Menyusur
jalanan Jogja itu tidak ada habisnya dengan menggunakan sepeda/gowes. Kali ini
aku sengaja mengajak beberapa teman-teman untuk sengaja nyusur candi. Rencananya ingin mengunjungi beberapa candi yang ada
disekitaran Jogja. Sangat menyenangkan apabila kita mengayuh sepeda sekalian
berwisata, minimal kita belajar sedikit dengan kebudayaan atau peninggalan
sejarah.
Kali
ini tujuan kami adalah sebuah candi mungil di dusun Sambisari, Purwomartani,
Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta. Disana ada sebuah candi kecil yang dinama kan
Candi Sambisari. Ini adalah salah satu candi Hindu yang dibangun pada abad
ke-9. Candi ini ditemukan oleh petani pada tahun 1966 dan kemudian dipugar oleh
Dinas Purbakala (Wikipedia).
Bangunan Candi Sambisari |
Yang
membuat aku takjub dengan candi ini bukanlah besar atau banyaknya
bangunan-bangunan yang ada disini. Melainkan letak candinya. Candi ini dulunya
terpendam, jadi sekarang bangunannya lebih rendah daripada tanah sekitarnya.
Kemungkinan sekitar 5/6 meter lebih rendah. Jadi kalau kita melihat dari atas,
candi tersebut seperti ada dibawah kita. Dan kita bisa menuju candi tersebut
melalu anak tangga yang ada disekitaran candi ini.
Bangunan candi induk cukup unik karena tidak mempunyai alas seperti candi di Jawa lainnya. Kaki candi sekaligus berfungsi sebagai alas sehingga sejajar dengan tanah. Bagian kaki candi dibiarkan polos, tanpa relief atau hiasan apapun. Beragam hiasan yang umumnya berupa simbar baru dijumpai pada bagian tubuh hingga puncak candi bagian luar. Hiasan itu sekilas seperti motif-motif batik (yogyes.com). Ini menjadi salah satu ciri khas yang tidak biasa ditemukan di candi-candi lainnya.Ceceran batu disekitar Candi |
Salah satu reifef di Candi |
Untuk
masuk ke candi ini, kita hanya dikenakan tarif 2k untuk dewasa sedangkan
anak-anak hanya dikenakan 1k saja. Sangat murah bukan? Walau terkesan sangat
murah, bukan berarti wisata ini murahan. Silakan mendekat dan lihat
ornament-ornamen ataupun relief yang ada disana. Akan banyak makna yang tidak
pernah kita ketahui apa artinya.
Bagaimana?
Penasaran dengan candi ini? Kalau memang ada waktu luang, mungkin candi ini
bisa menjadi wisata alternatif kalian. Nama candi ini memang kalah mentereng
dengan Candi Prambanan ataupun Candi Borobudur. Tapi sekecil apapun peninggalan
sejarah, tentunya candi ini mempunyai cerita yang bersejarah pula. Mumpung masih disini, kami anggota para goweser menyempatkan untuk foto bersama dulu diarea candi.
Anggota gowes kali ini |
Jika
kalian mengunjungi candi ini, hal yang terpenting adalah tetap menjaga
kebersihan lingkungan dan jangan pernah mencoret-coret apapun didinding candi.
Budayakan diri kita ini menjadi wisatawan yang baik dan tidak usil. Salam
lestari.
Baca juga postingan sebelumnya
Rumah Panggung di “Kampung Bugis” Karimunjawa
Patung Cheng Ho Ada di Klenteng Sam Poo Kong
Masjid Agung dan Menara Tinggi di Jawa Tengah
Baca juga postingan sebelumnya
Rumah Panggung di “Kampung Bugis” Karimunjawa
Masjid Agung dan Menara Tinggi di Jawa Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar