Menjelang malam hari mendadak salah
satu grup WA ramai. Obrolan kecil yang saling bersautan membahas rencana
menikmati akhir pekan menjadi topik sedikit menggegerkan grup. Aku hanya
memantau saja, karena esok pagi rencananya aku ingin bersepeda dengan beberapa
teman menuju candi. Makin lama aku pantau, akhirnya obrolan pun mencapai
kesepakatan. Rencananya pagi esok teman-teman ingin mengunjungi Gunung Ireng. Salah satu puncak yang
ada di Gunungkidul, tempat tersebut pernah aku sambangi naik sepeda tahun
lalu.
Siluet di Gunung Ireng Gunungkidul |
“Mas Sitam kan sudah pernah ke sana. Jadi harus jadi guide-nya,” Usul mbak Aqied.
Karena aku jarang main dengan teman-teman,
sedangkan esok lusa pun juga ada agenda sepedaan, aku putuskan untuk menemani
mereka. Toh sesekali nggak ada salahnya aku memarkirkan sepeda.
“Baiklah, yang penting aku dijemput,” Balasku.
Sepakat kami berempat akan menuju
Gunung Ireng esok subuh. Namanya juga rencana, sampai kapan pun bisa berubah
karena banyak hal. Termasuk niat kumpul menjelang subuh, berbagai kendala (anak
kos) pun terjadi, sampai akhirnya kami pun berkumpul di tempat janjian pukul
05.30 wib. Lupakan angan-angan semalam yang ingin mengabadikan sunrise. Laju tiga kendaraan menyusuri
tanjakan di Patuk, bersaing dengan bus ekonomi yang mengepulkan asap pekat
dicerobong knalpotnya. Kami pun menurunkan kecepatan agar terhindar dari asap
pekat.
“Lurus mentok sampai ketemu pertigaan ada tugunya, nanti belok kanan,” Seperti itulah aku sepanjang
perjalanan mengarahkan rute jalan ke Gallant. Sampai juga aku di parkiran
Gunung Ireng, jalan aspal yang rusak pun masih sama. Sedangkan jalan masuk yang
awalnya hanya cor dua tapak pun menjadi satu dan lebih luas. Begitu sampai
parkiran, aku menghampiri bapak-bapak yang menjaga parkir.
“18ribu mas,”
Kata beliau kepadaku. Tiga motor ditambah empat orang. selesai membayar, kami
berjalan menuju Gunung Ireng. Di sana sudah ada dua orang yang datangnya lebih
awal. Kami langsung mengeluarkan kamera masing-masing dan mengabadikan. Pagi
ini kabut menyebar di segala penjuru membuat pemandangan putih semua. Aku
putuskan mencoba untuk memotret siluet, dan sepertinya itu adalah pilihan
terbaik seraya menunggu kabut menghilang.
Kami pun beraksi di Gunung Ireng |
Sedikit lama aku dan teman-teman
mulai sibuk saling membidik objek yang sekiranya menurut hati bagus. Sinar
mentar yang tertutup oleh kabut membuat mentari terlihats eperti rembulan pada
siang hari. Hanya cahaya bulat tanpa ada sinar yang hangat menerpa kulit.
Serambi menunggu kabut menghilang, aku kembali bereksperimen. Memotret diri
sendiri dengan menggunakan Tripod, lalu mengabadikan teman-teman yang sibuk
sendiri. Ya, kabut pagi ini cukup tebal walau jam tangan menunjukkan pukul
10.30 wib.
“Mas, aku difoto ya,” Teriak Dwi padaku.
Tanpa berpikir panjang, aku
mengabadikannya. Oya, ini kali pertama aku kenal dia. Mungkin mbak Aqied pun
sama kali ini bertemu dengannya. Satu-satunya teman yang sudah kenal Dwi adalah
Gallant. Sementara itu, di belakang sana terlihat Gallant dan mbak Aqied sibuk
dengan kameranya masing-masing.
Ditemani kabut pagi |
Usaha kami menunggu kabut menghilang
menuai hasil. Sedikit demi sedikit kabut berangsur berarakan pergi, pemandangan
hijau jauh di depan mulai terlihat. Rerimbunan pohon dibukit membuat suasana
tampak lebih menyenangkan. Kabut tipis tetap menyelimuti kawasan Gunung Ireng,
tapi sawah dan perumahan di bawah terlihat jelas. Keriuahan siswa-siswi sekolah
yang sedang berolahraga terdengar sampai di atas. Tidak ketinggalan suara
jangkrik dan kodok sedari tadi bersahutan mulai berkurang. Mungkin karena kabut
mulai menghilang, sehingga kawasan sini menjadi lebih terang. Di sini, aku
dapat merasakan udara bersih. Kontras dengan kepulan asap dari knalpot bus yang
ada disepanjang jalan Jogja – Wonosari.
Formasi Lengkap dari Kiri; Aku, Dwi, Gallant, Mbak Aqied |
Seperti misi yang kuusahakan mulai
akhir tahun lalu. Setiap perjalanan (dekat/jauh) berusaha membawa sebuah buku
*kecuali saat bersepeda di area Jogja. Aku membawa sebuah buku yang kemarin
sore kubeli. Semacam sebuah property untuk berfoto, atau mungkin lebih tepatnya
sebagai teman berfoto, atau malah sebuah pencitraan. Aku mengabadikan diriku
dengan buku; terlihat seolah-olah aku sedang membaca buku. Ya, aslinya aku
sudah membaca buku ini sampai halaman 30an sih. Buku ini berjudul “Melihat
Indonesia Dari Sepeda – terbitan tahun 2010”. Sebenarnya buku ini rencananya
aku akan bawa ketika aku bersepeda di Jogja, tapi tidak apa-apa; kali ini aku
bawa dan besok ketika bersepeda, kembali aku bawa. Ternyata polahku ini membuat
teman-teman lain tertawa. Mereka menertawakan kesibukanku yang berlarian agar
dapat terabadikan dengan pose membaca. Oya, bukan hanya aku, teman yang satu
pun ikut berfoto dengan buku. Menarik kan? Pencitraan!! Aku kembali fokus mengabadikan momen mumpung kabut agak menghilang lagi. Dari sini terlihat mbak Aqied sedang memotret sambil tersenyum. Entahlah, apa yang membuat dia tersenyum. Padahal objek yang dia potret adalah persawahan dan bangunan rumah warga & sekolah.
Karena pencitraan itu perlu, mungkin memang seperti itu |
Lama kami asyik dengan kamera
masing-masing, kemudian kami pun berkumpul di sebuah gubuk besar yang
disediakan oleh pengelola tempat ini. Di gubuk terdapat colokan listrik, jadi
jika sewaktu-waktu hp habis baterai bisa memanfaatkan
colokan untuk mengisi baterai. Obrolan santai semalam berlanjut pagi ini sambil
menikmati bekal yang kami bawa. Sampai akhirnya kami pun iseng membaca
coretan-coretan yang ada diseluruh papan gubuk. Hampir setiap sudut papan penuh
dengan coretan para pengunjung, sepertinya mereka belum bisa meninggalkan
kebiasaan buruk.
Ada banyak tulisan lucu yang membuat
kami tertawa sehabis membacanya. Tiang-tiang gubuk ada banyak tulisan sepasang
nama muda mudi dengan lambang love.
Tidak ketinggalan pengunjung mencoret dengan nama sekolahnya, masih banyak lagi
coretan yang ada di sini. Dan yang pasti coretan kata “Forever” selalu ada di manapun berada. Sangat disayangkan sekali
kelakuan para pengunjung yang tidak bisa menjaga etika di sini.
Tempat yang asyik untuk bercerita seraya mengisi perut |
Sedikit tentang Gunung Ireng; jika
kalian ingin mengunjungi pada subuh dan berniat berburu sunrise, aku rekomendasikan jangan pada bulan-bulan penghujan
seperti ini. Kebanyakan kita tidak dapat menyaksikan sunrise karena kabut menutupi sepanjang pagi. Walau ada kalanya
ketika kesempatan kalian dapat menyaksikan sunrise
dengan bagus saat sedang cerah. Di sini kalian juga bisa berkemah, tempat
perkemahan ada di sekitar bawah pepohonan Jati atau dekat gubuk. Ada dua gubuk
yang bisa kalian gunakan bersantai, gubuk besar ada di dekat area kamar mandi,
dan yang sedikit lebih kecil ada di ujung dekat tebing. Di sini juga ada
beberapa tempat sampah yang disediakan. Hanya saja, beberapa kamar mandi kurang
kurang terawat. Ada juga yang pintunya tidak diberi pengunci, sehingga
merepotkan orang ketika sedang ingn ke kamar mandi. Semoga pengelola bisa
memperbaiki dan kamar mandinya pun menjadi lebih baik. Menjelang pukul 09.30
wib, kami sepakat turun kembali ke Jogja. Terima kasih untuk teman-teman,
semoga kita bisa main bareng lagi; ayo diagendakan!!*Perjalanan ke Gunung Ireng ini pada hari Sabtu, 16 Januari 2016.
