Seperti misiku tadi pagi (13 desember 2014), setelah sarapan
Udang dan Kepiting, kami langsung istirahat sejenak. Seraya tidran diruang
tamu, aku mendengarkan cerita dari sepupu Wandi kalau belakang rumah itu ada
tambak Udang. Tepat pukul 07:45 wib, aku sudah mandi dan menggunakan batik
untuk kondangan nanti langsung menuju tambak belakang rumah.
Aku tidak sedirian, kali ini ditemani Ipin, Mbak Yani, dan Mbak Vita yang sudah diap dengan tongkat ajaibnya (tongsis). Bergegas kami menyusuri jalan setapak dan bertanah liat. Jelas saja, jalan ini membuat tanah-tanah menempel dialas sandal sehingga sandal kami tampak lebih tinggi dan lebih berat. Lupakan saja beratnya sandal, kan yang penting menuju tambak.
Aku tidak sedirian, kali ini ditemani Ipin, Mbak Yani, dan Mbak Vita yang sudah diap dengan tongkat ajaibnya (tongsis). Bergegas kami menyusuri jalan setapak dan bertanah liat. Jelas saja, jalan ini membuat tanah-tanah menempel dialas sandal sehingga sandal kami tampak lebih tinggi dan lebih berat. Lupakan saja beratnya sandal, kan yang penting menuju tambak.
“Dimanapun tempatnya,
jika pemandangan itu jarang kita lihat, maka keindahan itu pasti ada.” Ada yang setuju dengan perkataanku
ini? Okelah, bagi mereka yang sudah biasa melihat tambak tentu berpikiran
berbeda denganku. Tapi bagi mereka yang jarang melihatnya, tentu ada
sudut-sudut tertentu yang menurutnya indah dan harus diabadikan.
Kususuri jalanan kecil setapak diantara tambak disetiap sisinya, kemudian melewati sebuah gubuk kecil sebagai tempat rehat para penduduk setempat. Selain itu disisi lain aku dapat melihat tanaman Bakau yang tumbuh berjejer layaknya sebuah pagar dengan tinggi hampir sama, membuat warna menjadi lebih hijau.
Dan tentunya sebuah jalanan kecil dari lumpur terlihat retak-retak mirip keramik dan disetiap sisinya potongan bambu dibalut dengan jaring-jaring halus berwarna biru muda. Ingat, kalau kita melewati jalanan ini tentu kaki akan sedikit terbenam oleh lumpurnya.
Kususuri jalanan kecil setapak diantara tambak disetiap sisinya, kemudian melewati sebuah gubuk kecil sebagai tempat rehat para penduduk setempat. Selain itu disisi lain aku dapat melihat tanaman Bakau yang tumbuh berjejer layaknya sebuah pagar dengan tinggi hampir sama, membuat warna menjadi lebih hijau.
Dan tentunya sebuah jalanan kecil dari lumpur terlihat retak-retak mirip keramik dan disetiap sisinya potongan bambu dibalut dengan jaring-jaring halus berwarna biru muda. Ingat, kalau kita melewati jalanan ini tentu kaki akan sedikit terbenam oleh lumpurnya.
Jalan diantara tambak-tambak |
Disudut lain, setiap tambak tentu mempunyai tempat untuk
mengisi/mengeluarkan air. Tampak batang bambu dibelah kemudian disusun rapi
kemudian diikat menjadi satu setinggi satu meter ditancapkan disalahs atu sudut
tambak. Sela-sela anyaman bambu ini
berfungsi untuk keluar masuknya air ke dalam tambak.
Selain itu juga, sela-sela bambu tersebut juga sebagai saringan agar sampah tidak ikut masuk ke dalam tambak. Hanya terkumpul menjadi satu dan dengan mudah pemiliknya untuk membersihkan, kadang kala juga ada kepiting yang agak besar terjebak diantara jalan keluar masuknya air ke dalam tambak. Kalau seperti itu ya apesnya si Kepiting, dan beruntung bagi pemilik tambak.
Selain itu juga, sela-sela bambu tersebut juga sebagai saringan agar sampah tidak ikut masuk ke dalam tambak. Hanya terkumpul menjadi satu dan dengan mudah pemiliknya untuk membersihkan, kadang kala juga ada kepiting yang agak besar terjebak diantara jalan keluar masuknya air ke dalam tambak. Kalau seperti itu ya apesnya si Kepiting, dan beruntung bagi pemilik tambak.
