Siang ini aku dan ibu Negara sedang menuju Malioboro untuk
menyambut teman SMA-nya Nisa yang sedang main ke Jogja. Jadi kami putuskan
untuk menaiki Transjogja untuk ke Malioboro. Rombongan teman kami itu berasal
dari Bandung (Mahasiswa Tarbiyah UIN Bandung) yang sedang melakukan study tour
ke UII dan UMY. Namun juga disempatkan main ke Candi Borobudur, Pantai
Parangtritis, dan pastinya Komplek Keraton.
Karena janjianya diarea keraton, kami langsung menuju
keraton. Seraya menunggu kami sempatan untuk bermain-main menikmati hari
minggu. Serasa orang pertama kali main ke Jogja. Kami sengaja duduk santai
didepan pintu gerbang Museum Kareta Keraton. Kami dapat melihat banyak
pengunjung yang antri untuk masuk ke dalam. Kami hanya melihat kesibukan mereka
dari luar sambil menunggu pesan dari teman yang menuju ke Jogja.
Menunggu teman di depan pintu gerbang Museum Kareta Keraton |
Wisatawan memasuki pintu gerbang Museum Kareta Keraton |
Seraya menunggu kami ngobrol banyak, mulai dari proposal
skripsi dia, sampai hal-hal yang lumayan serius. Memang bukan tempat yang bagus
untuk dinikmati, tapi kebersamaan ini adalah sesuatu yang harus bisa kita
syukuri. Setidaknya, jalan bareng dari benteng menuju alun-alun, kemudian duduk
bercanda sambil berjalan cukup menyenangkan juga.
Menjelang sore mereka juga belum datang, kami lanjutkan
berjalan kaki menuju Masjdi Agung Kauman. Disana kami bergantian sholat Asyar,
kemudian kembali menunggu teman. Ya menunggu memang agak membosankan, untuk
mengusir kejenuhan kembali kami berjalan-jalan sepanjang kompleks Alun-alun
Utara. Sebelumnya kami sempatkan juga untuk mengabadikan gambar didepan Masjid
Agung Kauman, Yogyakarta. Seperti orang baru ke Jogja kan?
Di depan Masjid Agung Kauman, Yogyakarta |
Beranjak senja, teman dari Bandung sudah datang, kami pun
mengantarkan mereka menuju penginapan yang sudah kami booking untuk dua malam. Tuntas sudah mengurusi teman, kami kembali
pulang. Cukup simpel, santai berdua, mengurusi teman yang sedang main ke Jogja,
meninggalkan mereka di Jogja, dan kembali pulang ke kos masing-masing. Tapi
dibalik sesuatu hal yang simpel itu tetaplah ada keindahan yang dapat kami
rasakan. Keindahan yang mungkin kami rasakan lagi jika nantinya kita jadi
berkeluaraga.
Suatu doa yang tetap kami panjatkan setiap selesai bersujud
dihadapanNYA. Doa yang tidak pernah kami lupakan, berdoa agar kebersamaan ini
selalu kami rasakan, dan semoga setiap rintangan yang didepan dapat kami hadapi
bersama dengan sikap dewasa. Semoga sepenggal kejadian sederhana ini dapat kami
ceritakan untuk anak-cucu kami kelak.
Baca juga postingan yang lainnya
Yap! Bener.
BalasHapusBukan masalah tempatnya dimana, tapi dengan siapa kita berbicara dan apa yang dibicarakan. Itu lebih berarti :)
:-D bener
HapusSetuju heee