpia di jalan pandanaran sini sebelah mana ya?” Tanyaku dengan menjabat tangan kedua kusir tersebut.
“Ini mas jalannya, tapi yang ujung sana. Dekat arah ke Lawang Sewu,” Jawab beliau seraya menunjuk jalan Pandanaran.
“Terima kasih pak."
Aku menyeberangi jalan yang lumayan ramai. Di depanku sebuah plang bertuliskan Jalan Pandanaran. Kuikuti jalan tersebut, sengaja menapaki trotoar yang lumayan sepi. Sepemahamanku, jalan Pandanaran ini lumayan panjang, dan cukup capek juga kalau ditempuh dengan jalan kaki.
Sempat terpikir untuk menaiki Trans Semarang, tapi kubatalkan lagi. Aku sudah berniat sengaja jalan kaki. Kalau perlu sampai Lawang Sewu. Sebuah niatan yang jarang tebersit dari pikiranku sebelumnya. Mumpung masih pagi, jadi ada banyak waktu luang.
Satu perempatan kulalui, entah berapa jarak dari Simpang Lima ke arah jalan Pandanaran yang ada tempat membeli Lumpia. Aku melihat di sisi kiri sebuah patung lumayan besar. Dan di sana bertuliskan “Taman Pandanaran”.
Hanya ada sekitar delapan remaja duduk santai melepas lelah sehabis jogging. Dan juga terdapat ibu dan anak yang mengabadikan diri di tulisan tersebut. Aku terus menapaki trotoar dengan sekali-kali menyeka keringat.
Taman Pandanaran Semarang |
Pemandangan unik kulewati di salah satu sudut Jalan Pandanaran. Di sini hampir sepanjang jalan ada banyak ibu yang berjualan bunga. Semerbak bunga berwarna-warni ini sampai ke hidungku. Tak banyak kuketahui, tapi biasanya jika ada banyak penjual bunga seperti ini, minimal dekat sini ada pemakaman.
Serasa berjalan di ruas lorong pasar tradisional yang sepi. Berkali-kali aku mengucapkan kata “Permisi bu” karena harus berbagi jalan dengan stand-stand penjual bunga. Rata-rata yang menjual bunga adalah ibu paruh baya.
Jualan bunga di salah satu titik jalan Pandanaran Semarang |
Kembali aku menyeberangi jalan yang ada lampu merahnya. Dari kejauhan terlihat tulisan jelas “Lumpia”. Aiihh, inilah lokasi yang aku tuju pagi ini. aku pernah berhenti ke sini beberapa tahun lalu, kala itu aku dan rombongan dari Jogja membeli oleh-oleh Lumpia.
Bedanya kalau dulu kami naik mobil karena sepulang dari Karimunjawa, dan sekarang aku sendirian jalan kaki. Warung-warung besar sudah dibuka, jam memang menunjuukan pukul 08.30 WIB. Tak hanya Lumpia, di sini juga ada banyak yang jualan Bandeng Presto dan Wingko. Tapi aku tetap pada rencana semula, sarapan Lumpia.
Berjejeran gerobak kecil di tepian trotoar, tepat di belakangnya bangunan besar berupa kios-kios mulai terbuka. Tak banyak orang hilir-mudik. Kulewati satu gerobak yang sudah buka. Seorang paruh baya sibuk menggoreng Lumpia pesanan pembeli. Sementara itu pembelinya masih setia menunggu di dekatnya.
Aku mendekati sebuah gerobak yang dijaga dua remaja. Keduanya juga tak kalah sibuk. Satu remaja yang lebih muda memasukkan Lumpia ke dalam besek (tempat terbuat dari anyaman bambu), sementara yang lebih dewasa memasukkan isi Lumpia, dan menggulungnya.
Sampai juga di lokasi Lumpia |
“Bisa pesan satu saja, mas?”
“Bisa mas,” Jawabnya.
“Satu porsi berapa?” Tanyaku lagi.
“Rp.9000, mas.”
Aku menganggukkan kepala. Dan penjual yang menggulung Lumpia tadi langsung menggoreng satu gulungan Lumpia. Kulihat bahan-bahan yang digunakan membuat Lumpia. Dari obrolan dengan penjual.
Aku menjad tahu dalam gulungan Lumpia tersebut rata-rata isinya adalah potongan dari Rebung (Tunas Bambu), Ayam, Udang, dan masih banyak lagi lainnya. Tergantung apa yang ingin dipesan oleh pembeli.
“Lah ini kok belum digoreng tapi sudah dibungkus mas?” Kulihat Lumpia di dalam Besek yang siap dibungkus.
“Kalau itu Lumpia Basah, mas. Jadi yang biasa dibuat untuk oleh-oleh itu yang basah. Sampai lokasi bisa digoreng.”
