Beberapa hari lalu aku sempat mencari rute bersepeda. Akhirnya aku putuskan untuk menyusuri beberapa pantai di kawasan Bantul.
Tepatnya sepanjang Sanden – Srandakan. Kami bersepeda pada hari sabtu aku bersama temanku Ardian mulai menyusuri
jalanan. Walau semalaman hampir sebagian kota Jogja diguyur hujan, kami tetap
memutuskan untuk bersepeda.
Lumayan berangkat pagi, mendung dan masih sejuk. Perjalanan pertama melalu Jalan Parangtritis – Jalan Bantul kemudian menuju pantai. Seru juga bersepeda pagi-pagi dengan suasana penuh kabut. Apalagi jalanan yang kami lewati hampir sebagian adalah sawah, jadi rasa dingin masih terasa.
Lumayan berangkat pagi, mendung dan masih sejuk. Perjalanan pertama melalu Jalan Parangtritis – Jalan Bantul kemudian menuju pantai. Seru juga bersepeda pagi-pagi dengan suasana penuh kabut. Apalagi jalanan yang kami lewati hampir sebagian adalah sawah, jadi rasa dingin masih terasa.
Menyusuri jalanan di Bantul pagi hari |
Sesuai dengan rencana, Ardian mengajakku untuk menuju pantai
terjauh lebih dahulu (pantai Baru dan
pantai Kuwaru) lalu ke pantai lebih
dekat yang sejalan, dan lanjut pulang. Kami sempat menambah angin disalah satu
SPBU, kemudian tidak sengaja membahas tentang jembatan Srandakan.
Lalu Ardian berinisiatif untuk mencari sesek (jembatan dari bambu/kayu) yang digunakan sebagai penyeberangan Kali Progo. Berbekal GPS dan melihat beberapa blog, akhirnya tujuan kami fokuskan menuju salah satu desa di dekat aliran Kali Progo.
Kami bertanya kepada warga di sawah untuk mencari daerah Ngentakmangir. Nggak tahu kenapa, tiba-tiba pengen rasanya menyeberangi Kali Progo di atas sesek. Mungkin temanku sedang ingin mencoba sensasi bagaimana rasanya menyeberang sungai dengan jembatan tradisional.
Lalu Ardian berinisiatif untuk mencari sesek (jembatan dari bambu/kayu) yang digunakan sebagai penyeberangan Kali Progo. Berbekal GPS dan melihat beberapa blog, akhirnya tujuan kami fokuskan menuju salah satu desa di dekat aliran Kali Progo.
Kami bertanya kepada warga di sawah untuk mencari daerah Ngentakmangir. Nggak tahu kenapa, tiba-tiba pengen rasanya menyeberangi Kali Progo di atas sesek. Mungkin temanku sedang ingin mencoba sensasi bagaimana rasanya menyeberang sungai dengan jembatan tradisional.
Menambah angin ban sepeda dan bertanya ke warga mengenai sesek/jembatan bambu |
Di salah satu blog katanya sesek
itu ada di desa Ngentakmangir, Pandak, Bantul. Letak tersebut tidak jauh
dari SPBU tempat kami menambah angin. Kami mencari SD Ngentakmangir sebagai
tujuan pertama. Menyusuri jalanan yang lebih kecil dan serta hawa sejuk membuat
nyaman pagi ini, akhirnya kami sampai juga kami di SD.
Kami bertanya warga mengenai sesek, dari warga kami disuruh untuk belok kiri sebelum SD ini tadi. Inilah enaknya kalau bertemu warga, jadi nggak bakalan tersesat selama diperjalanan. Kami susuri jalan akhirnya sampai juga di tepian Kali Progo. Loh kok nggak ada sesek-nya?
Kami bertanya warga mengenai sesek, dari warga kami disuruh untuk belok kiri sebelum SD ini tadi. Inilah enaknya kalau bertemu warga, jadi nggak bakalan tersesat selama diperjalanan. Kami susuri jalan akhirnya sampai juga di tepian Kali Progo. Loh kok nggak ada sesek-nya?
Waktunya mencari sesek/jembatan bambu |
Menurut salah satu warga, ternyata kalau lagi musim penghujan
sesek-nya tidak ada. Sebagai gantinya
adalah menyeberang menggunakan semacam rakit. Kali Progo ini adalah batasan antara Bantul dengan Kulon Progo.
Berhubung rakitnya masih di sisi lainnya (Desa Lendah), aku menyempatkan diri untuk mengabadikan di tempat sandarnya rakit. Selain kami berdua ternyata sudah ada ibu-ibu yang juga menunggu untuk menyeberang bareng menuju Kulon Progo.
Berhubung rakitnya masih di sisi lainnya (Desa Lendah), aku menyempatkan diri untuk mengabadikan di tempat sandarnya rakit. Selain kami berdua ternyata sudah ada ibu-ibu yang juga menunggu untuk menyeberang bareng menuju Kulon Progo.
Seperti biasa, mengangkat sepeda |
Tidak lama kemudian rakit yang digunakan sebagai transportasi
penyeberangan menuju kearah kami. Terlihat penuh kendaraan yang berjejer rapi
disetiap sekatnya. Ada delapan kendaraan yang menyeberang dari arah Kulon Progo
menuju Bantul, termasuk dua di antaranya sepeda.
Dua orang yang bertugas menarik tambang untuk menyeberangkan rakit terlihat lihai memainkan aliran air, sehingga dengan cepat rakit tersebut berjalan mengikuti aliran air sampai tempat kami. Rakit tersebut sandar di tepian jembatan kecil yang dibuat warga.
