Menjelang siang, aku masih terpaku di
di kamar, berbincang santai dengan teman-teman Jepara. Hingga saat Riki
mengatakan kalau dia akan ke Pati sekitar pukul 10.00 wib. Aku langsung
merespon untuk ikut, lagi pula waktuku balik ke Jogja masih lama. Rencananya
aku balik ke Jogja pukul 16.00 wib.
“Ayo kak, siap-siap,” Seru Riki ke arahku.
Bergegas aku mengambil jaket, tas
kecil, dan memasukkan kamera pocket kesayanganku ke dalam tas. Tanpa membuang
waktu, kami pun sudah mengendarai motor matic menuju Pati. Tujuan kami adalah
Dusun Bundopurwo, Sendangrejo, Tayu, Pati. Kalau aku lihat sih lokasinya masih
dekat dengan perbatasan Jepara. Lebih dari dua jam perjalanan sampai akhirnya
kami sampai di rumah simbahnya Riki. Kami pun beristirahat, bersantai melepas
lelah seraya menikmati hidangan. Rumah sederhana yang dindingnya terbuat dari
anyaman bambu, bagian dalam rumah masih tanah. Ya, suasana desa sangat kental
di sini. Pekarangan rumah pun tak kalah luasnya, bahkan di depan pun rimbun
dengan berbagai pepohonan. Mataku menatap jejeran pohon yang tidak asing
menurutku.
Pohon Durian yang sudah mulai berbuah |
“Itu pohon Durian?” Celetukku sedikit bertanya.
“Benar, mas. Wah baru ingat, tadi pagi ada yang jatuh. Ayo dibelah saja
Duriannya,” Jawab
Sepupu Riki.
Gayung pun bersambut, aku dan Riki
bergegas membelah Durian yang baunya sudah menusuk hidung. Sementara itu, di
pohon yang berjejeran, banyak buah Durian masih kecil. Sebagian besar buah
Durian tersebut diikat agar saat masak tidak langsung jatuh ke tanah. Namun di
bagian ujung pun banyak yang tidak sempat diikat menggunakan tali rafia.
Sementara aku dan Riki asyik mengabadikan momen bersama Durian. Mungkin seperti
ini yang dapat diistilahkan “keberuntungan”.
“Durian ini baru tahun ini berbuah, dan yang kamu pegang itu adalah buah
pertamanya yang masak,” Terang sepupu Riki lagi.
Duriannya siap-siap dieksekusi |
Sebuah Durian berukuran sedang sudah
siap dibelah, Riki pun membelah Durian tersebut. Bau harumnya Durian kembali
menusuk hidung, membuat selera ingin cepat melahapnya. Delapan biji Durian
terbungkus dagingnya begitu menggoda. Aku dan Riki hanya bisa tersenyum seraya
menikmati Durian tersebut. Keberuntungan pun kembali menaungi kami, selama
menikmati Durian di halaman rumah, tanpa sengaja Riki melihat buah Durian yang
ikatannya tersangkut pada ranting pohon Rambutan. Ternyata Durian tersebut juga
sudah masak, namun tidak jatuh ke tanah karena terkena ranting-ranting pohon
Rambutan. Tidak perlu pikir panjang, Riki langsung memanjat pohon Rambutan
tersebut. Di ambilnya buah Durian yang tersangkut, dan langsung membelah
kembali untuk kami nikmati.
Nyam-nyam :-D |
Bagi penduduk setempat di sini,
Durian sudah menjadi buah yang biasa. Setiap bulan November – Januari mulai
masuk musim Durian. Menurutnya mereka sudah bosan makan Durian, warga di sini
biasanya mengolah Durian tersebut menjadi Bubur, sehingga tidak melulu harus
dimakan secara langsung. Aku sedikit kaget, mungkin karena saking banyaknya
pohon Durian, sehingga Durian pun bukan menjadi buah yang mahal bagi warga di
sini. Terima kasih simbahnya Riki, karena saat kami di sana dijamu dengan
Durian, pengen deh rasanya besok-besok main lagi kalau pas musim Durian. Siapa
tahu bisa seharian nunggu Durian jatuh.