Ada yang mau pesan lumpia Semarang? |
Aku mangut-mangut lagi. Aku baru ingat, jika di Jogja pun sama; ada Gudeg basah dan kering, atau Bakpia basah dan kering. Seraya menunggu pesananku disajikan, aku masih banyak tanya. Beruntunglah kedua penjual ini responnya baik. tiap pertanyaanku dijawab mereka dengan sabar.
“Ini mas Lumpianya,” Kata penjual.
Satu gulungan Lumpia panas disajikan untukku. Lumpia tersebut diiris menjadi tiga potong. Lalu diberikan juga potongan timun, sambal, dan cabai. Kuambil Lumpia yang masih panas dan mulai menikmatinya. Pagi yang indah bisa menikmati Lumpia di sudut jalan Pandanaran.
Mari sarapan Lumpia Semarang |
“Sudah lama jualan di sini, mas?” Tanyaku seraya melahap Lumpia.
“Baru mas. Saya sekitar 4 bulan di sini.”
“Wah mas suporter Liverpool ya? Itu pakai topi Bigreds,” Celetuknya lagi.
“Iya mas, aku kumpul sama teman-teman Bigreds Jogja.”
Cerita pun melebar, dan aku tahu kalau dia juga suporter Liverpool. Dia bagian dari teman-teman Kopites Ambarawa. Aihhh mas, kita sama; sama-sama ngefans sama Liverpool. Potongan Lumpia terakhir mendarat di mulutku. Kenyang rasanya sudah melahap satu porsi Lumpai pagi ini.
Sebenarnya tempat paling terkenal ramai bagi pecinta kuliner bukan di tepian jalan seperti yang kumakan. Namun, lokasinya masuk di salah satu gang. Aku sengaja tidak ke sana karena waktu masih pagi, dan tentunya di lain kesempatan pasti singgah di tempat tersebut.
Aku membayar dan pamitan melanjutkan perjalanan ke Lawang Sewu. Dari jalan Pandanaran sini (area Lumpia), jaraknya sudah dekat dengan Lawang Sewu. Ya, jika kalian mengunjungi Semarang dan ingin membeli oleh-oleh Lumpia.
Tempat yang paling banyak adalah di sepanjang jalan Pandanaran. Kalian bisa memborong Lumpia ataupun oleh-oleh lainnya. Kadang, ada yang bilang; “jika kalian belum mencicipi Lumpai di Semarang, rasanya belum sah ke Semarang. Bisa jadi memang seperti itu!” *Kunjungan kuliner Lumpia di Jalan Pandanaran, Semarang pada hari Jum’at; 25 Maret 2016.
Kok dikit sih porsinya? Emang kenyang? *wkwk ketauan yang komen gembul
BalasHapusHahhahahha, kalau kebanyakan nanti nggak habis dimakan :-D
HapusWeih aku belum pernah kalau ngerasaian lumpia dari Semarang.... enak sepertinya ya mas ya ada rebung nya juga,,, di Jogja ada tapi kayaknya beda deh ama lumpia yang satu ini... Kalau basah di bungkus dan bisa di bawa pulang, keren, :-)
BalasHapusDi sini memang pusatnya ma, kalau di Jogja kan hanya beberapa tempat saja yang jualan.
HapusTaman Pandanaran-nya apikkk. Baru ya, Sitam?
BalasHapusPernah makan lumpia di Pandanaran, tapi entah kenapa masih favoritin cita rasa Lumpia yang di Gang Lombok hehehe.
Kayaknya baru, mas. Ini sengaja ke pandanran karena takut waktu nggak cukup kalo nyari-nyari ahahhah
Hapuswaaaaaaaa aku mau mas rullah aku mauu
BalasHapusSini ke Semarang hehehhehe, sesekali ke Jateng loh :-D
Hapusudah nyobaaa lumpia di Semarang tapi gak bisa bawa pulang karena harus ikutan acara kantor ke daerah lain lagi... Padahal mau banget bawa pulang.... Nyam, nyam... saya jadi laper
BalasHapusMinimal kan udah menyantap dilokasi, mbak :-D
HapusSaya mah tidak cukup sarapan lumpia kalau cuma satu Mas :haha, lumpia bagi saya itu hanya semacam snack... doh pantes bengkak begini badan jadinya :hehe. Bagi saya lumpia itu unik, terutama bumbunya, soalnya kekentalannya banget-banget jadi seperti setengah jeli :hehe. Tapi di situlah unknya, ya, selain isian lumpia Semarang (eh atau loenpia sih?) yang tidak ada di daerah lain. Next time saya harus coba lumpia Gang Lombok... katanya enak banget.
BalasHapusSelalu ada alasan buat balik ke Semarang!
