Tidak sedikit pasti orang bertanya
ketika membaca judul tulisanku ini. Mengapa judul tulisan kali ini agak
nyeleneh, Rawa Pening, Jentik dan Genus Nyamuk. Ya, mungkin aku lagi nggak
sadar saat nulis. Baiklah, ini masih ada kaitannya dengan kegiatan mahasiswa ke
B2P2VRP. Sore tadi sudah memasang perangkap Tikus di rumah warga, kali ini kami langsung meluncur ke salah satu tepian
Rawa Pening. Tepatnya di Desa Kesongo, Kec Tuntang, Kab. Semarang. Aku pun
bergegas mengikuti mahasiswa dengan pakaian seadanya. Menggunakan dua mobil
dari B2P2VRP, perjalanan menuju Kesongo pun berlanjut menjelang magrib.
Persiapan mencari jentik nyamuk di Rawa Pening |
Kedua tanganku memegang dua buah
poket, satu dari kantor dan satunya milikku pribadi. Secara berkala aku membagi
waktu untuk membidik dengan bergantian. Sebelumnya, kami menuju rumah warga
setempat untuk mengambil peralatan yang akan digunakan untuk mengambil Jentik
Nyamuk. Setiap mahasiswa membawa gelas plastik dan juga ciduk (semacam gayung
bergagang panjang) untuk mengambil air di tepian sawah Rawa Pening yang
kemungkinan ada Jentik Nyamuknya. Aku mengabadikan hamparan sawah, jauh di sana
terlihat Bukit Telomoyo dan juga Gunung Merbabu. Ahhh, sayang sekali sunset tidak
aku dapatkan, arakan awan tebal tepat menutupi sang mentari di ufuk barat.
Pemandangan sekitar Rawa Pening |
Kegiatanku pun mulai mengabadikan
mahasiswa untuk mengambil Jentik Nyamuk. Menyusuri setiap pematang sawah, lalu
mengambil air, dan kemudian memperhatikan apakah di dalam gayung tersebut
mendapatkan Jentik Nyamuk atau tidak. Aku tidak hanya mengabadikan saja,
sesekali ikut mengambil air dan melihat hasilnya. Ups, ternyata tidak semudah yang kukira. Tiga kali aku mengambil
air di tempat berbeda, tidak ada satupun Jentik Nyamuk yang kudapatkan.
Mencari Jentik Nyamuk |
Sementara itu, mahasiswa lain yang
sangat antusias untuk praktek lapangan sudah mendapatkan beberapa Jentik
Nyamuk. Dengan sigap mereka mengambil Jentik tersebut, salah satunya seperti Bu
Sitti yang mendampingi mahasiswa untuk mengambil Jentik dari gayung. Harus jeli
untuk mengetahui apakah air yang kita ambil itu ada Jentiknya atau tidak.
Mendapatkan Jentik Nyamuk |
Kegiatan pun berlanjut sampai malam.
Selepas sholat magrib, masih di tempat sama (tapi kali ini di rumah warga)
mahasiswa mulai berburu Nyamuk. Ya, menangkap Nyamuk di dalam rumah, luar
rumah, dan di kandang Kerbau. Aku masih antusias meliput kegiatan ini, dengan
seksama aku mulai menyusuri setiap mahasiswa yang sedang merelakan anggota
badannya untuk dijadikan umpan gigitan nyamuk. Ketika ada Nyamuk yang mengigit
anggota tubuhnya, mereka langsung mengambil alat penangkap Nyamuk (Aspirator)
dan Nyamuk yang berhasil ditangkap dimasukkan ke dalam Gelas plastik yang ada
penutup kain kasa serta diikat dengan karet.
Menangkap Nyamuk dengan umpan badan |
Selanjutnya rombongan kami menuju
dekat kandang Kerbau. Di setiap bawah tumpukan jerami sangat banyak Nyamuk yang
bersembunyi. Selain itu juga di batang Padi yang masih hidup pun tidak luput
dari tempat tidur Nyamuk. Dari sini kami dapat menagkap dengan mudah, bahkan
akhirnya penangkapan Nyamuk kami hentikan karena sudah dapat sesuai target. Entah
Genus-nya apa saja, tapi kata
mahasiswa banyakan Genus-nya yang Culex. Hanya sedikit yang mendapatkan Anopheles.
Nyamuk di sela-sela daun padi |
Hari kedua (Selasa, 27 Juli 2015)
sore, Nyamuk hasil tangkapan semalam pun dijadikan satu di Lab. Dan saat itu
menjadi tugas para mahasiswa untuk mengidentifikasi Genus Nyamuk tersebut. Tentu di Lab tersebut terdapat alat-aat
pendukung untuk mengidentifikasi Genus
Nyamuk seperti Mikroskop, Jarum Disekting, Jarum untuk Preparat dll.
Sebelum diidentifikasi menggunakan
Mikroskop, Nyamuk-nyamuk tersebut dimatikan menggunakan Kloroform, lalu dengan dengan menggunakan
Jarum dan Mikroskop setiap mahasiswa mulai mengidentifikasi satu-persatu Nyamuk
tersebut. Sementara itu di papan tulis depan, terdapat tulisan Genus Nyamuk; antara
lain yang ditulis adalah Anopheles,
Culex, Mansonia, Aedes, Armigeres, Toxorhynchites.
Identifikasi genus nyamuk di lab |
Sampai akhirnya malam hari, selesai
mengidentifikasi seluruh Nyamuk yang ada. Diidentidikasikan paling banyak
adalah Culex, hanya ada beberapa yang Anopheles,
dan Aedes. Aku yang hanya
mengabadikan setiap kegiatan pun ikut-ikutan mengidentifikasi saat sudah
selesai semua. Dari keterangan salah seorang mahasiswa, aku akhirnya bisa tahu
perbedaan antara Aedes, Anopheles dan juga Culex. Sebuah pelajaran yang sangat menyenangkan. *Seluruh kegiatan ini dilakukan oleh
mahasiswa S2 Ilmu Kedokteran Tropis UGM beserta B2P2VRP Salatiga.
Baca juga tulisan lainnya
mungkin saya sedikit kurang mengerti, itu perbedaannya nyamuk culex sama aedes apa ya, yang sering saya denger hanya nyamuk aedes
BalasHapusSecara fisik memang terlihat berbeda kalo dilihat dengan mikroskop; juga dengan akibat gigitannya. Di sekitar kita biasanya lebih banyak nyamuk Culex dibanding Aedes ato Anopheles :-D
Hapusmungkin lebih bersyukur karna culex ga sebahaya si aedes ya mas :D.
HapusPada dasarnya semua berbahaya. Karena dari atu Genus tersebut banyak spesiesnya.
HapusWow keren sekali researchnya. Sampai menggunakan badan sendiri sebagai Umpan. Woww keren keren. Jadi judulnya berburu Jentik Nyamuk lah nih
BalasHapusSeru pak :-)
HapusIya e pak, tapi sudah terlanjur judulnya seperti itu haaaa
Wah rela banget sampai badan dijadikan umpan buat menangkap nyamuk.. hati hati mbok kena demam berdarah atau malaria
BalasHapusSemoga daya imunku kuat :-D
Hapuskalo dari bentuknya beda gitu nyambuk aedes sama nyamuk culex ?
BalasHapusbiasanya nyamuk culex sama aedes keberadaan nya kebanyakaan dimana
Bntuk beda namun sangat tipis, itu pun bisa diidentifikasi dengan mikroskop. Semua nyamuk banyak di genangan air tenang (seperti kolam, pot dll) atau ti tempat-tempat yang gelab dan agak lembab, kayak di tumpukan pakaian, jerami dll
Hapusnyamuk culex biasanya hidup di air kotor biasanya keluar pas malam hari kalau nyamuk aedes kebalikannya
BalasHapusYa itu salah satu perbedaan prilakunya :-D
Hapusrela-relaan kotor-kotran demi mencari nyamuk ituh hi
BalasHapusSeru loh :-D
Hapuswah seru ya kegiatannya
BalasHapusIya :-D
Hapusbedain yang jantan dan betina gimana mas?
BalasHapusSecara fisikny aku tidak bisa tahu, hanya dalam prilakuknya kadang bisa dideteksi. Atau dengan lama hidupnya
Hapusnggak ada yang cikungunya?
BalasHapusChikungunya itu disebabkan oleh Aedes, bisa dari Aedes aegypti atau pun dari Aedes albopictus
HapusWaini out of the box banget ya!
BalasHapusTeman saya pernah ngajak juga ke daerah Gunung Kidul, katanya mau difertilisasi untuk uji coba penanggulangan DBD. :)
Haaa, benar-benar keluar dari topik ini, mas. Tapi sebenarnya dalam sehari-hari kerjaanku berkaitan dengan tema ini.
HapusKebetulan di puskesmas saya juga akan melakukan hal yang serupa ,,mengidentifikasi jentik nyamuk ,,artikelnya sungguh bermanfaat buat referensi kegiatan,, good job
BalasHapusTerima kasih mbak, dapat nyamuk apa saja, mbak? :-D
Hapus