Akhir pekan kembali menyapa para
penunggu hari libur, aku mulai memeriksa agenda yang sudah tercatat di
kalender. Akhir pekan ini aku ada acara di Bumi Perkemahan Wonogondang untuk
mengisi materi di kegiatan makrab. Akupun menghubungi panitia, ternyata mereka
sudah ada di sana. Akhirnya kuputuskan untuk bersepeda, mungkin ini adalah cara
yang baik untuk berakhir pekan. Lagi pula sudah agak lama aku tidak bersepeda
menuju arah Kaliurang.
Berangkat pukul 06.30 wib, aku
mengayuh pedal sepeda menuju Warung Ijo terlebih dulu. Tujuanku di sana adalah
untuk menikmati Pisang rebus, hanya saja sampai di sana Pisang rebusnya tidak
ada. Padahal aku sampai di Warung Ijo itu pukul 07.30 wib. Kunikmati makanan
lainnya seraya menghangatjan tubuh disinar mentari dengan menggenggam Teh
panas. Aku pun melanjutkan perjalanan menuju Dusun Gondang. Rutenya pun lumayan
menanjak, namun tidak tajam. Hanya tanjakan landai dan terus-menerus tanpa ada
turunan. Sedikit membosankan memang, namun suasana pagi yang sepi dan hanya
disalip beberapa mobil Jeep membuatku sedikit menghibur diri. Jalan Arah
Cangkringan – Jalan Kaliadem; cari terus gapura yang bertuliskan Dusun Gondang
dan belok kanan.
Sabtu pagi menuju Warung Ijo dan Wonogondang |
Sampai juga dilokasi Bumi Perkemahan Wonogondang, aku bertegur sapa dengan panitia yang mengundangku. Kusapukan mata
ke sekeliling area, di sana ada tiga buah tenda kecil (jadi ingat waktu kemah
SD). Ternyata tenda tersebut memang dipinjam dari SD dengan gratis, kapasitasnya
pun lumayan; satu tenda bisa sekitar 10 orang. sedangkan disisi lain terdapat
bangunan untuk pendopo, MCK, dan panggung. Cukup sederhana, namun suasana
seperti ini yang aku inginkan. Tenda-tenda tersebut berdiri ditanah lapang, dan
dikelilingi pepohonan. Jadi tempatnya pun tidak panas.
Untuk mengusir rasa bosan, karena
tugasku memberi materi pukul 16.00 wib (padahal sekarang baru pukul 09.20 wib),
aku pun berkeliling naik sepeda melewati rute jalan kecil yang sudah tersedia.
Ternyata jalan-jalan ini kadang digunakan para motor Trail, jadi aku pun harus
berhati-hati melewatinya. Seluruh pemandangan tentunya identik dengan
pepohonan, dan di sinilah aku merasa lebih baik. Aku berhenti di salah satu
sudut jalanan kecil, duduk di ban bekas yang ada dipinggir jalanan. Menikmati
hembusan angin, mendengarkan nyanyian alam, melepas lelah, dan mengabadikannya.
Di Bumi Perkemahan Wonogondang |
Sore pun datang, aku disibukkan
dengan memberi materi pada seluruh peserta makrab. Sebuah diskusi kecil
berlangsung agak lama, pertanyaan-pertanyaan pun berbalas dengan jawaban
dariku. Sampai akhirnya gelap malam menggelayuti Bumi Perkemahan, agenda yang
pastinya tidak akan aku lewatkan adalah menghangatkan tubuh dengan api unggun
dan bercengkerama bareng peserta dan panitia. Aku hanya bilang;
“Di sini tidak ada namanya senior ataupun junior, kita semua sama. Jadi
nikmatilah malam ini dengan berkumpul. Kalian sudah dewasa, kalian tahu
batas-batas etika saat berkumpul menjadi satu.”
Menghangatkan diri dengan api unggun |
Hawa dingin yang menusuk tulang
sedikit terasa, aku menggeliat saat udara dinihari menerpa badanku. Subuh ini,
aku ikut sholat berjama’ah dengan peserta makrab. Berlanjut kemudian ngobrol
santai dengan teman-teman yang semalam berdatangan. Paginya, aku tinggalkan
sejenak sepeda, sengaja berjalan menuju rerimbunan pohon Bambu di antara
pohon-pohon lain dan juga bangunan. Dari sela-selanya, tampak sang mentari
mulai menampakkan wajahnya. Cahaya khas sunrise
menyelinap di antara dedaunan, aku mengabadikan sekali, lalu berjalan menuju
posko untuk mengganti pakaian.
Pakaian sudah ganti dengan jersey
kemarin yang kukenakan. Sejenak aku menyiapkan diri untuk menyusuri jalanan
setapak yang berbatu di sini. Sebelumnya, aku menikmati segelas Teh panas yang
dibuatkan teman-teman panitia. Ahhh, nikmat banget. Hawa dingin sedikit terusir
dengan Teh panas yang aku seduh pagi ini.
Sinar mentari menyeruak di antara celah pepohonan |
Menikmati segelas Teh panas pagi hari |
Lengkap sudah pakaian, dan segelas
Teh panas sudah habis kuseduh. Mulai lagi kulewati rute lain yang kemarin belum
sempat kulalui. Jalanan bervariasi, mulai yang hanya setapak maupun yang lebar.
Namun semuanya sama, batu-batu kecil harus dilahap ban sepedaku. Ukuran ban
sepeda yang kecil membuat aku menyusuri dengan hati-hati. Selain takut jatuh,
takut juga hal lain terjadi pada sepedaku (maklum ini sepeda spesial untuk
bekerja di jalan yang mulus). Seraya terus mengayuh pedal sepeda, aku juga
menikmati udara yang sangat bersih. Benar-benar pagi yang menyehatkan.
Selamat Pagi Wonogondang |
Aktifitas bersepedaku pun menarik
perhatian para peserta maupun panitia. Saat aku sedang istirahat, secara
bergantian sepeda ini dinaiki untuk keliling dekat. Ada juga yang sengaja
mengabadikan diri dengan sepeda lengkap menggunakan helm sepedaku. Ada juga
yang minta untuk foto bersama, okelah; hari ini aku pun berpose dengan sepeda
dan dua panitia perempuan (Yuli dan Ririn). *Semoga saja namanya tidak salah,
karena aku hanya ingat wajah namun sudah menghapal namanya.
Bersama dua panitia makrab |
Pukul 06.30 wib, aku minta ijin untuk
pulang lebih dahulu. Aku ada janji pada acara lain pukul 10.00 wib di Benteng Vrederburg. Sebelum menuju kos, aku tuntaskan misi mencari Pisang rebus di
Warung Ijo lagi, Alhamdulillah; pagi ini aku mendapatkan Pisang rebusnya. Di
sini juga aku bertemu dengan teman-teman sesama pesepeda yang sudah aku kenal
maupun belum aku kenal. Mereka antara lain Pak Eko, Mas Yudha, Om Boy,
teman-teman Federa Jogja, dan lainnya. *Tulisan
ini pada saat acara Makrab ALUS (Organisasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN
SUKA) di Bumi Perkemahan Wonogondang, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman pada
tanggal 10-11 Oktober 2015.
Baca juga tulisan lainnya
asik banget mas..
BalasHapusudah lama ga ikutan makrab kayak gitu :D
Heeee, aku tiap tahun pasti ikut makrab ini, masalahnya sering jadi pemateri :-D
Hapusmantap foto matahari di selala dahan dan ranting yang berhasil kang Rullah ambil di perkemahan Wonogondang ini, terasa eksotis banget.
BalasHapuslebih mantaph lagi kalau liat langsung ya kang? :)
HapusSebenarnya pengen foto bareng sepedanya, tapi sepedanya di bawah :-D
HapusSudah lama tak mendengar kata makrab, sudah lama tak melihat api unggun. Salam untuk sepedanya ya #eh...
BalasHapusUntuk orangnya nggak? Nasib yang diinget hanya sepedanya :-D
Hapusseru banget bro
BalasHapusPokoknya dinikmati bro hahhhaahh
Hapusah serunya
BalasHapusPokoknya emang seru hahahhahah
Hapusmantap mas, seru banget
BalasHapusTerima kasih, mas :-)
Hapussepedaan :((
BalasHapusAdanya sepeda, jadi sepedaan :-D
Hapusheu semua akan ada pada waktunya mungkin gitu ya mas, ?:)
BalasHapushebat lah sekalinya dapat pisang rebus dapet 2 cwek cantik pula,,,,eeeeeeeehhhh
Ini namanya bonus yang "jackpot". Jadi hasilnya nggak terkira hahahahha
HapusWah ane malah belum pernah ikutan acara seperti ini gan :-/
BalasHapusHeee, ini ikutan karena diundang, mas :-D
Hapussepedaan teruus! Kapan-kapan kalau sepedaan aku diajakin dong :D
BalasHapusMas-nya kan sibuk keliling terus hahahahhah, Udah dimana sekarang, mas? :-D
HapusIya bener itu tenda-tenda yang dulu dipakai kemah anak pramuka waktu aku SD dulu, Mas. Muatnya banyak..
BalasHapusAkhirnya dapet juga pisang ijonya ya. Perginya kehabisan untung pulangnya dapet.
Berburu pisangnya dua hari, mas :-D
Hapuswah asik banget diajak foto2 ... #MendadakArtis ... :)
BalasHapusArtis gadungan :-D
HapusBaca soal Pisang rebus jadi kangen pengen makan, sdh lama bgt nggak makan gedang godhok :)
BalasHapusItu bersepedanya dari jam 6.30 sampai jam 9.30 hampir 3 jam ya, berapa kilometerkah jaraknya?
Lihat api unggunnya jadi kangen masa SMA dulu huhuhuhu
Sebenarnya jaraknya sekitar 30km aja, mbak. Tapi istirahat lama di Warung Ijo, terus menuju Wonogondang full tanjakan (searah dengan Kaliurang)
Hapus