Air terjun Sumenep di Batealit, Jepara |
Bisa jadi pertemuanku dengan rombongan anak Desa Bawu di dekat Hutan Pinus Setro adalah keberuntungan tersendiri. Kami berbincang santai di tepi jalan, saling berjabat-tangan layaknya bersua dengan teman lama. Ngobrol ringan diselingi canda tawa. Bagiku perbedaan umur kali ini tak berpengaruh. Bahkan kami juga sempat berbagi pin bbm serta nomor hp.
“Mas naik sepeda dari mana?” Tanya salah satu di antara mereka.
“Dari Tanah Abang, dekat pantai Kartini,” Jawabku.
“Jauhnya!!” Mereka terkejut.
Diamati sepedaku, dia melihat ada bekas gumpalan tanah yang masih menempel di ujung stang kanan. Gumpalan kecil tanah tersebut diambilnya.
“Habis jatuh, mas?”
Aku mengangguk seraya memperlihatkan tanganku yang sedikit lecet. Aku masih ingat bagaimana tadi proses terjungkalnya sepeda karena roda depan masuk ke dalam lubang kecil di tengah jalan. Tanpa membutuhkan waktu lama, sepeda tersebut langsung terjerumus dan membuatku hilang kendali.
Aku tak bisa mengendalikan diri lalu ikut terjatuh, beruntungnya hanya lecet sedikit dan sepeda masih bisa digunakan seperti biasa. Risiko bersepeda di medan baru dengan kontur tanah tidak teratur adalah jatuh.
“Mas mau lanjut ke mana?”
“Aku mau ke Dung Paso,” Jawabku seraya melihat catatan di buku kecil memastikan nama air terjun yang akan kukunjungi.
“Ayo barengan, mas.”
Empat sepeda motor itu dihidupkan, lantas mereka dengan lihainya melibas jalan terjal. Tak terlihat kaku saat mereka memilih jalan terjal tersebut, seakan-akan mereka sudah terbiasa melewatinya. Aku mengikuti di belakang.
Jalan kali ini tidaklah menanjak. Sedikit lebih landai daripada jalan sebelum ke Hutan Pinus. Namun tetap saja jalanan didominasi oleh bebatuan, walau sesekali hanya tanah yang licin karena di tengahnya terdapat kubangan bekas ban motor.
Kiri kanan tetaplah hutan, tak ada rumah penduduk. Sampai akhirnya ada dua jalan yang berbeda, satu belok kiri dan satunya lurus. Anak-anak tersebut mengambil jalan yang ke kiri dan sedikit menanjak.
Lalu mereka berhenti di pertigaan kecil jalan setapak. Motor dimatikan, mereka setia menungguku di atas. Jarak antara Hutan Pinus dengan parkiran ini sekitar 700 meter saja, tapi jalannya tetap sama; Rusak! Terjal!
“Kita ke Air Terjun Sumenep dulu, mas. Ini jalannya. Kalau yang lurus itu ke Dung Paso. Lewat sini juga bisa ke Dung Paso,” Terang Majib. Dia benar-benar paham dengan lokasi di sini.
“Wah!!! Siap! Aku pernah baca mengenai air terjun itu, katanya ada tiga air terjun ya?” Sahutku antusias.
“Benar, mas. Nanti kita kunjungi semuanya.”
Benar-benar sebuah kejutan. Tak sedikitpun tebersit untuk mengunjungi Air Terjun Sumenep, namun akhirnya aku akan mengunjunginya karena bertemu dengan anak-anak ini. Sepeda kuparkir berjejer dengan motor tanpa ada kunci. Kami berjalan mengikuti jalan setapak menuju ke Air Terjun Sumenep.
Cukup lama juga kami berjalan menyusuri jalanan setapak. Jalanan menurun, kemudian melewati kebun dipenuhi pohon Mahoni. Lalu kembali jalanan menurun serta licin. Dari kejauhan tampaklah Air Terjun Sumenep. Ketiganya terlihat jelas, namun ketika kuabadikan dengan kamera, tidak jelas. Ini adalah salah satu Air Terjun yang ada di Setro, Batealit.
Bergegas aku menuruni jalan kecil, menyeberangi sedikit pematang sawah; dan akhirnya sampai di Air Terjun Sumenep yang pertama. Benar-benar indah. Guyuran air yang melimpah tumpah ruah dari atas. Aku sejenak terpaku.
Tiga air terjun dari kejauhan |
“Wooouuoowww!!!” Teriakku riang.
