Diskusi kecil di tengah-tengah
rerimbunan Kebun Teh Nglinggo (17 Agustus 2015) ini masih berjalan. Kami pun
mencoba memandangi sekeliling. Ternyata di beberapa sudut, terdapat tiga bukit
yang cukup mencolok. Pandanganku tertuju pada satu puncak yang lebih tinggi,
dan di atasnya ada sebuah bendera Merah Putih tertancap kokoh berkibar.
Terlihat juga banyak pengunjung yang ada di sana, menikmati siang hari yang
lumayan panas di atas puncak. Tentunya berpose selfie ria.
Bukit yang terlihat dari Kebun Teh Nglinggo, Samigaluh |
“Ke puncak yang itu saja, om,” Pintaku seraya menunjuk puncak yang lebih tinggi.
Om Z dan Andi mengangguk setuju,
kemudian Om Z menyusuri jalanan dengan jalan kaki, memastikan jalan setapak
tersebut bisa dipergunakan sepeda. Akhirnya kami sepakat membawa sepeda
menyusuri jalan setapak. Tujuan kami adalah, sampai ke atas, entah membawa
sepeda ataupun memarkir di bawah. Sampai juga di tempat TPR, aku membayar 6ribu
untuk tiga orang. Sepedanya terpaksa kami parkir di bawah, ini bukan karena
dilarang, tapi melihat puncak banyak orang jadi menurut Om Z, lebih baik
diparkir saja.
TPR ke Puncak Gunung Kukusan, Magelang |
Langkah kaki-kaki kecil ini menyusuri
puluhan anak tangga yang terbuat dari tanah. Untung musimnya sedang kemarau,
tidak terpikirkan jika musim hujan, pasti jalanan ini jauh lebih licin dan
harus lebih waspada. Aku coba melihat tiket yang ada ditanganku. Tulisannya
adalah “Wisata Gunung Kukusan” Dusun Wonokerto, Desa Ngargoretno, Kab.
Magelang. Weh ini ikut Magelang toh?
Pertanyaan ini pun tiba-tiba menggelitikku untuk mendapatkan jawaban.
Ternyata memang ikut Magelang, ini
aku dapatkan informasi dari Om Z maupun dari penjaga TPR. Ternyata perbukitan
di sini begitu berdekatan, jadi satu kawasan ikut Kulonprogo, dan kawasan lain
ikut Magelang, bahkan tidak berjarak jauh tentu ada yang sudah masuk ke
Purworejo. Dari kelompok kecilku, aku yang terlebih dulu sampai atas. Dari ini
aku mencoba berhenti sekedar mengambil nafas serta mengabadikan yang masih di
bawah. Terlihat Andi dan Om Z masih berjuang menuju puncak.
“Lebih capek jalan kaki daripada mancal pedal saat nanjak,” Celetuk Om Z sesampainya di atas.
Menapaki anak tangga yang terbuat dari tanah-tanah tandus |
Bukit ini, orang lebih kenal
menyebutnya dengan Gunung Kukusan memang cukup indah kalau melihat pemandangan
dari atas. Dari sini aku dapat melihat berbagai bukit yang berjejeran dan tentunya
masih rimbun. Suasana alam sejuk ini membuat aku dan yang lain ingin lebih
berlama-lama, sementara mentari pun mendukung kami. Saat kami di atas,
segumpalan mendung menutupi teriknya matahari. Ada sebuah tempat sampah yang
sudah penuh dengan isinya di sudut kananku. Sementara itu juga terdapat tempat
duduk ala kadarnya dari bambu. Dan tentunya di puncak ini juga dikelilingi
pagar Bambu. Tujuannya bukan untuk dipegangi, tapi sebagai pembatas agar
pengunjung tidak melewati batas tersebut.
Sesampai di Puncak Gunung Kukusan |
Dari atas ini, aku juga melihat
puncak yang tidak jauh dari Gunung Kukusan. Puncak tersebut lebih sepi
dibanding Puncak Kukusan, dan juga terdapat tempat duduk. Dari kejauhan
terlihat pengunjung di pucak sebalah sedang ingin mengibarkan sang Saka Merah
Putih. Mereka juga membawa bendera, sama seperti yang kami lakukan saat di puncak Widosari tadi siang. Ya, memang
hari ini bertepatan dengan HUT RI KE 70, jadi pasti banyak orang-orang yang
bermain seraya membawa bendera.
Pemandangan di puncak lainnya |
Sementara ini, aku dan rombongan pun
berbaur menjadi satu dengan pengujung lain yang ada di atas. Kami bercanda
bersama, sesekali kami bercanda gurau agar suasana lebih akrab dan cair. Tidak
ketinggalan juga menjadi juru kamera, mengabadikan mereka yang ingin difoto.
Kami pun melakukan hal yang sama, meminta salah satu dari mereka untuk
mengabadikan diri bertiga di puncak. Sama-sama menguntungka bukan?
