Seperti yang ada dibenakku saat
mengayuh pedal dari Patuk menuju Gunung Ireng, Pengkok. Dari jalan raya GCD FM,
aku hanya melewati dua kali tanjakan dan selebihnya lebih dari tujuh kali
turunan. Jika aku pulang melalui jalan yang sama, tentu seluruh turunan tadi
berubah menjadi tanjakan. Aku memutar otak untuk memilih jalur lain,
menghindari tanjakan tersebut untuk sampai Patuk. Akhirnya aku melalu jalan ke
Semoyo, aku belum pernah melalui jalannya, jadi kalau pun nanti ketemu banyak
tanjakan, aku anggap sebagai kejutan tersendiri karena belum terbayangkan
sebelumnya.
Kukayuh pedal ini menyusuri jalanan,
sampai akhirnya aku bertemu sebuah pertigaan. Di sana ada plang yang tulisannya
“Semoyo (kiri), Jurug Gede (kanan)”. Tulisannya memang Jurug bukan Curug. Aku
pun berhenti sejenak dan menimbang apakah langsung pulang atau singgah dulu ke
Jurug. Daripada nantinya aku menyesal, mendingan aku singgahi dulu Jurug ini.
dari informasi simbah-simbah yang santai di depan warung, katanya jarak
jurugnya tidak jauh.
Plang rute ke arah Jurug Gede, Patuk |
Kubelokkan sepeda mengikuti jalan
cor, sampai akhirnya aku sampai di pintu gerbang arah ke jurug. Sebenarnya di
rumah samping kanan ada tulisan bayar kalau masuk, namun aku tunggu lebih dari
15 menit tidak ada orang, jadi aku terus saja (maaf tidak bayar). Jalan menuju
jurug bentuknya anak tangga, aku pun menuntun sepeda sampai ke bawah. Di sana
bertemu ibu-ibu yang mengambil air, saat aku tanya mengenai penjaga, beliau
menjawab orang-orang yang jaga sedang kerja bakti memasang pipa air.
Sepeda aku sandarkan pada sebuah
pohon dan aku gembok, kemudian aku menuruni sedikit tebing untuk sampai bawah.
Terdengar suara gemericik air terjun yang tidak deras. Maklum sekarang kan
bulan kemarau, jadi wajar saja kalau airnya tidak melimpah. Sampai di bawah
ternyata sangat sepi, hanya aku sendirian di jurug. Sementara di kawasan ini
sudah ada beberapa pendopo yang dibangun. Ini artinya, tempat ini sudah banyak
orang yang tahu. Jurug ini sedang tidak melimpah airnya, namun tetap saja tidak
mengurangi keindahan alamnya. Bebatuan besar dan berbentuk semacam lorong
menjadi tempat aliran air. Jurug ini berada di antara bebatuan tebing yang
besar, sementara itu di bawah semacam kolam dangkal (dalam di dekat air terjunnya).
Tentu pemandangan berbeda kalau waktu musim hujan ke sini.
Lagi musim kemarau, jadi debit airnya kurang |
Aku melepas lelah di sini, untuk
sesaat aku rebahan di bebatuan yang ada di tepian. Lebih dari satu jam aku
sendirian di sini. Tidak lupa aku mengabadikan diri sebagai tanda bahwa aku pernah
singgah di jurug ini. Sesuatu yang menyenangkan saat aku di sini adalah, aku
bisa menikmati ketenangan sesaat sebelum beraktifitas seperti biasa pada
hari-hari kerja.
Mengabadikan sebelum pulang |
Kulihat jam tangan sudah menjelang
siang, akhirnya kuputuskan untuk pulang. Sepanjang perjalanan, aku melewati
daerah Semoyo. Menyusuri jalanan pertigaan (belok kiri arah Perempatan Terong
& belok kanan ke Patuk), kususuri arah jalan belok kanan. Ada banyak
tanjakan yang kulewati. Sampai akhirnya aku bertemu sebuah pintu gerbang ke
jurug yang sama. Di sini tulisannya “Air Terjun Taman Sari”. Pikiranku melayang
ke gerbang yang tadi aku lewati. Ternyata ada dua jalan menuju air terjunnya,
bisa lewat Semoyo ataupun lewat Pengkok yang tadi kulewati. Jalanan yang
kulewati sangat sepi, hanya sesekali ada truk yang lewat. Ternyata saat hampir
sampai Patuk, jalan ini tembusannya adalah pertigaan yang dekat GCD FM. Dari
sini aku langsung menuju kos, lalu melanjutkan perjalanan ke Stadion
Maguwoharjo karena ada janji dengan teman.
Baca juga postingan lainnya
bagus mas tempatnya :)
BalasHapusAsyik buat duduk santai sendirian :-D
Hapuskalau debit airnya banyak pasti lebih bagus
BalasHapusIya gan :-D
HapusCurug yang indah, terlihat masih asri dengan warna alami.
BalasHapusKalo musim hujan sepertinya lebih seru, kang :-D
Hapusindah banget
BalasHapusIndah lagi kalo debetnya banyak :-D
HapusJalan turun ke curugnya jauuuh.
BalasHapusPernah kesini sendirian jg. Waktu itu dgn begonya nyamperin lewat Pengkok & Semoyo. Ternyata curugnya sama -__-
Haaa, hamir juga kualami. Untungnya aku agak cermat baca dan lihat gambarnya di spanduk :-D
Hapusmeskipun kemarau airnya masih mengalir tapi sedikit
BalasHapusIya :-D
HapusWah bagus mas pemandangannya..
BalasHapusmas hobi ngetrip pake sepeda ya ?? Saya juga hobi ngetrip tapi pakenya motor. Hehe.
Kalau ada sepeda langsung cuss ngetrip pake sepeda.
Heee, belum punya motor mas, jadi dolannya pakai sepeda saja :-D
Hapuskeren juga jurugnya ..
BalasHapuskalau masih sepi begini .. jurugnya belum begitu populer ..
tapi setelah muncul di blog ini .. baru bakalan lebih nge-heitsss
Sebenarnya sudah beberapa blog membahas curug ini, kang. heeee
HapusJalan-jalan ke alam terbuka memang selalu mengasyikan :D
BalasHapusAirnya lagi sedikit itu ya, karena masih kemarau kayaknya.
Iya lagi musim kemarau, bisa diulangi lagi kalo ntar musim ujan heeee
Hapusbelum pernah lewat jalur pengkok..
BalasHapushmm musim kemarau masih ada airnya dikit..biasanya udah mengering
Seru jalannya, naik turunnya nggak bikin bosan :-D
Hapus