Bagaimana tidak. Aku tidak menyangka kalau air terjunnya seperti ini indahnya. Sepanjang jalan tanpa ada plang petunjuk arah, jika tak ada anak-anak ini; mustahil aku menginjakkan kaki di sini. Aku merasakan ketenangan di tengah kesunyian alam.
Hanya ada suara air yang menderu-deru terhempas dibebatuan. Debit air kala musim hujan menjadikan Air Terjun ini melimpah, memang waktuku kali ini amat sangat tepat. Lokasi air terjun yang jauh dari rumah penduduk membuat aku merasa berada di tempat pribadi.
Bergegas aku mengambil kamera, mengabadikan air terjun ini dari berbagai sudut. Sementara anak-anak yang bersamaku sudah sibuk berfoto ria menggunakan kamera saku. Mereka secara bergantian mengabadikan diri. Ada juga yang swafoto.
“Ini di Jepara!!” Mungkin seperti itulah aku teriakanku pada diriku sendiri kala mengabadikan air terjun. Bayanganku, air terjun Sumenep ini tidaklah besar. Ternyata dugaanku salah, air terjunnya setinggi hampir 15 meter dan airnya amat sangat melimpah. Kuambil Tripod, lalu mengabadikan diri di air terjun ini sendiri, kemudian foto bareng rombongan.
Air Terjun Sumenep Batelait Jepara, Ini curug yang paling bawah (pertama) |
“Kita mandinya di air terjun yang atas saja, mas,” Ujar Majid lagi.
“Ke atas?”
“Iya. Ayo lewat sini.”
Majid benar-benar menguasai medan. Aku mengorek informasi darinya, ternyata ini sudah kesekian kalian dia mengunjungi Air Terjun Sumenep. Hampir tiap akhir pekan dia main ke sini. Kami menyusuri jalan yang tertutup Ilalang.
Jalan kembali menanjak dan licin. Nasib sial dialami oleh Tabah; berkali-kali anak yang paling gempal ini terpeleset jatuh. Teman-teman yang lainnya pun malah tertawa melihat temannya harus belepotan terjerembab.
Berbeda dengan Tabah, nasib sial juga dialami Dila. Si bocah pendiam ini badannya bentol-bentol dan gatal; ternyata dia terkena Ulat. Tapi semuanya baik-baik saja. Memang akses jalan yang harus menerabas ilalang serta belukar kecil membuat apapun bisa terjadi, termasuk rela terkena Ulat gatal.
Jika air terjun yang paling bawah membentuk tiga aliran besar, di sini terdapat dua aliran besar dan setiap aliran terbelah oleh bebatuan membentuk aliran kecil. Jika dilihat dari dekat seperti ada dua aliran besar dan dua aliran kecil. Tidak kalah menakjubkan dengan air terjun yang paling bawah, di sini alirannya juga melimpah.
Tepat di bawahnya terdapat kubangan yang penuh dengan air dan tidak dalam. Aku langsung membuka kaus dan menikmati guyuran air terjun di sini. Di sini juga aku mengajari Faiz untuk memotret menggunakan kamera mirrolessku, dari kejauhan aku mengarahkan dia agar memotret aku saat asyik bermain air.
Kemudian aku mengabadikan sebagian anak-anak yang mandi di air terjun. Tanpa ada komando, semuanya membuka baju dan mandi. Kami berteriak sekencang-kencangnya sebagai pelampiasan kegirangan.
Air Terjun Sumenep Batealit yang nomor dua |
Puas rasanya kami bermain air, mandi dan memotret di Air Terjun yang kedua; kami kembali melanjutkan perjalanan menuju air terjun yang paling atas. Lagi-lagi Majid memimpin rombongan, jika dari air terjun paling bawah.
Akses jalannya yang awalnya tidak terlalu miring, kali ini jauh lebih miring. Awalnya jalanan cukup santai diterabas anak-anak, tapi menjelang dekat dengan air terjun, jalan mempunyai kemiringan yang lebih. Sehingga harus berpegangan pada batang belukar.
Oya, jangan salah pegang, takutnya keliru pegang tumbuhan berduri. Belukar yang melengkung dan batangnya tidak besar di sini ada durinya, jadi harus hati-hati. Bisa jadi belukar tersebut melukai kulit kita.
Pemandu-pemandu kecil menyusuri jalan ke Air Terjun Sumenep yang paling atas |
Proses untuk sampai air terjun yang paling atas ternyata tidak hanya menanjak, tepat sebelum air terjun ternyata kami harus menuruni jalan yang ketinggiannya sekitar 2.5 meter. Tanah yang licin menjadi pijakan kaki, tangan pun harus mencari pegangan.