*Perjalanan ini pada hari Minggu, 22 November 2015.
Baca juga perjalanan lainnya
wah kalau ada durian saya termasuk yang langsung kalap...hehe..jadi tahu nih kalau udah masuk musim durian..nanti cabut ke tempat saudara kalau begitu.. :D
BalasHapussalam hangat di pagi hari...mari ngopiii :D
HapusAyoo berburu durian kang :-D. Aku diajak ya hahahahha
HapusSuka pengin kalau ngelihat foto durian, tapi begitu lihat aslinya, nggak jadi pengin. Lebih milih yang diolah.
BalasHapusWihhhh, kalo beli kasihkan aku aja, ahhahahhaha
HapusAku ngak suka durian titik ngak pake koma
BalasHapusNggak nyangka om, om nggak suka durian. Belah duren mau? :-D
HapusKalo belah duren mah suka atuh hahaha
HapusKakakakkaka, sudah aku prediksi :-D :-D
HapusAndai suka durian, duh tapi nggak bisa suka huhuhu
BalasHapusWah nggak suka toh mbak, mungkin karena baunya hehehhe. Padahal enak loh :-D
HapusBahagia banged bisa lahap durian gitu ya
BalasHapusMantafssssssssss
Heeee, Kalimantan banyak nggak om duriannya? :-D
Hapuskapan kapan coba dech durian Pandegelang ... gak nyesel dech kalo dah sekali nyoba bakal minta nambahhh
BalasHapusWihhh mintakkkk hahhahahahha
HapusAjib, - tahun depan aku dimasukkan ke list_name, Mas buat ikutan berkunjung ke tempat saudara dengan misi "belah duren masak" di kebon :D. Di rumah ada pohon duren, cuma entah kenapa buahnya gak sebesar ini dan rasanya pahit gak enak -padahal udah tinggi menjulang, sayang kalau ditebang
BalasHapusHaaaa, pokoknya belah duren terus :-D
Hapuswaduh pengen ih mas. sepertinya wenak sekali duriannya apalagi matang di pohonnya. wah sedapnya.
BalasHapuslemparkan satu mas
Udah abis, mas hahahhahah
Hapuscie belah duren ....... :D
BalasHapusUhuk enak kok hahahhaha
Hapusdurian, salah satu buah kesayangan orang aceh. tapi saya akhirnya menjadi salah satu orang aceh yang nggak bisa lagi menikmati durian. Maklum mas, kolestrol tinggi hehehe
BalasHapuswaduh bahaya kalo begitu mas.
HapusEmang kudu mikir kalo makan duren, tapi apa daya godaan nggak kuat nahan hahahhahha
HapusNggak bisa ngebayangin mas enaknya durian - durian itu,,, apalagi dipetik dari pohonnya, wulalala. Mantab surantab dah pokoknya. Lempar satu mas duriannya,,, hehehe
BalasHapusHeeee, ini satu keberuntungan bisa makan durian dan gratis :-D
Hapuswihh duriannnn, jadi ngiler...
BalasHapusdisitu durian dianggep buah biasa, kalau disini durian mahal
Mau nggak? hhhehhehe sini kalo mau :-D
Hapuswah la ini durian siapa yang tak suka buah ini kenikmatan dunianya masak disiakan hehe... mantap mas rullah
BalasHapushahhahahaha, harusnya ke pantura bulan-bulan sekarang, mas. Banyak duriannya :-D
Hapusiya memang paling enak makan durian yang langsung di ambil dari pohonnya..
BalasHapusSensasinya lebih terasa..
Hapussedapnyaaaaaaaaaaaa
BalasHapusHehehehhe, sedap kalau musimnya bang
Hapus