Tempat keluar masuknya air ke dalam tambak |
Pemandangan bagus lagi saat aku lebih jauh berjalan diantara
tambak. Ada sedikit rerimbunan Hutan
Bakau, dan kemudian diseberangnya banyak tambak lagi. Untuk menuju ke
tambak lainnya tidak lagi dengan jalan setapak, melainkan dengan menitih pada
satu batang Bambu agak besar dibawah kemudian tangan berpegangan pada Bambu lain
yang diikat diatas.
Nggak kebayang toh, kalau lagi musim hujan terus lewat jalan seperti ini. kalau lagi apes, bisa terpeleset jatuh (nggak doain loh). Jadi kudu lebih berhati-hati saat melewati pematang ini, aku pun melewatinya. Diantara jalan itu ada banyak bekas cangkang Kerang yang sudah mengelupas terkumpul disalah satu titik. Sepertinya warga setempat juga banyak yang mengambil Kerang, jadi kepikiran masa kecil dulu nyari kerang bareng-bareng. Badan belepotan kena lumpur heee.
Nggak kebayang toh, kalau lagi musim hujan terus lewat jalan seperti ini. kalau lagi apes, bisa terpeleset jatuh (nggak doain loh). Jadi kudu lebih berhati-hati saat melewati pematang ini, aku pun melewatinya. Diantara jalan itu ada banyak bekas cangkang Kerang yang sudah mengelupas terkumpul disalah satu titik. Sepertinya warga setempat juga banyak yang mengambil Kerang, jadi kepikiran masa kecil dulu nyari kerang bareng-bareng. Badan belepotan kena lumpur heee.
Titian kaki dari batang bambu dan serakan cangkang kerang |
Puas mengabadikan beberapa gambar di tambak Udang, aku
melirik kearah teman-teman. Wealah, malah mereka pada heboh foto pakai tongkat
ajaibnya. Bagus juga kalau mengabadikan mereka seperti ini. oya, ini bukan
model ya, hanya pura-pura jadi model saja. Kayaknya nggak hanya aku yang
menikmati main di tambak udang, teman yang lain juga kok. Ini loh buktinya.
Seperti inilah aksi teman-temanku |
Sippp, misi menuju tambak Udang dan berfoto sudah selesai.
Waktunya kembali kerumah dan persiapan untuk acara nikahnya Wandi. Selepas
acaranya Wandi nanti kami ingin berkunjung ke tempat wisata yang dekat dari
sini. Mumpung lagi keluar bareng, jadi memanfaatkan waktu sejenak berlibur kan
nggak ada salahnya. Hemmm, masih mikir mau kemana nanti abis ini.
Baca juga postingan yang lainnya
Selamat Tahun Baru 2015 ya. Semoga di tahun 2015 ini kita semuanya diberikan kemudahan dari Allah SWT dalam mencapai cita cita dan asa yang belum terealisasi di tahun sebelumnya. Amin Amin Ya Robbal Alamin
BalasHapusSama-sama pak :-)
HapusOOo saya pertamax taa
BalasHapusIyesssssssssssss
Brebes itu bukannya terkenal dengan TELUR ASIN nya?
BalasHapusSaya banyak teman dari Brebes, Setiap kali pulang dari Brebes, di bagasinya banyak Telur Asin hihihihihi
walah, sdh sampe di tambak udang aja nih, tapi kok gak ngeleiat sepedanya, hihihih
BalasHapusMbak, untuk kali ini sepedanya istirahat dulu dikos :-)
Hapus“Dimanapun tempatnya, jika pemandangan itu jarang kita lihat, maka keindahan itu pasti ada" this quote is awesome
BalasHapusbtw selamat tahun baru...
Agak galau itu ceritanya mas :-D
Hapuswah tongsisnya awas nyemplung ituh.. hehe
BalasHapusHaaa, kalau nyemplung yang sudah ntar aku mas, disuruh turun ke tambak :-D
HapusPulang nya bawa udang ngak ??? enak lho masak2 di gazebo tambak udang. aku perna waktu di semarang "-)
BalasHapusPulangnya nggak bawa kang, tapi udah kenyang maemnya :-D
Hapuswah kece amit mas bisa terbasan sampe tambak udang jng" mas rullah mau panen nih hehe bagi" ya mas aseekk hehe pizz...
BalasHapusKalau aku yang panen ntar diteriakin *malingggg haaaa
Hapuswahhh kereen bangettt
BalasHapuswahhhh kerennnn
BalasHapuswahahahahah kereeen
BalasHapusmantapp..
BalasHapusnice postt..
BalasHapusgood..
BalasHapus