Dua orang yang bertugas menarik tambang untuk menyeberangkan rakit terlihat lihai memainkan aliran air, sehingga dengan cepat rakit tersebut berjalan mengikuti aliran air sampai tempat kami. Rakit tersebut sandar di tepian jembatan kecil yang dibuat warga.
Rakit yang untuk menyeberangi sungai tiba |
Dalam satu kali penyeberangan, rakit dapat membawa 9
kendaraan. Kendaraan itu adalah motor maupun sepeda. Bergegas kami menaikkan
sepeda untuk menyeberang Kali Progo.
Luapan aliran air kencang membuat sensasi tersendir. Saat di tengah-tengah
tidak sengaja pompa sepeda Ardian terjatuh, Wassalam
korban satu pompa sepeda karena menyelamatkan sepedaku yang hampir terjatuh.
Menyeberang Kali Progo ini hanya
sekitar 5 menitan saja. Setiap kendaraan dikenai tarif 2k.
Di atas rakit menyeberang ke Kulonprogo dari Bantul |
Waktu kami sandar, di sisi yang kami sandari sudah banyak
orang yang menunggu untuk menyeberang. Ternyata pagi seperti ini sangat banyak
orang yang ingin menyeberang. Mungkin jalur ini adalah salah satu alternatif
jalan yang lebih cepat untuk sampai lokasi tujuannya.
Padahal di tempat lain sudah ada jembatan penyeberangan, tapi mungkin terlalu jauh dan memakan banyak waktu. Benar-benar mengesankan pagi ini, niatnya mencari sesek malah dapatnya naik rakit. Walau tidak terencana tapi malah lebih seru. Tepat di samping Kali Progo yang kami seberangi, ada semacam sungai kecil yang digunakan beberapa warga untuk mancing.
Padahal di tempat lain sudah ada jembatan penyeberangan, tapi mungkin terlalu jauh dan memakan banyak waktu. Benar-benar mengesankan pagi ini, niatnya mencari sesek malah dapatnya naik rakit. Walau tidak terencana tapi malah lebih seru. Tepat di samping Kali Progo yang kami seberangi, ada semacam sungai kecil yang digunakan beberapa warga untuk mancing.
Mengantri naik untuk menyeberang lagi ke Bantul |
Menikmati pemandangan sekitar |
Jika di tempat kami naik rakit tadi itu adalah kampung Ngentakmangir, Wijirejo, Pandak, Bantul;
maka tempat kami sandar adalah Mirisewu,
Ngentak Rejo, Lendah, Kulon Progo. Dari ini kami akan menuju Jembatan Srandakan untuk mulai menyusur
pantai-pantai yang ada di sana. Kami santai sejenak seraya menikmati
pemandangan pagi yang masih asri seraya ngobrol ringan tentang penyebarangan
menaiki rakit yang baru saja kami lakukan. *Sabtu, 31 Januari 2015
hmm sudah biasa iya mas menyebrang naik rakit .. takut engga sih mas :)
BalasHapusBelum terbiasa, hanya dulu sering nyeberang naik sampan :-)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuswih banyak ibu2nya juga ya yg nyebrang pakai rakit....mereka pemberani banget...
BalasHapusHeee, ini salah satu cara alternatif yg paling cepat untuk melewati sungai :-)
HapusAku juga pernah nyeberang pake rakit, sesuatu bingit rasanya, hihihi
BalasHapusKayaknya benar-benar seru. Ngalahin kayak kita lagi ikut Rafting :-D
HapusKali Progo ini melewaTI dUSUN KEmbang, nanggulan kan ya. Hiehiehie. Soalnya waktu saya ke Jogja pertengahan bulan Maret 2015 ini saya tinggal di sana. Dusun Kembang, Nanggulan. Kalau ke Pasar Sering lewat Kali Progo heihiehiehiehiehihee. Wah jad kangen JOGJA deh Hiks hiks hiksssssss
BalasHapusKali Progo emang melewati beberapa lokasi di Jogja pak. Selain Progo juga ada kali Opak :-)
HapusAsyik banget naik rakit...keren mas Rullah... walaupun ngeri-ngeri sedap lihatnya..xixi
BalasHapusSeru mas, heeeee. gimana gitu rasanya haaaa
HapusKayaknya asik tuh, mas.. :3 Ning kok mrinding namatine..
BalasHapusMau nyoba mas? Siapa tahu mau ngajak kucingmu untuk naik rakit mas :-D
HapusNgeri banget yo Mas, rakite. Saya lumayan sering juga nyebrang kali Citarum dari Bekasi ke Rengasdengklok, tapi di sini kapalnya udah besar, mobil muat. Kalau sungainya kayaknya lebih lebaran Citarum ya.
BalasHapusWah kalo mobil bisa naik udah besar itu :-)
Hapussekali-kali coba yg rakit kecil *eh :-)
itu pas jembatan hanyut ya kang? wooh ngeri..
BalasHapusIya pas rusak, mas. Kalo bulan kemarau seperti ini bagus banget ada jembatan seseknya.
Hapuswoh ngeri gak itu mas? goyang2 gitu gak?
BalasHapusNggak mas, malah seru loh :-D
Hapuswow seru tuh
BalasHapusYa, sepedaan pagi memang seru
Hapusbersepeda itu seru dan menjadikan olah raga
BalasHapus