Seperti halnya di air terjun sebelumnya, di sini air terjunnya juga melimpah dan cukup tinggi. Jika aku lihat dari samping mirip Air Terjun Jurang Nganten di Tanjung, akses jalannya pun mirip. Jika waktu hujan, aku tidak merekomendasikan untuk mengunjungi air terjun yang paling atas.
Di sini, aku kembali memanggil Faiz untuk mengabadikanku; dia menjadi potograferku selama di sini, sebelumnya aku sudah mengabadikan beberapa kali air terjun ini. di saat kami sedang bersantai, dari atas terdengar suara rombongan yang ke sini.
Mereka juga pemuda setempat yang ingin menikmati akhir pekan bermain air. Kami terlibat obrolan panjang di sini, aku juga mengeluarkan bekal yang kubawa. Faiz dan Tabah langsung menikmati guyuran air terjun.
Air Terjun Sumenep Batealit yang paling atas |
“Mas, aku difoto ya!!” Teriaknya.
Aku mengabadikan mereka berdua, tak lama kemudian kupanggil mereka untuk mendekat; kubuka bekal makanan yang ada di dalam tas. Kami menikmati bekal yang kubawa. Makan bersama kawan-kawan kecil baru.
“Sampahnya jangan dibuang ya, masukkan ke dalam tasku,” Pintaku pada anak-anak.
Hampir setengah jam aku di sini, kunikmati setiap waktunya. Puas rasanya hati bisa berkunjung ke tiga titik air terjun Sumenep. Aku menunggu aba-aba dari Majid untuk bergegas pulang dan melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Dung Paso.
Namun, sepertinya Majid masih ingin berlama-lama di sini, tidak hanya Majid; teman-teman lainnya pun sama. Raut wajah keletihan tak terlihat, yang ada hanya raut kegembiraan. Termasuk raut wajahku.
Foto bareng pemandu-pemandu kecil |
Jateng Gayeng, Slogannya Jawa Tengah |
Air Terjun Sumenep Setro, Batealit berhasil membuatku takjub. Suasana alam yang masih sepi dan tenang membuat aku benar-benar bisa menikmati bagaimana rasanya mandi air terjun tanpa berdesakan dengan puluhan orang.
Semoga tempat ini bisa bersolek lebih baik, akses jalan diperbaiki; dan diberikan plang petunjuk arah. Kegigihan warga setempat tidak akan bisa menjadi lebih baik tanpa ada dukungan dari pemerintah setempat (Kabupaten dan Propinsi). Semoga pihak yang terkait bisa membantu akses jalan sehingga pariwisata di Batealet, Jepara ini bisa berkembang.
Potensi alam di Batealit ini bisa menunjang ekonomi warga setempat, semoga Air Terjun Sumenep makin banyak pengunjung dan tetap terjaga kebersihannya. Untuk menuju Air Terjun Sumenep ini kalau dari Kota Jepara: Kota Jepara - Pekalongan - Bawu - Batealit - Hutan Pinus Setro - Ikuti jalan setapak ke atas sampai bertemu pertigaan ambil kiri, kalau lurus ke Dung Paso *Perjalan ke Air Terjun Sumenep Setro Batealit, Jepara ini pada hari Minggu, 07 Februari 2016.
itu bocah-bocah yang ketemu dijalan, mas ?
BalasHapusada temen juga ke dung paso, eh dung paso itu air terjun sumenep kan ?
Cerita ke Dung Paso besok ya hahahhahah, seru sama teman-teman baru :-D
HapusDung paso.... jadi penasaran
Hapussiap haha :D
HapusAsyik hehehhehehhe
HapusWuih,,, ini potensi wisata yang sangat ajib mas,,, bisa dibuat papan petunjuk dan sebagainya. Baru denger aku Air Terjun ini... apalagi Air terjunnya tak hanya 1 tapi 3. Keren. Asyik ya mas ketemu orang baru dan tak di duga malah menemani petualangan kita,,,, keren dah air terjunnya
BalasHapusPokoknya di sini cuma ada puas, puas, dan puas :-D
HapusMas
BalasHapusNanya dong
Itu air terjunnya setiap satu jam menghasilkan berapa liter air? Tw engga?
Setahuku kalau seperti ini lebih dari 100 liter. Kalau nggak percaya coba ke sana dan diprakttekan sendiri :-D
HapusEmang woooouuuuooo!!! air terjunnya, jdi pengen kesana dah
BalasHapusSilakan dikunjungi, mas :-)
Hapusair terjunya masih belum terjamah ini
BalasHapusKalau untuk orang lokal udah, hanya luar kota yang belum begitu paham :-D
Hapuskalau sudah memandang hijau alam diselingi gemericik air perasaan langsung adem selama 1 minggu kedepan
BalasHapusBenar mas, bakalan nikmat banget :-D
HapusGede banget debit airnya mas. Bisa nih jadi destinasi selanjutnya.
BalasHapusAyo mainkan hahahahha
HapusWowww, aku terkagum kagum dengan air terjunnya, lekas sembuh ya mas.
BalasHapusMakasih mbak, udah sehatan kok hahhahaha
HapusWaaaah eksotis banget air terjunnya. Andaikan bisa kesana, hahaa.
BalasHapusUdah kebayang betapa seru petualangannya, tapi kebayang jg jalanan ajrut2an gegara bebatuan. Doh! :D
Haaa itu sensasinya loh :-D
Hapuswiih keren banget mas, air terjun ada tiga baris, klo ke jepara mesti dikunjungi neh..paling demen wisata yg beginian, top
BalasHapusAksesnya masih susah, mas hehehhe. Tapi layak dikunjungi :-D
Hapuslangkah yg melelahkan dibayar lunas sama keindahan air terjun ini . mantap
BalasHapusMemang harus melalui proses panjang :-D
HapusBagus itu pemandangan nya :)
BalasHapusTerima kasih, semoga nanti tetap terjaga :-D
Hapusbukan goweser kalo belum jatuh mas sitam. Jadi pengen gowes lagi nih. Terbayar dengan air terjun yang indah.
BalasHapusHeee untung jatuhnya tidak saat melaju kencang, mas :-D
Hapuspemandanganya enak apalagi air terjunya :)
BalasHapusAdem banget hehehhhhehe
Hapuswah Keren pemandangannya Mas ,,, Tak kira sumenep madura...
BalasHapusJEPARA punya ternyata....
jadi pgn kesana nih
Heeee nama air terjunnya emang Sumenep, mas :-D
HapusKeren air terjunnya. Sayang belum terekspos sehingga belum pemes, :)
BalasHapussalam
Iya, mas. Semoga bisa menjadi lebih dikenal dan tetap terjaga :-)
HapusWah air terjunnya mantaf mas :D
BalasHapuskelihatan masih alami dan seger banget...
Pokoknya emang seru, mas :-D
HapusBayangan saya tentang Jepara yang setahu saya sebagai kota mebel yang terik, langsung luntur. Ternyata Jepara punya air terjun yang segar! :D
BalasHapusPeretemuan dengan anak-anak setempat yang tak terduga itu seru yo Mas :)
Iya mas hehehehe, banyak yang malah tidak tahu kalau Jepara salah satu sudutnya ada yang di lereng Gunung Muria :-D
Hapusindah benerrr ... beberapa air terjun menyembul dari pepohonan ..
BalasHapusternyata di jepara ada air terjun sekeren ini ya, di satu tempat banyak air terjun.
baca blog mas NASIRULLAH SITAM ini jadi banyak tahu tempat2 keren di sekitaran jepara, teman saya yang orang Jepara .. nggak ngerti apa2 .. :)
Sebenarnya banyak potensi di Jepara, kang. Hanyas saja memang kurang terekspos :-)
HapusKalo air terjunnya sebagus ini, aku juga rela mas harus kena ulet dan menerabas belukar ;D.. ga sia-sia itu asal air terjunnya cakep dan deras gini ^o^
BalasHapusHaaaa, dan tentunya sampai sana terus nggak mau pulang :-D :-D
Hapusair terjunnya bagus tapi butuh perjuangan untuk pergi ke air terjun 2 dan 3..
BalasHapusSemua butuh perjuangan ahahhaha
HapusCapek2 an ke lokasinya ga masalah ya mas, asal bisa ketemu air terjun cantik begini :) .. Akupun slalu seneng kalo wisata ke air terjun. Gpp deh medannya berat.. Asal air terjunnya bagus, tinggi, debit air deras. Puaaas bgt ngeliatnya
BalasHapusBenar mbak, penting bisa menikmati ahhahahahh
Hapussemoga bisa berkunjung ke sini
BalasHapusaminn, semoga terealisasikan
HapusBagus banget air terjunya, semoga bisa kesana
BalasHapus