Melepas lelah seraya bercanda di puncak Gunung Kukusan |
Puas di puncak, kami pun menuruni
anak tangga. Kemudian istirahat sejenak di tempat TPR, lalu mengayuh pedal
menuju kebun teh. Kali ini kami langsung pulang ke Jogja, menuju titik kumpul
pertama di Daratan, Godean. Rute pulang kali ini tidak separah waktu berangkat,
hanya da sekitar dua tanjakan yang berat, selebihnya jalanan cenderung turun.
Dan tidak butuh waktu lama, kami pun sampai di di Daratan. Tepat pukul 16.30
wib, aku sudah sampai di kos. Terima kasih Om Z, dan jangan kapok untuk Andi
atas perjalanan kali ini. Semoga kalau ada agenda bersepeda lagi aku diajak.
Baca juga tulisan yang lainnya
Melihat gambarnya saja sudah mewakili keindahan disana.. Semoga akses kesana semakin dipermudah..
BalasHapusmungkin harus ada investor nih ang bikin makin luas puncaknya.
HapusSebulan ini, puncak Kukusan lagi rame dibahas disosmed. Mereka banyak yang berburu sunrise :-D
HapusGunung kemukus yang indah dan menjadi tempat wisata alam yang asik di telusuri kang, Apalagi dnegan pemandangan yang masih hijaudan dara sejuk, akan menjadikan kawasan gunung kemukus menjadi tempat yang asik untuk liburan.
BalasHapusbetul sekali kang tapi di puncak kayanya g bisa banyak orang nih. kecil tempatnya
HapusGunung Kukusan kang, bukan kemukus heeee :-D
Hapusidah sekali mas pemandangannya. ngeri foto yang di tangga itu. takut jatuh saya curam sekali tangganya. tinggi lagi
BalasHapusAyoo ke sini mas :-D
Hapusaaaaaaaks, rasanya ingin bercengkrama dengan alam :)
BalasHapusAyoo :-D
HapusSuka nyerah duluan kalau manjat memanjat apalagi kalau anak tangganya banyak tapi lelah di perjalanan harus terbayar dengan keindahan alam hehe
BalasHapusNamanya juga berjuang, mbak :-D
HapusIndahnya, pengen kesana juga
BalasHapuskapan bisa kesana ya
BalasHapuswah mantap, rasanya saya langsung mau kesana gan
BalasHapusAyoo biar seru :-D
HapusKalau musim hujan kesana pasti lebih menantang adrenalin ya mas...?heu
BalasHapussemoga saja dengan banyaknya yang memburu sunrice tidak menjadika banyak sampah disana mengingat tempat sampah yang difoto itu terlihat kurang menunjang menurut saya mah mas.
Iya mas, sebenarnya lebih baik sampahnya langsung dibawa mereka turun lagi agar tidak menumpuk di atas.
Hapusterjal juga ya mas tempatnya, jadi pengen nyobain nih ke gunung kukusan nya :)
BalasHapusTerjal tapi nggak tinggi kok, mas..
Hapusyeah... mantap kali wahai anak alam, sekarang magelang. titip salam buat Mr. Z
BalasHapusHaaaa, mau ngajak beliau bersepeda kah? :-D
Hapuswow .. pemandangannya mas, bikin pengen ke sana, apalagi numpak pit
BalasHapusPengennya bawa sepeda ke atas, mbak. Tapi lahan di atas sempit, jadi ditinggal dibawah.
Hapusbukitnya bentuknya koq .. piramid banget .... jangan2 memang ada piramid-nya ..... he he
BalasHapusHeeeee, siapa tahu memang ada hubungannya ya :-D
Hapusgunung kukusan...unik namanya, jadi teringat kukusan nasi, ehhehe....kirain naik ke atasnya pake sepeda juga Rul, biar dobel ngos ngosannya, hihihi,,,
BalasHapusHaaaa, jadinya berhubungan dengan makanan dong, mbak kakakkaka. Pengennya pakai sepeda, namun apa daya tidak memungkinkan haaaa
Hapusudah lama gak mendaki nih sejak lulus sekolah... mendaki itu melelahkan, tapi pas sampai di atas semua lelahnya langsung hilang rasanya...
BalasHapusSerunya bersenda-gurau dipuncak gunung euy, sambil melepas lelah menimkati segar dan indahnya alam.
BalasHapusIya kang, karena puncaknya tidak tinggi jadi bisa buat santai. Tapi tetep menjaga kesopanan dan juga kebersihan :-)
HapusKadang gunung atau bukit yang 'kaki'-nya menancap di berbagai kabupaten bikin bingung dan kadang rebutan klaim. Kayak Kelud yang diperebutkan Blitar dan Kediri. Padahal Lawu di Magetan-Karanganyar akur-akur saja hahaha.
BalasHapusSekarang gunung ini semakin ngehits ya, cocok buat refreshing santai..
Benar, mas. Puncak ini sempit banget, mas. Jadi memang harus peka dengan teman-teman yang di bawah :-D
HapusEh gunung kukusan itu yg buat minta pesugihan bukan sech ?? Yg mesti pake ML segala gitu ???
BalasHapusBukan om hahahah. Kalau yang ada ritualnya itu gunung Kemukus hehehehhe
Hapus