Lampu (Sumber: zastavki.com)
Kepulauan
Karimunjawa yang berada di Utara laut jawa merupakan salah satu omset
pemerintah Jawa Tengah. Hal itu tidak bisa dipungkiri lagi karena nama
“Karimunjawa” terpampang jelas pada website Visit Jateng 2013 dan menjadi salah
satu destinasi objek wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan domestik
maupun asing. Dibalik keindahan kepulauan Karimunjawa, tetap ada permasalahan
yang sangat memprihatinkan dialamai oleh seluruh warga Karimunjawa. Permasalahan
yang dirasa sebagian orang mengatakan “masalah klasik” tapi sampai sekarang
belum ada solusinya.
Saya
akan mencoba menulis beberapa permasalahan yang ada di Karimunjawa saat ini
(yang dirasakan oleh masyarakat pribumi). Pada nantinya setiap permasalah itu
akan saya posting disini bertahap. Saya sengaja memposting satu masalah dengan
satu postingan, agar lebih banyak tulisan yang nanti saya tulis.
Permasalahan
pertama yang dialami oleh sebagian besar warga Karimunjawa adalah listrik. Kita
ketahui kepulauan Karimunjawa sangat minim dengan fasilitas listrik. Tidak
sedikit beberapa warga mengeluhkan fasilitas tersebut. Hampir 70% masyarakatKarimunjawa hanya mendapatkan fasilitas listrik 6 jam dalam kurun waktu 24 jam.
Listrik pun sekarang hidupnya tidak bisa stabil karena ditopang oleh PLTD saja.
Tidak stabilnya aliran listrik yang didapatkan menyebabkan masalah baru yakni
rusaknya beberapa alat elektronik (TV, Kulkas, dan alat eletronik lainnya)
milik warga.
Ini
bukanlah masalah baru, setidaknya dari dulu (saya lahir) sampai sekarang
listrik di Karimunjawa yang mungkin bisa 24 jam hidup adalah bagian desa
Karimunjawa, sedangkan bagian lain tentunya tidak bisa hidup. Bahkan pernah
beberapa bulan yang lalu Karimunjawa terancam gelap, karena stok BBM disita
oleh pihak yang berwenang dipelabuhan Kartini, Jepara dengan alasan berkas
kapal pengangkut kurang lengkap.
Lebih
dari 50% masyarakat Karimunjawa sampai sekarang hanya bisa menikmati listrik 6
jam. Hidup pukul 17.30 -23.30 wib saja. Dari dulu masyarakat menggunakan diesel
pribadi untuk penerangan. Saya kadang heran, kami ini masih berada dipulau
jawa, tapi rasanya kami ini hidup dikepulauan terluar Indonesia. Beberapa penduduk
menggunakan Tenaga Surya sebagai alternatif agar bias tetap terang, ada
beberapa yang menggunakan kincir tetapi hasilnya tidak bisa maksimal.
Mungkin
warga agak sedikit bernafas lega karena ada wacana untuk membangun PLTU di
dekat Pelabuhan Legon Bajak (kalau tidak pindah lokasi dan jadi dibangun).
Kalau memang pembangunan itu terjadi, ada sedikit kemungkinan masalah listrik
agak teratasi. Walaupun begitu warga sekitar harus paham dengan dampak
pembangunan PLTU. Jangan sampai mereka tidak tahu apa saja dampak yang harus
mereka rasakan ketika PLTU nanti sudah beroperasi.
Setidaknya
penerangan listrik adalah fasilitas yang vital bagi para pengembang pariwisata.
Selain itu kebutuhan masyarakat untuk diberi penerangan juga harus diperhatikan.
Saya kadang berpikir, kenapa pemerintah hanya memperhatikan Karimunjawa diaspek
pariwisatanya saja, sedangkan aspek lainnya terutama untuk kemakmuran
masyarakat sendiri seperti terabaikan.
Karimunjawa
itu bukan hanya pulau yang terkenal dengan keindahannya, tapi Karimunjawa juga
gugusan pulau yang penduduknya juga ingin menikmati fasilitas yang layak
(setidaknya listrik) dapat hidup lebih lama. Ini baru masalah satu, belum
masalah lainnya yang pasti akan saya posting. *Tulisan
ini saya posting juga dikompasiana pribadi saya
|
Karimunjawa: Dikenal Namun Terabaikan (Bag. 1)
Share This
Tags
# coretan
# karimunjawa
# Opini
Share This
About Nasirullah Sitam
Opini
Label:
coretan,
karimunjawa,
Opini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Author Details
Nasirullah Sitam | Travel Blogger | #ILoveJepara | Bike To Work |
Jika ke Karimunjawa, singgahlah sejenak di gubuk kami. Domisili di Jogja.
Jika ada keperluan, silakan menghubungi saya melalui media sosial atupun email. Instagram: @roellah Twitter: @Nasirullah5itam Email: roellah@gmail.com. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar