Sewaktu aku pulang ke Karimunjawa, ada banyak pemandangan
yang aku lihat. Aku juga sudah mengabadikan moment-moment maupun pantai indah.
Namun, di beberapa tempat aku sempat mengabadikan kapal-kapal yang tertambat di
dekat dermaga, atau di air laut yang dangkal. Sebenarnya hanya objek kapal
saja, tapi bagiku ada banyak cerita yang dapat aku rangkai tatkala mata ini
tertuju pada kapal-kapal kayu tersebut.
“Siapa tahu bisa untuk nulis di blog,” Batin ini berkata dengan mantap.
Saat kaki ini melangkah di pelabuhan
Jepara, aku melewati banyak kapal yang bersandar di pelabuhan. Tidak sengaja,
aku membidikkan kamera pocket-ku pada jejeran kapal di sana. Ada banyak kapal
dengan cat dominan berwarna putih sedang tertambat pada sebuah tuas tali. Salah satu kapal terdapat banyak penumpang dan sembako yang tersusun di atas
kapal. Sebuah terpal kecil berwarna hitam menjadi atap bagi orang-orang di atas
kapal agar tidak kepanasan. Ini adalah salah satu kapal kayu yang nantinya akan
mengarungi lautan menuju Karimunjawa.
Kapal-kapal ini akan mengarungi lautan untuk menuju Karimunjawa dalam waktu 7-9 jam.
Kapal bersandar di pelabuhan Kartini, Jepara |
Sebuah kapal tergalang di tepian
pantai juga aku lihat saat aku menjejakkan kaki di pantai Legon Lele. Sebuah kapal kayu berukuran besar terdampar
seperti tak bertuan. Cat berwarna putih berkombinasi dengan biru muda dan merah
terlihat sudah kusam. Banyak garis yang memperlihatkan kalau kapal ini tidak
terawat dengan baik. Ya, usang dan sendirian. Itulah yang tampak dari pelupuk
mataku. Kontras dengan beberapa kapal yang ada di laut lainnya.
Kapal tergalang di pantai Legon Lele |
Kemudian, saat aku menuju pelabuhan Karimunjawa. Ada banyak kapal kayu yang tertambat di sini. Salah
satunya kapal tanggung dan kecil ini, kapal ini tentunya terawat dengan baik
oleh empunya. Kapal yang biasa digunakan menangkap ikan ini sangat terlihat
bersih. Ukuran kapal yang tidak besar, namun mempunyai peran besar saat sedang
digunakan sang empunya untuk melaut. Mencari ikan sebanyak-banyaknya demi
menghidupi kehidupan sehari-hari.
Kapal-kapal di pelabuhan Karimunjawa |
Ada juga sebuah bangkai kapal yang
sangat usang dan sudah rusak. Waktu aku melewati Pelabuhan Lama Karimunjawa,
di sana ada sebuah kapal tergeletak tak bertuan dan sudah sangat usang di sisi
jembatan. Bangkai kapal yang tidak jelas warna catnya ini benar-benar tak
berdaya. Papan-papan kapal itu pun terlihat sudah lapuk termakan oleh waktu.
Ya, nantinya bangkai kapal itu lambat laun akan rusak dan roboh dengan
sendirinya. Mungkin terkena hempasan ombak, atau sengaja dihancurkan sang
empunya.
Bongkahan bangkai kapal di pelabuhan Lama Karimunjawa |
Di sudut lain, saat aku mengunjungi pantai Barakuda. Di tempat tidak jauh
dari aku duduk, tertambat beberapa kapal disebuah tiang. Sebuah batang kayu
setinggi tiga meter tertanam di dasar laut, kemudian seutas tali terbentang
menahan gerak kapal agar tidak terseret ombak dan arus laut. Kapal-kapal kecil
ini setiap sorenya berlayar mencari ikan.
Kapal-kapal tertambat di pantai Barakuda |
Bagaimana dengan aku? Apa aku hanya
mengabadikan kapal saja? Ah tidak lah. Aku juga ingin menaiki sebuah kapal
kecil terbuat dari 3 atau 4 papan dan panjangnya hanya beberapa meter saja. Aku
melihat sebuah kapal kecil yang tertambat di pantai Hadirin, di atas kapal tersebut terlihat dua temanku yang
berprofesi sebagai nelayan sedang membersihkan kapalnya. Seorang anak kecil,
calon pelaut yang berani sedang setia menemani ayahnya. Aku menaiki kapal
tersebut, lalu mencoba menguras air di dalam kapal dengan pompa. Ahhh, kegiatan
yang sudah sangat lama tidak aku lakukan. Aku benar-benar kangen dengan
kegiatan seperti ini.
Kapal kecil di pantai Hadirin |
“Mau
ikut mancing besok?” Ajak temanku saat itu.
“Oya?
Aku siap ikut,” Jawabku antusias.
Ahhh, sebuah obrolan singkat dengan
teman seperjuangan waktu sekolah SD & SMP. Akhirnya aku tidak hanya menaiki
kapal, namun esok aku menikmati aktifitasku yang sudah lama aku lupakan.
Kenyataannya, aku kangen dengan aktifitas mancing di tengah laut. Bukan kah
memancing saat senja hari itu menyenangkan, menikmati senar ditarik ikan seraya
melihat sunset dari tengah laut. Aku
benar-benar kangen duduk memegang kemudi dibagian belakang kapal seraya
mendengarkan dentuman suara mesin yang keluar dari corong knalpot disertai
kepulan asap hitam yang membumbung tinggi. *Dokumentasi
kapal-kapal yang tertambat aku ambil pada bulan April 2015 saat mudik ke
Karimunjawa.
Baca juga tulisan lainnya
beda banget sama pelabuhan tanjung priok :D
BalasHapusIni kan kapal-kapal nelayan :-D
Hapushahahaha disana juga kapal nelayan ,, tapi nelayan peti kemas hehehehe
HapusHaaaaa, kalo di sana muatannya ngeri :-D
Hapuskalau yang terdampar itu apa ada yang punya? atau memang sengaja ditinggalin ya? :D
BalasHapusmungkin tinggal mudik mas ke jakarta
HapusKalo itu tambatannya memang di pantai langsung, mas. Tidak di pelabuhan :-D
Hapuskapal yang usang itu kayak jomblo yang eggak laku ya, kasianaaan. kampret karimun jawa keren banget ya, dulu pas mo bulan madu istri gw sempet rekomendasiin tempat ini tapi akhirnya kami mutusin ke bali, biar kekiniian aja sih :p
BalasHapusKakakakkaka, itu saking lama jomblo jadi rapuh semua :-D
Hapusikutan dong mas mancingnya. kayanya asik banget nih mancing di laut
BalasHapusAyoo mumpung ombak lagi tidak besar hahhhahaaa
Hapusmungkin karana kemarau panjang ini laut ikut mengering ya.. haha
BalasHapusHeeee, biasa kadang pasang kadang juga surut :-D
Hapusbentuk kapalnya beda dengan kapal yg ada di pantai selatan Jawa :D
BalasHapusBeda mas, kalau di pantai selatan palka kapal tidak ditutup dan mesin di belakang, hehhhehhe
HapusGue selalu suka baca cerita perjalanan kayak gini. Walaupun lo ke sana bukan dengan tujuan mau nulis di blog kayak para travel Blogger itu ya. Tapi lo bisa menuliskan sesuatu yang lo liat, alam yang lo liat, dan ngalir aja. Jadi, kapan ajak gue jalan-jalan? *lah
BalasHapusHeeeee, terima kasih mbak. Semoga makin sering baca blog ini *eh :-D
HapusEmmhh, ayo kita kemana? hahahahhaha
di pantai karimunjawa ternyata banyak banget ya kapal kayu, aku seumur2 baru satu kali naik kapal kayu, dan itu juga penuh rasa ketakutan
BalasHapusSeru loh mbak naiknya hehheheh, bisa main air :-D
HapusBanyak bangkai perahu yah mas, coba bangkai perahu'a dibersihkan, pasti bakal lebih nyaman lagi
BalasHapusBangkai kapalnya malah bagus hehheheh, unik jadinya :-D
Hapuspengen nyobain naik perahu
BalasHapusAyooo, gan :-D
Hapuskalau di jakarta, pelabuhannya namanya tp. kapalnya kapal-kapal gede pengangkat barang gitu..
BalasHapuskalau di karimun jawa, kapalnya masih ternilang imut
Iya hehhehhe, kalo di sana emang untuk kapal besar :-D
Hapusjadi pengen kesana, setelah baca blog ini :D
BalasHapusAyoo ke sana hehehehhe
HapusAyo ke Pulau Nyamuk mas :D
BalasHapusHeeemmmm kayaknya mulai kangen dengan Karimunjawa ini orang :-D
Hapusgara gara mas nyebutin kata "memancing" aku jadi inget dulu sering memancing bareng bapak. ngomong-ngomong waktu naik kapalnya itu bayar nda?
BalasHapusMau ikutan mancing? Heeeeee.
HapusNggak bayar kalo cuma naik kapal seperti ini :-D