Kapal Penyeberangan Karimunjawa - Jepara (Dok. Google) |
Beberapa
hari yang lalu saya sudah meposting dua permasalahan yang ada di Karimunjawa.
Kali ini saya akan memposting permasalahan yang ketiga. Saya merasa ketiga
permasalahan yang sudah saya tulis benar-benar dirasakan oleh semua pihak
masyarakat di Karimunjawa.
Permasalahan
ketiga adalah transportasi. Semakin terkenalnya Karimunjawa berbanding lurus
dengan peminat wisatawan yang berkunjung. Karena akan ada 1000-2000 wisatawan
domestik maupun asing yang mengunjungi Karimunjawa dalam waktu sepekan. Hal ini
membuat peran transportasi laut (kapal) sangat vital. Untuk mengangkut begitu banyaknya wisatawan, transportasi yang
ada 4 kapal (Cantika, Bahari expres, Kartini, dan KMP Muria). Tentu saja
transportasi ini sangat dirasa kurang oleh penumpang, khususnya warga asli
Karimunjawa.
Saya
bilang kurang karena dari keempat kapal yang saya sebutkan, kapal yang
benar-benar dapat menyokong sembako dan lain-lainnya untuk masyarakat
Karimunjawa hanyalah KMP Muria saja. Sedangkan yang lain lebih besar
diprioritaskan untuk wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa ataupun yang
ingin balik dari Karimunjawa.
Warga
Karimunjawa khususnya pedagang akan sangat susah untuk bisa mengangkut barang
daganganya dari Jepara menuju Karimunjawa karena harus berebut tiket dengan
wisatawan yang membeludak. Ini dikarenakan para pedagang lebih memilih kapal
KMP Muria yang dapat mengangkut barang banyak serta harga tiket yang terjangkau.
Untuk Cantika, Bahari Ekspres maupun Kartini lebih banyak tiket sudah habis
dibeli wisatawan.
Fenomena
yang unik karena sebagai warga Karimunjawa, tidak jarang warga pribumi tidak
dapat tiket dari ketiga kapal cepat tersebut. Ini karena ada banyak oknum yang
sudah mem-booking tiket jauh-jauh sebelum hari H untuk kepentingan wisatawan.
Apa
mungkin lebih baik Karimunjawa diberikan kapal yang kapasitasnya lebih besar
lagi dan dikhususkan untuk warga pribumi? Biar dagangan mereka, barang mereka
dapat dikirim ke Karimunjawa tanpa harus berebut tiket dengan wisatawan dan
biro pariwisata. *Tulisan ini saya posting juga di Kompasiana
duh...kapan ya obyek-obyek wisata di Indonesia bisa terurus dengan baik? Sayang banget, potensi besar tapi prasarana kurang.
BalasHapusInilah yang membingungkan :-( :-(
Hapus