Ilus: Sibuk dengan hp sendiri (Sumber: dreamstime.com) |
Hujan mengguyur sebagian besar kota Jogja, aku duduk santai
sambil nyeruput kopi panas di depan pintu. Seperti ini toh nikmatnya hidup
sebagai anak kos, santai ditemani lantunan lagu-lagu Naff yang syahdu serta
mata menatap sosok cewek depan kamar. Maklum, kok ndilalah ada cewek sedang
duduk menunggu reda depan kamar temannya.
“Minta kopinya aku, bang” Mak
bedunduk (baca: Tiba-tiba) Sariman sudah disampingku.
Dengan tanpa merasa berdosa Sariman langsung menengguk kopi
layaknya minum air mineral. Gleg.. gleg..
gleg.. Dalam sekejap kopi tersebut masuk ke tenggorokan Sariman, berlanjut
ke bawah terus. Kulihat kopi dalam gelas imutku tinggal separoh.
“Bajigur koe’ man, ndak re’k mertamu kui se’ng sopan.
Koyok demit wae’ tekamu,” Cerocosku nggak karuan.
“Jane koe’ iki ngelak
po doyan?” Tambahku.
“Heeee, nganu
bang….” Jawab Sariman nggak jelas.
Sudahlah, nggak ada selesainya kalau berdebat dengan Sariman.
Kalau ketemu Sariman, dia pasti selalu bilang “Nganu bang,”. Kayaknya itu adalah kata yang wajib dia ucapkan
setiap hari. Jika ada orang yang luang, silakan temui Sariman lalu catat berapa
kali dia bilang “Nganu bang” dalam
sehari.
“Kalau hujan kok serba salah ya bang,” Sariman mulai membuka
obrolan.
“Maksudmu apa, Man?”
“Nganu bang, kalau
musim hujan itu banyak penyakit yang muncul,” Jawabnya agak serius.
Aku mangut-mangut saja, memang benar sih kata Sariman.
Beberapa kali aku membaca berita kalau Demam Berdarah sedang galak-galaknya di
Jogja. Tidak hanya di Jogja, di tempat-tempat lain yang memang sudah daerah
endemis sedang waspada dengan DBD.
“Serba salah,” Ujar Sariman mengulangi perkataannya tadi.
“Nggak usah dipikir, Man,” Sahutku santai. Toh kalau aku
lihat, Sariman itu nggak bakalan terkena DBD. Nyamuknya pasti takut duluan sama
dia, bu kos saja takut sama Sariman, apalagi nyamuk yang badannya jauh lebih
kecil.
“Musim hujan – Musim buah – jadi Diare,” Kata Sariman.
Matanya nggak lepas memandang hp. Dia bahkan tidak sempat memandang cewek yang
berada 15 meter didepan kami. Padahal aku dari tadi selalu mengawasi cewek itu,
emang Sariman keren. Kalau sudah pegang hp, matanya nggak bisa lepas dari layar
hpnya.
“Musim hujan – genangan air – banjir. Hujan – genangan air –
DBD. Duh kok banyak ya penyakit waktu musim hujan,” Gumannya lagi.
Kuamati Sariman seksama, kalau kulihat sekilas dia sih waras.
Nggak kesambet demit penunggu pohon Alpukat. Apa jangan-jangan Sariman
kesurupan peneliti yang fokus pada Kedokteran Tropis. Lha dari tadi dia
ngomongin DBD.
“Musim hujan – kamar bocor, duh luput.” Keluhnya.
“Kalau itu deritamu, Man,” Sahutku cepat.
“Iya bang, emang nganu
kok.”
“Kayaknya bulan depan sudah musim kemarau kok, Man.” Kataku.
“Musim kemarau ya sama saja bang, lha nanti kemaraunya lama.
Sumur-sumur nggak ada air, malah bingung mau mandi pakai apa.” Sariman
menanggapi perkataanku.
“Lah mintamu yang kayak gimana, Man?” Sedikit mangkel aku
dengar jawaban Sariman.
“Nganu bang, aku
pinjam uangnya. Ini pulsaku habis, bang,” Kata Sariman dengan polosnya.
“Ndasmu, Man. Ngomong
ngalor-ngidul jebule mung arep nyilih due’t kanggo tuku pulsa!!”
Baca juga postingan yang lainnya
Wahahahahah kosa kata "Ndasmu" ini hahaha. Sering banged saya dengar
BalasHapusWahahaha Hihihihihihi
Njawani pak heeee, :-D
Hapusdasar si Sariman. ... :p
BalasHapusSariman itu sebenarnya sosok yg lucu. Cuma kadang kelewat batas polahnya :-D
Hapus