Iya mas, katanya di sana yang paling kondang rasanya. Siapa tahu ada waktu lebih lama di Semarang biar mencicipinya lagi.
Hapuswaaaaa wuenaaakkkk... aku mauuu aku mauuuu aku mauuuu yang puedesss. pasti kripi dan bikin heppy yaaaa mas
BalasHapusHaaa, kalo aku nggak terlalu pedes, takut kepedasan :-D
HapusHmm sepertinya muantappp ya mas rasanya.
BalasHapusHehehhehe, memang kalau masih panas itu enak banget mas
HapusKarna sama2 liverpool trus kamu dapat lumpia gratis yooo hahaha
BalasHapusHussst jangan bilang-bilang, om. Di atas hanya sebagai informasi per porsi saja :-D
HapusSaya pernah mendapat oleh-oleh lumpia (mentah) dari Semarang. Untuk menikmatinya harus digoreng dulu. Tapi, sempat tercium bau semacam pengawet yang cukup pekat. Apa memang ada pengawetnya atau jangan-jangan hidung saya yg lagi trobel. :)
BalasHapusTerlepas dari pengalaman itu, aku suka menikmati lumpia. Apalagi kalau isi kecambah dan rebung. :)
Wah aku nggak tahu itu mas, tapi pas mereka membungkus nggak ada aroma pengawet sih.
Hapuswaduh, kagak kuat ngeliat lumpia. apalagi kalau yang ada bumbunya. khas semarang pula.
BalasHapusHahahahha, kamu kudu ke sini lagi, Jev.
Hapuswah lumayan tuh beli 1 gratis 1 :D
BalasHapusNgabisin astu aja kadang nggak abis, apalagi 2 ahhahahah
HapusSatu gulungan lumpia aja sudah kenyang ya itu mas, besar-besar. Sayang banget kemaren pas ke simpang lima nggak nyobain ini...
BalasHapusIya mas, wah padahal Lumpia semarang salah satu kuliner yang ahrus dicoba loh :-)
Hapusyaah bikin laper sore-sore ni mas Sitam..
BalasHapusbagus tulisannya..
Makasih mas hehehhee, aku nunggu tulian dari Australia-nya loh :-D
HapusKangen sama makanan ini, besok kirim ya..... ha,, ha, ha,
BalasHapusHahahahhaha, ini juga udah balik Jogja, kang
Hapuswih ncen lumpia seng enak yo lumpia semarang mas haha
BalasHapusHahahahha, kudu neng Semarang yen pengen mangan Lumpia :-D
Hapusmenu sarapan yang lain dari pada yang lain nih :P patut di coba
BalasHapusHaaaa, mumpung di Semarang, jadi sengaja sarapa Lumpia
HapusJadi penasaran. Wingkonya ah.aku mauu
BalasHapusHahhaha, Wingko Babat :-D
Hapuswah enaknya kerasa sampe sini mas pengen gigit hehe....
BalasHapusBelokin mobilnya ke Semarang dulu, mas :-D
HapusBikin ngiler dan kangen sama Semarang, apalagi kalau sudah tahu rasa lezatnya lumpia Semarang. Maknyus....
BalasHapusIya kang hahahhaa, pokoknya maknyus :-D
HapusLumpia itu favorit akuuuuu, yang di Gang Lombok apalagi, yummmiiiii tenan
BalasHapusWah kayaknya emmang yg di gang Lombok bener-bener deh, semua apda merekomendasikan ke sana :-D
HapusJadi lapar lihat foto lumpia nya
BalasHapusKalo ke Semarang bias mampir hehehhehe
HapusWalo temen2ku banyak yg ga doyan lumpia krn kata mereka bau rebungnya nyengat banget, tapi aku ttep suka ngejailin mereka semua, dgn makan lumpia di deket mereka hihihii ;p.. enak begitu kok ga suka ;p
BalasHapusjustru rebungnya yg 'bau' itu yg jd pemikat ya mas ;) .. Tapi kalo beli lumpia smarang, biasanya aku ngeracik lagi sausnya, krn yg asli dr toko selama ini mnrtku terlalu manis :) ..
Hhahahahaa, ini yang diemperan aja; jadi sekalian santai ngobrol :-D
HapusMendekati zuhur di Ramadhan pertama, and here i am tersesat dalam gulungan lumpia.
BalasHapusHahaha...
Asli ngiler lihat fotonya.
Etapi keren lho. Objeknya biasa, tapi terasa so istimewa.
Keren laa....
Terima kasih sudah tersesat di sini,semoga terus tersesat di blog ini :-D
HapusFotonya yang penting ada dokumentasi hehehhehhe
lumpia, oleh-oleh paling dinanti kalau pergi ke Semarang..
BalasHapusDan paling dicari saat berkunjung ke semarang ahahahha
Hapus