Sebelumnya aku sudah mengunjungi Masjid Agung Demak dan Makam Kadilangu. Kemudian aku menunggu bis Semarang – Jepara di pertigaan arah ke Makam Kadilangu. Perjalanan ini aku
lanjutkan ke Jepara, tempat yang menjadi tujuanku untuk menikmati akhir pekan.
Di sana nanti akan ada beberapa kegiatan di antaranya adalah bersepeda keliling
tempat-tempat wisata.
Menaiki bis Semarang – Jepara untuk sampai di Jepara memang agak lama, karena bis harus berhenti dulu di Welahan, Jepara. Dulu aku pernah turun di sini saat mengunjungi Klenteng Welahan. Tapi tujuanku sekarang adalah turun di Pecangaan, tepatnya di depan Masjid Walisongo.
Hampir satu jam perjalanan akhirnya aku sampai juga di Pecangaan, aku turun dan berjalan kaki menuju desa Troso. Dari pertigaan Masjid Walisongo ini aku harus berjalan sekitar 1km, sebenarnya naik angkot bisa tapi aku putuskan jalan kaki. Tujuanku adalah melihat pembuatan kain Ttnun Troso.
Menaiki bis Semarang – Jepara untuk sampai di Jepara memang agak lama, karena bis harus berhenti dulu di Welahan, Jepara. Dulu aku pernah turun di sini saat mengunjungi Klenteng Welahan. Tapi tujuanku sekarang adalah turun di Pecangaan, tepatnya di depan Masjid Walisongo.
Hampir satu jam perjalanan akhirnya aku sampai juga di Pecangaan, aku turun dan berjalan kaki menuju desa Troso. Dari pertigaan Masjid Walisongo ini aku harus berjalan sekitar 1km, sebenarnya naik angkot bisa tapi aku putuskan jalan kaki. Tujuanku adalah melihat pembuatan kain Ttnun Troso.
Memasuki desa Troso, Pecangan, Jepara |
“Tenun ikat Troso atau
kain ikat Troso adalah kriya tenun Jepara tepatnya dari Desa Troso. berupa kain
yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya
diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai
adalah alat tenun bukan mesin. Kain ikat dapat dijahit untuk dijadikan pakaian
dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias interior rumah -
Wikipedia”
Sepanjang jalan sudah terlihat beberapa tempat/toko yang
berjualan kain tenun Troso, tapi aku
tidak berhenti disana. Aku ingin langsung melihat bagaimana cara pembuatan kain tenun Troso tersebut. Sepertinya
nasibku sedang mujur, waktu aku tanya ke salah satu bapak yang keluar dari
rumah untuk membeli rokok. Aku tanya tempat pembuatan kain tenun Troso, beliau menjawab,
“Saya sekarang sedang membuat kain tenun mas, mampir saja.”
Bergegas aku mengikuti bapak tersebut menuju sebuah rumah kecil. Di sana aku melihat alat pembuat kain tenun yang dinamakan Gagrakan. Gagrakan ini akan memuat kain tenun dengan warna dasar merah. Di sampingnya terdapat bahan yang terdiri dari gulungan-gulungan benang berbagai warna untuk melengkapi warna dalam motifnya.
“Saya sekarang sedang membuat kain tenun mas, mampir saja.”
Bergegas aku mengikuti bapak tersebut menuju sebuah rumah kecil. Di sana aku melihat alat pembuat kain tenun yang dinamakan Gagrakan. Gagrakan ini akan memuat kain tenun dengan warna dasar merah. Di sampingnya terdapat bahan yang terdiri dari gulungan-gulungan benang berbagai warna untuk melengkapi warna dalam motifnya.
Mengunjungi salah satu rumah pembuatan kain tenun Troso |
Aku menyusuri rumah kecil ini semakin ke dalam. Ternyata
di dalam sana juga ada banyak Gagrakan. Ada sekitar lima orang
yang menenun dengan berbagai warna dan motif. Suara mesin penenun ini lebih
mirip suara mesin penjahit, dengan menggerak-gerakkan kaki kain-kain tersebut
ditenun. Begitu cekatan para penenun yang hampir semuanya adalah laki-laki.
Mereka membuat Kain Tenun Troso
dengan berbagai motif.
"Banyak juga yang menenun di dalam," Ujarku perlahan.
"Banyak juga yang menenun di dalam," Ujarku perlahan.
Para penenun kain Troso sedang sibuk membuat tenunan |
Puas melihat bagaimana cara pembuatan kain tenun Troso, aku menuju tempat dipajangnya kain yang sudah
jadi pakaian maupun yang masih dalam bentuk kain. Kain tenun Troso ini akan lebih murah kalau kita membelinya
di bagian produksi, tapi kalau tidak ingin ribet, kita bisa langsung membeli
kain tenunnya dalam bentuk pakaian sudah jadi.
Pastinya Sarimbit juga tersedia di sini. Di tempat produksinya, kita dapat membeli kain per meter paling murah 50k/meter, tapi ada yang lebih mahal lagi, sesuai dengan bahannya. Untuk pakaiannya di antara 130k/pakaian. Mungkin ada yang lebih murah sih, tergantung mana yang kita pilih.
Pastinya Sarimbit juga tersedia di sini. Di tempat produksinya, kita dapat membeli kain per meter paling murah 50k/meter, tapi ada yang lebih mahal lagi, sesuai dengan bahannya. Untuk pakaiannya di antara 130k/pakaian. Mungkin ada yang lebih murah sih, tergantung mana yang kita pilih.
Motif kain tenun Troso, Jepara |
Pemda Jepara sendiri sudah menggunakan kain tenun Troso ini sebagai baju dinas tiap hari Jum’at. Kita
tahu setiap hari jum’at itu pakaiannya pasti batik, jadi Pemda Jepara
menggunakan kain tenun Troso.
Selesai melihat cara pembuatan kain tenun, aku melanjutkan perjalanan ke Jepara lagi, disela-sela
perjalanan aku dapat melihat sebuah tempat yang dijadikan sekretariat Paguyuban Tenun Troso. Aku menaiki
angkot menuju Kota Jepara.
Tempat Paguyuban Desa Troso |
Naik angkot menuju kota Jepara |
Dari Troso, aku ingin menuju Mantingan. Tujuannya adalah Masjid Mantingan yang jaraknya beberapa
kilometer dari Troso. Ada satu tempat yang ingin aku kunjungi, tempat itu mirip
dengan lokasi yang aku kunjungi tadi pagi. Masjid dan Makam, sebuah tempat yang
bersejarah bagi masyarakat Jepara. *Kunjungan tanggal 25 Desember 2014
Subhanallah ini ketrampilan leluhur yang mesti dilestarikan, dengan mengunjunginya paling tidak sudah menunjukkan sikap empati ya gan...
BalasHapusIyap heeee, lumayan bisa tahu cara membuat tenunnya :-)
HapusSaya taunya JEPARA itu gudangnya karya SENI UKIRAN saja yang sudah mendunia. Tenruata potensi TENUN nya juga
BalasHapusKain tenun juga pak, walau tidak terkenal seperti ukiran
Hapuswah, bagu-bagus, saya taunya malah ukiran jeparanya, dulu pernah mampir di daerah mana itu (lupa) isinya pada buat ukiran.
BalasHapusKalau tenun ini hanya di desa ini :-)
Hapusjadi agak susah kalau mau beli heee
wah, kayaknya lama ya untuk membuat satu kain saja, top markotop.
HapusLumayan lama, tapi nggak selama kain sutra di Sulawesi :-)
Hapusyang nenun para lelaki ya....selama ini saya tahunya ibu2 saja yg menenun
BalasHapusDi desa ini hampir semua laki-laki/perempuan pada nenun mbak :-)
HapusSetahu aku jepara cuma ada kerajinan perabot ukirnya aja. Trnyata ada kainnya juga.
BalasHapusIya mas, walau nggak seterkenal ukiran :-)
HapusBisa mas,
BalasHapus