Baca juga cerita tentang alam lainnya
itu siapa mas yang bikin gubuknya?
BalasHapusoh yang cewek namanya mba aqid sama mba dwi toh
Sepertinya orang sini, mas hahhhahahaha
Hapusrambutkuuuuuu
BalasHapus*brb potong rambut
Rambutnya dicukur, siapa tahu nanti skripsinya langsung kelar *eh :-D
HapusWah moto di tepi tebing itu apa nda bahaya pak?
BalasHapusTebingnya bertingkat, pak. Jadi sebelumnya akus udah melihat dulu apakah di bawah curam atau tidak, karena ada beberapa yang curam dan ada yang di bawahnya masih ada tingkatan lagi. Pintar-pintar mengambil seakan-akan itu di bawahnya curam, pak. Padahal tidak :-)
Hapuswaah bagusnyaaa.. btw aku juga habis dari gunung kidul tp nggak mampir kesini tp ke goa pindul hhi
BalasHapusPindul terlalu ramai bagi orang yang domisili di Jogja, mbak :-D
HapusDamai ya mas suasananya...
BalasHapusBener mas, sunyi; bikin bisa santai :-D
HapusKenapa aku doank yang di mbak mbak in. Aku kan masi keciiiiil. Putih biru kaya anak SMP gitu lho
BalasHapusPakaian kadang menipu, mbak. Hahahahahaha
HapusTingginya berapa DPL ya?
BalasHapusSebenarnya ini bukit, mas. Hanya saja penamaannya menggunakan kata "Gunung Ireng"; seperti halnya Gunung Kukusan yang ada di aera Nglinggo dll :-)
HapusOooh... saya pernah beberapa kali ke Gunung Kidul cuma yang dikejar sih pantainya hehe
HapusGunungkidul memang seru kalau untuk main ke pantai, mas.
HapusEmang tebalnya buku sampai berapa halaman mas? kok udah 30 an halaman saja yang di baca.... wah kapan - kapan semoga bisa join dah :-) ,,,, keren, jadi kepingin kesana akunya :-)
BalasHapusNggak tebel sih, mas. Hanya nyari waktu yang pas aja agak susah kalo mau baca buku.
Hapussungguh sangat indah panorama siluet itu, cuman rada senyum dikulum gitu liat baca bukunya di puncak gunung batu...narsis yang mempesona banget deh ih...hehe
BalasHapusHeeeee, besok-besok bawa buku lagi :-D
Hapuskeren foto siluetnya .. apalagi motonya di tempat indah seperti ini .. dapat bonus pemandangan
BalasHapusBenar kang, bonusnya nggak cuma pemandangan, tapi udara yang masih bersih :-D
HapusBaca buku sambil minum kopi atuh kang heheh... wah kalau di shoot pake tripod tuh rasanya gimana sih ?? enak gak yah ?? xixixi
BalasHapusHeeeee, enaknya baca itu selama perjalanan kang kalo naik kendaraan umum :-D
Hapusgunung kidul memang legend...
BalasHapusKayaknya kamu harus ke Gunungkidul deh, Jev :-D
Hapuswaww kagum lihat pemandangannya mas, jadi ngiler pingin ke gunung kidul,,,
BalasHapusHeeee, gunungkidul ada banyak destinasi wisata; mulai dari pantai, bukit, goa, dan kulinernya :-D
HapusGunuuuung Ireeenng ._. tempat apalagi itu? aku belum pernah kesanaaaa wkwkwk :D
BalasHapusfoto siluetnya kereen mas :))
Eh ada mbak Aqied, tumben tuh dia mau difoto wkwk :D
Terima kasih hehehhe, ini juga yang penting mengabadikan; Iya ini barengan mbak Aqied dkk :-D
HapusAsik.. Gaya2an baca buku
BalasHapusModel dari insan wisata nggak ikut, jadi pake buku aja motretnya hahahahha
HapusGunung kidul bila pas momen dan waktunya akan menampilkan sisi keolakan alam yang indah sekali.
BalasHapusBenar, kang. Gunungkidul benar-benar menyenangkan tempatnya untuk bermain dengan alam :-D
HapusAhaii akhirnya diinframe di blognya mas sitam asyikk wkwk beberapa aku blm punya potonya e
BalasHapusSuka sekali sama kabut tipis2 yang ada di gunung kidul :D
BalasHapusHeee bawaannya bikin pengen tidur aja :-D
Hapus