Kadang
pikiran ini menggelayut saat melihat perbedaan yang mencolok hidup di kota dan
di desa. Fasilitas umum tentu sangat jauh berbeda, akses jalan juga bisa
terlihat berbeda, apa lagi listrik. Hemmm,
walau dibeberapa desa sudah banyak yang tersalurkan oleh listrik PLN; tapi
tidak sedikit desa-desa dinegeri kita yang sangat besar ini harus menggigit
jari untuk merasakan fasilitas listrik.
Tidak
sengaja, beberapa blog menginfomasikan adanya event yang mengangkat tema “IdeKU Untuk PLN”. Mungkin ini waktu
yang tepat untuk menyampaikan uneg-uneg
yang sempat terbesit dihati dalam waktu yang lama. Apapun responnya, setidaknya
aku sudah memberikan gambaran bagaimana rasanya hidup di desa yang jauh dari
kata layak mendapatkan listrik PLN. Sekarang tahun 2014 loh, bukan masa
perjuangan 45.
banner lomba #IdekuUntukPLN |
Kembali
ke topik, kalau di kota dengan mudahnya kita dapat melihat lampu-lampu terang
berjejeran ditepian jalan, melihat Mall dan Hotel bersaingan menghidupkan lampu
terangnya, melihat rumah mewah lengkap dengan fasilitas yang mereka semua
tersalurkan oleh listrik dengan baik dan mumpuni. Kalau di desa apa yang kita
dapatkan?
PLTD
(milik PLN) di desa hanya mampu memberikan fasilitas secukupnya saja. Setiap
rumah hanya bisa menghidupkan beberapa lampu beserta alat eletronik lainnya
dengan daya terbatas. Kalaupun setiap rumah itu menghidupkan Kulkas, AC (Kalau
ada), Dispenser, dan Setrika secara bersamaan. Aku yakin langsung redup itu
PLTD. Kalaupun nggak redup langsung itu MCB turun alias Jeglek. Nasib toh…
Bagaimana
listrik di desaku? Wah sangat jauh dari kata “layak”. Jika orang luar Jawa
khususnya daerah Timur ada yang berkata “
Enaknya hidup di Jawa, apa-apa ada semua, jalanan bagus, listrik juga ada,
kalau malam terang, bisa nonton bola bla..bla..bla..bla..” itu bukan sepenuhnya
benar. Malah kadang aku berkata “Apa desaku ini berada di pulau Jawa?” Aku
sering berguman seperti itu karena sampai sekarang di desaku, Kemujan,
Kecamatan Karimunjawa hanya mendapatkan fasilitas listrik selama 6-7 jam dalam
24 jam. Bisa kalian bayangkan seperti aapa hidup ditempat seperti ini.
Kebutuhan
listrik oleh masyarakat sangat besar, hanya saja aku dan seluruh masyarakat
desaku harus gigit jari untuk merasakan 24 jam listrik sampai sekarang. Di Kecamatan
Karimunjawa saja listrik langka, apalagi di desaku. Kami memanng hidup di Jawa
tapi merasa tidak merasa hidup di Jawa karena kami hanya berada dikepulauan.
Kepulauan Karimunjawa yang terdiri dari 27 pulau dan ada 5 pulau yang
berpenghuni harus menggigit jari dan berkhayal kapan listrik PLN bisa hidup
selama 24 jam.
Oya,
kami sudah terbiasa merasakan listrik 6-7 jam dalam sehari semalam, dan kami
hanya merasakan 3 kali listrik hidup 12 jam itu dalam satu tahun (2 hari saat
Idul Fitri, dan 1 hari saat Idul Adha) dan sampai sekarang masyarakat di desa
ku belum pernah sekalipun merasakan bagaimana rasanya kalau listrik itu hidup
selama 24 jam. Mungkin malah kaget nanti ya, alhasil dengan listrik hanya 7 jam
dan sering hidup-mati sendiri membuat alat eletronik seperti TV, Pompa Air,
Kulkas langsung rusak semua.
Kalau
ditanya ideku untuk PLN apa? Aku sendiri tidak bisa menjawab dengan gampang,
terlepas kami memang butuh PLN untuk menyalurkan listriknya ke desa kami, tapi
kami sadar dengan akses yang cukup susah bagi PLN. Itu adalah tantangan kita
bersama, tantangan pemerintah juga. Mungkin kalau diterima, kalaupun kami hanya
menggunakan PLTD, berikanlah mesin yang masih baru sehingga tidak terus rusak.
Jika berkenan, hidupkanlah listrik itu selama 12 jam sehingga kami sedikit bisa
lebih lega.
Pada
akhirnya aku berguman “Jika aku yang
hidup dipulau Jawa saja listriknya belum bisa optimal, bagaimana dengan
saudara-saudara kita yang berada dipulau-pulau terpencil? Ditengah-tengah
hutan, diperbatasan dengan Negara lain, dan dipulau terluar Indonesia?”
Listrik memang bukan satu-satunya masalah dinegeri ini, hanya saja listrik
salah satu kebutuhan vital masyarakat saat ini dan ke depan.
Semoga
PLN bisa melewati tantangan untuk “Membuat
terang seluruh Indonesia dan Selamat Hari Listrik Nasional ke 69. Berhematkah
kamu dalam menggunakan listrik dan berbahagialah kamu yang telah mendapatkan
listrik, karena masih banyak masyarakat yang hidup dalam kegelapan (tanpa
listrik)”.
Baca
juga postingan yang lainnya
7 jam hidup listrik dalam sehari, kalau didaerah kota itu uda di demo tuh pln nya..
BalasHapusSukses buat lombanya dan idenya bisa sampai ke pln.
Iya mas, walau Karimunjawa itu daerah pariwisata tapi ya begitu :-(
HapusTerima kasih atas suportnya mas :-)
daerah indonesia banyak yang belum terjangkau pasokan listriknya yah. Semoga PLN dapat berkembang lagi.
BalasHapusOh ya, kalau listrik cuma 7 jam ngapain aja tuh?
7 jam benar-benar dimanfaatkan dgn baik. Unk mompa air, setrika, chaas hp, sama nonton berita (tv). Selebihnya ya cukup berkhayal :-(
HapusAda faktor pengelolaan yang perlu dibenahi. Contoh saja kota Medan. Di sana itu hampir setiap hari listrik padam dua kali sehari, masing-masing sekitar 4 jam. Alasannya karena PLN Medan punya hutang ongkos solar senilai 90 Triliun ke Pertamina.
BalasHapusSemoga pihak yang berkaitan bisa lebih baki lagi :-)
Hapus